(وَإِذْ
وَاعَدْنَا مُوسَىٰ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن
بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika Kami
berjanji kepada Nabi Musa (untuk memberi Taurat kepadanya sesudah ia bersiap
selama) empat puluh malam. Kemudian, setelah ia pergi, kamu menyembah (patung)
anak lembu, dan kamu sebenarnya orang-orang Yang zalim (terhadap diri sendiri).
(Surah al Baqarah, 2 : 51)
(ثُمَّ
عَفَوْنَا عَنكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ)
kemudian sesudah itu Kami maafkan
kesalahan kamu, supaya kamu bersyukur. (Surah al Baqarah, 2 : 52)
Ingatilah nikmat-Ku kepadamu, setelah kalian menyembah berhala yang berupa
anak lembu yang terbuat dari emas, yaitu ketika Musa meninggalkan kamu untuk
menepati janji Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat:
(وَوَاعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً
وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ )
Dan kami telah
menjanjikan kepada Musa tiga puluh malam, lalu Aku
cukupkan dengan sepuluh malam. (al-A'raaf, 7: 142).
Dan ini sesudah tenggelamnya Fir'aun serta keselamatan mereka.
Al-Kitab, Taurat dan al-Furqan ialah pengertian yang dapat membedakan
antara hak dari batil dan halal dari haram dan hidayat dari kesesatan.
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ
إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُم بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ
بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ
فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
dan (kenangkanlah) ketika Nabi
Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah
menganiaya diri kamu sendiri Dengan sebab kamu menyembah patung anak lembu itu,
maka bertaubatlah kamu kepada Allah Yang menjadikan kamu; Iaitu bunuhlah diri
kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah Yang menjadikan
kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha
Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani". (Surah al Baqarah, 2
: 54)
AI-Hasan al-Bashri berkata, "Ketika yang menyembah anak lembu itu
merasakan kesesatan perbuatan mereka sehingga mereka berkata, Maka Tuhan tidak
merahmati dan mengampunkan kami pasti kami rugi'. Sebagaimana tersebut dalam surat
alA'raaf 149. Maka langsung Nabi Musa a.s. menganjurkan mereka supaya bertobat
dan menunjukkan cara tobatnya."
Baa ri'ikum; "Yang mencipta, menjadikan kamu. Untuk menunjukkan
besarnya dosa mereka karena mereka menyembah lainNya".
Ibnu Abbas r.a., mengatakan bahwa Musa menyuruh kaumnya dengan perintah
Tuhan supaya membunuh diri, lalu memberitahu yang menyembah lembu supaya duduk
sedang yang tidak ikut menyembah lembu berdiri di atas mereka dengan rencong,
kemudian mereka ditutupi dengan udara gelap sehingga terjadilah bunuh membunuh
di antara mereka kemudian udara kembali terang sedang mereka telah terbunuh
tujuh puluh ribu orang yang mati. Yang terbunuh telah diberi tobat sedang yang masih hidup juga telah diberi
tobat.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa
ketika Musa telah kembali kepada kaumnya dan membakar anak lembu kemudian
menaburkan abunya di laut, ia keluar bersama sahabat pilihannya untuk munajat
kepada Tuhan sehingga mereka pingsan, maka Nabi Musa memintakan ampun untuk
kaumnya yang telah menyembah anak lembu itu. Allah
menjawab, "Tidak! Kecuali jika mereka suka membunuh diri". Dan ketika
disampaikan kepada kaumnya, jawab mereka, "Kami terima perintah
Allah." Lalu Nabi Musa menyuruh orang-orang yang telah menyembah anak
lembu supaya duduk, sedang yang tidak ikut menyembah membunuh mereka dengan
pedang, maka gembiralah Musa, tetapi kaum wanita dan anak-anak menangis memintakan
maaf untuk mereka, sehingga Allah memaafkan lalu Nabi Musa menyuruh
menghentikan pembunuhan.
Assuddi mengatakan bahwa ketika
diperintah: Faq tulu an-fusakum, maka masing-masing bunuh membunuh dengan pedang,
maka yang terbunuh dianggap mati syahid, sehingga banyak yang terbunuh, dan
ketika yang terbunuh telah mencapai tujuh puluh ribu Nabi Musa dan Harun
berdoa:
"Ya Tuhan, Engkau telah membina'sakan
Bani Israil. Ya, Tuhan saya minta maaf keapdaMu yang sisa".
Maka mereka diperintah untuk meletakkan
senjata dan Allah berkenan menerima tobat mereka. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa ketika Musa telah kembali
kepada kaumnya dan ada tujuh puluh yang tinggal bersama Nabi Harun tidak ikut
menyembah lembu maka Nabi Musa berkata, "Marilah kalian pergi menepati
janji Allah". Mereka bertanya, "Ya Musa, apakah ada tobatnya?"
Jawabnya, "Ya, bunuhlah dirimu, itulah yang baik di sisi Tu-hanmu".
Maka mereka segera menghunus pedang, parang, rencong dan pisau. Kemudian Allah
menurunkan awan gelap di atas mereka, sehingga masing-masing menyentuh dengan
tangannya dan bunuh membunuh, seorang membunuh ayah atau saudaranya sedang ia
tidak mengetahui, dalam hal itu mereka berdoa, "Semoga Allah merahmati
kepada orang yang sabar melaksanakan perintah Tuhan untuk mencapai rida-Nya,
Maka orang yang mati dianggap syahid sedang yang masih
hidup dite-rima tobatnya.
(وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ
حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa! Kami tidak akan
beriman kepadamu sehingga Kami dapat melihat Allah Dengan terang (dengan mata
kepala kami)". maka kerana itu kamu disambar petir, sedang kamu semua
melihatnya. (Surah al Baqarah, 2 : 55)
(ثُمَّ بَعَثْنَاكُم مِّن بَعْدِ مَوْتِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ)
kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati (atau pengsan dari sambaran
petir itu), supaya kamu bersyukur. (Surah al Baqarah, 2 : 56)
Firman Allah, "Ingatlah nikmatKu,
ketika Aku menghidupkan kamu sesudah mati, yaitu ketika kalian minta untuk
melihat Aku terang-terangan sesuatu yang tidak dapat dicapai orang yang seperti
kalian".
Ar Rabi' bin Anas berkata,
"Tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa, ketika mereka telah mendengar
firman Allah tiba-tiba mereka berkata, 'Kami tak dapat percaya kepada Allah
sehingga melihatNya terang-terangan'. Tiba-tiba mereka mendengar suara
bagaikan petir, yang mematikan mereka. Setelah itu Nabi Musa menangis sambil
berdoa minta kepada Allah, Ya Tuhan apakah yang akan aku katakan kepada Bani
Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah mema/ikan
orang-orang yang terbaik di antara mereka. Kemudian Allah menghidupkan mereka
satu per satu sehingga yang satu dapat melihat kawannya yang baru hidup,
sebagatmana juga ketika mati satu per satu, yang satu dapat melihat yang
lain".
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-A'raaf ayat 155:
"Rabbi lau syi'ta ahlak
tahum min qablu wa iyyaaya atuh likuna bimaa fa'alas sufahaa'u minna = Ya Tuhan, jika Tuhan berkehendak mematikan mereka sebelum ini dan aku juga,
apakah Tuhan akan membunuh kami karena perbuatan orang-orang yang bodoh di
antara kami". (al-A'raaf 155).
Ar-Rabi’ bin Anas mengatakan bahwa kematian itu semata-mata hukuman, dan
dihidupkan kembali supaya mereka menyelesaikan ajal.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Musa telah
kembali kepada kaumnya dan melihat mereka sedang menyembah anak lembu dan
mencela saudaranya dan as Samiri, kemudian membakar berhala anak lembu itu dan
menaburkannya ke dalam laut. Lalu Musa memilih tujuh puluh orang dari yang
baik-baik dan berkata, "Pergilah kalian bertobat kepada Allah dari
perbuatanmu itu dan mintalah tobat untuk orang-orang yang kamu tinggalkan di
belakangmu, berpuasalah, bersucilah, bersihkan pakaianmu, kemudian keluar
membawa mereka ke bukit Thursina untuk menepati waktu yang telah ditentukan oleh
Tuhan, sebab Nabi Musa tidak datang, kecuali jika mendapat izin.
Kemudian setelah mereka kerjakan tuntunan Nabi Musa dan keluar bersama
untuk menghadap kepada Allah, mereka meminta "Ya Musa, mintakan untuk kami
supaya kami dapat mendengar firman Tuhan." Jawab Musa,
"Baiklah." Maka ketika Musa telah ke gunung dan diliputi oleh awan
hingga menutupi gunung itu, dan Nabi Musa mungkin mendekat dan berkata,
"Hai kaumku mendekatlah kalian." Sedang Musa jika akan mendengar
firman Allah wajahnya diliputi oleh cahaya yang gemilang tidak dapat dilihat
oleh manusia, karena diliputi oleh hijab (dinding). Kemudian kaumnya mendekat
dan masuk ke dalam awan, lalu bersujud sehingga mereka mendengar firman Allah,
menyuruh dan melarang. Kemudian ketika telah selesai, awan terbuka dan Musa
menghadap kepada kaumnya, tiba-tiba mereka berkata, "Kami takkan percaya
kepadamu sehingga dapat melihat Allah terang-terangan", tiba-tiba mereka
terkena getaran bumi dan suara bagaikan petir dan matilah semuanya. Maka
berdirilah Musa meminta kepada Tuhan,
(وَاخْتَارَ
مُوسَىٰ قَوْمَهُ سَبْعِينَ رَجُلًا لِّمِيقَاتِنَا ۖ فَلَمَّا أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ
أَهْلَكْتَهُم مِّن قَبْلُ وَإِيَّايَ ۖ
أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا ۖ إِنْ
هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَاءُ وَتَهْدِي مَن تَشَاءُ ۖ أَنتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۖ وَأَنتَ خَيْرُ الْغَافِرِينَ)
dan Nabi Musa memilih tujuh puluh
orang lelaki dari kaumnya (untuk di bawa bersama ke Gunung Tursina) pada waktu
Yang telah Kami tentukan. maka ketika mereka digegar oleh gempa, Nabi Musa
merayu Dengan berkata: "Wahai Tuhanku! jika Engkau kehendaki, Engkau boleh
binasakan mereka bersama-sama denganku sebelum ini. Adakah Engkau hendak
membinasakan Kami disebabkan apa Yang telah dilakukan oleh orang-orang Yang
bodoh di antara Kami? (Apa Yang mereka telah lakukan) itu hanyalah cubaanMu.
Dengan cubaan itu Engkau sesatkan sesiapa Yang Engkau kehendaki dan Engkau beri
petunjuk kepada sesiapa Yang Engkau kehendaki. Engkau jualah Pelindung kami;
oleh itu ampunkanlah Kami dan berilah rahmat kepada kami, kerana Engkau jualah
sebaik-baik pemberi ampun. (Surah al ‘A’raf, 7 : 155)
As-Suddi mengatakan bahwa ketika Allah telah menerima tobat Bani Israil
dari penyembahan lembu dengan perintah harus bunuh membunuh setengah pada
setengahnya menurut perintah Allah, maka Allah menyuruh Musa bermunajat di
Thursina dengan membawa tujuh puluh orang dari Bani Israil untuk memintakan
maaf bagi kaumnya, maka Nabi Musa menjanjikan kepada Bani Israil dan memilih
sendiri tujuh puluh orang itu, kemudian membawa mereka ke Thursina. Ahli-ahli tafsir tidak
menceritakan selain tujuh puluh orang itu.
Dan terjadi kesalahan ahlil kitab yang menyatakan bahwa mereka itu telah
melihat Allah, sedang Nabi Musa sendiri minta itu dan ditolak maka bagaimana
akan dapat dicapai oleh tujuh puluh orang itu.
(وَظَلَّلْنَا
عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ)
dan Kami telah menaungi kamu Dengan awan (dari panas
matahari di padang pasir) dan Kami turunkan kepada kamu "Mann" dan
"Salwa", (serta Kami berfirman): "Makanlah dari makanan-makanan
Yang baik Yang Kami telah kurniakan kepada kamu". dan tidaklah mereka
menganiaya Kami (sebab mereka kufurkan nikmat itu), tetapi sebenarnya mereka
adalah menganiaya diri sendiri. (Surah al Baqarah, 2 : 57)
Sesudah Allah menyebut balak-balak yang dihindarkan dari Bani Israil, maka
akan menyebut nikmat-nikmat yang dilimpahkan kepada mereka.
Wa dhal lalnaa alaikimul ghamaa ma = Dan Aku naungi mereka dengan awan
putih supaya mereka terhindar dari terik matahari.
Al-Hasan dan Qatadah berkata, "Naungan itu ketika mereka berada di
hutan. Diberi naungan untuk menghindari terik matahari."
Mujahid mengatakan bahwa awan di sini bukanlah awan yang disebutkan Allah
akan tiba bersama Allah dari para Malaikat di hari kiamat, atau yang tiba
bersama Malaikat ketika perang Badr.
Ibnu Abbas mengatakan, awan itu berada bersama mereka selama mereka berada
di hutan.
( وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ)
Ibnu Abbas berkata, "Al-manna bagaikan getah yang turun di pohon, lalu
mereka pergi mengambilnya untuk makan sesukanya."
As-Suddi mengatakan bahwa Bani Israil bertanya, "Bagai-manakah Kami di
sini, bagaimanakah makanannya?" Maka Allah menurunkan al-manna di atas
pohon jahe.
Qatadah berkata, "Al-Manna itu turun pada mereka di tempat mereka
bagaikan jatuhnya es lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Turun sejak terbit fajar
hingga terbit matahari, tiap orang dapat mengambil secukupnya sehari itu, jika
lebih dari sehari akan rusak."
Abdurrahman bin Aslam berkata, "AI-Manna", ialah madu,
Ahli-ahli tafsir ada yang mengartikan al-manna adalah makanan dan ada pula
yang mengatakan minuman. Sedang pcngertiannya, "Semua yang dikaruniakan
Allah dari makanan dan minuman dan lain-lainnya yang mudah tanpa menguras
tenaga".
AI-Manna jika dimakan menjadi makanan yang manis, jika dicampur dengan air
menjadi minuman yang lezat, jika dicampur dengan lain-lainnya berupa makanan
lain.
Tetapi ayat ini tidak hanya menuju kepada itu saja, sebab nabi saw.
bersabda, "Al kam'atu minal manni wa maa 'uha syifa'un IH aini = Cendawan
itu termasuk al-manna, sedang air-nya obat menyembuhkan penyakit mata".
(HR. Bukhari dari Said bin Zaid r.a.).
Abu Salamah dan Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi iaw. bersabda, "Al'aj
watu minal jannati wa fiha syifaa'un mi' nas summi, wal kam'atu minal manni wa
maa'uha syifaa'un liVaini = Kurma ajwah itu dari surga, dan dapat
mengobati/menawarkan racun/keracunan, dan cendawan itu dari al-manna sedang
airnya obat penyemhuh mata. (HR. at-Tirmidzi).
As Salwa; Burung yang serupa dengan burung puyuh (gemak, Jawa), seperti
ayam tetapi agak kecil, biasa mereka memakannya.
Qatadah mengatakan, as-salwa adalah burung berwarna merah yang didatangkan
oleh angin selatan, tiap orang menyembelih s'ecukupnya sehari itu dan bila
lebih dari sehari rusak, dan pada hari Jumat mengambil dobel untuk dua hari sebab
hari Sabtu untuk ibadat.
As-Suddi mengatakan, ketika Bani Israil telah berada di hutan mereka
bertanya kepada Nabi Musa, "Dari manakah makanan kami?" Maka Allah
menurunkan al-Manna yang diturunkan di atas pohon jahe, sedang as-salwa, burung
yang menyerupai merpati, jika mereka melihatnya sudah gemuk lalu disembelih,
tetapi bila masih kurus dilepas.
Kemudian mereka bertanya, "Ini makanannya, maka manakah
minumannya?" Maka Allah menyuruh Musa memukulkan tongkatnya ke batu,
sehingga memancar dari padanya dua betas mata air, mcnurut banyaknya turunan
suku Bani Israil, kemudian mereka minta naungan, maka Allah memberi naungan
bagi mereka dengan awan yang selalu menaungi mereka. Kemudian minta pakaian,
maka Allah memberkahi pakaian mereka sehingga tidak robek pakaian mereka dan
setalu kuat.
(كُلُوا
مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ ) Perintah
makan ini berupa anjuran petunjuk, bukan perintah wajib. (وَمَا
ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ)
Allah menyuruh makan minum dan langsung tetap patuh taat pada tuntunan jangan
menyalahi, tetapi akhirnya mereka berbuat hanya menurut pendapat pikiran,
kira-kira yang akhirnya aniaya pada diri sendiri dan rugi menyesal.
Di sini terlihat kelebihan sahabat Nabi Muhammad saw. dalam kcsabaran,
ketabahan mereka, serta ketaatan mereka dalam mengikuti dan mematuhi tuntunan
ajaran Nabi Muhammad saw. sebagai yang terjadi dalam perang Tabuk, dalam
suasana yang demikian berat dan sangat panas, dalam keadaan penderitaan yang
sedemikian mereka hanya minta semoga didoakan. berkat makanan mereka, sehingga
makanan yang sedikit dapat mencukupi semua kawan, demikian pula ketika berhajat
pada air minta diturunkan hujan sehingga dapat memenuhi tempat-tempat air
mereka.
(وَإِذْ
قُلْنَا ادْخُلُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا
وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ ۚ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ)
58. (فَبَدَّلَ
الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى
الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ) 59.
58. dan
(kenangkanlah) ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke bandar ini,
kemudian makanlah dari benda-benda Yang ada di dalamnya Dengan sepuas-puasnya,
apa sahaja Yang kamu sukai. dan masuklah kamu melalui pintunya Dengan tunduk
(merendah diri); dan (mintalah ampun dengan) berkata: ' Ya Allah ampunilah dosa
Kami '; supaya Kami ampunkan kesalahan-kesalahan kamu, dan Kami akan tambah
pula pahala orang-orang Yang berbuat baik". 59. kemudian orang-orang Yang
zalim (penderhaka) itu mengubah perkataan (perintah kami) Yang dikatakan kepada
mereka Dengan melakukan sebaliknya; maka Kami turunkan ke atas orang-orang Yang
zalim itu bala bencana dari langit, Dengan sebab mereka sentiasa berlaku fasik
(menderhaka). (Surah al Baqarah, 2 : 58-59)
Dalam ayat ini Allah mencela mereka, karena mereka enggan berjihad dan
masuk Baitul Maqdis untuk mengusir orang-orang kafir yang ada di sana, karena
itu Allah membuang mereka di tempat pengasingan (hutan) sebagai hukuman bagi
mereka sebagaimana tersebut dalam surat al-Maidah ayat 21 - 26, mereka harus
menjadi pcrantau selama empat puluh tahun.
(وَادْخُلُوا
الْبَابَ سُجَّدًا ) Mereka
diperintah masuk ke pintu kota itu dengan perasaan syukur, sujud kepada Allah
atas nikmat karunia yang mereka terima dari pada kemcnangan dan keselamatan.
Sujjada Ibnu Abbas mengartikan sambil
rukuk.
Ibnu Mas'ud mengatakan, "Bahkan
mereka sombong, mengangkat kepala ke atas menyalahi perintah".
(وَقُولُوا حِطَّةٌ) Ibnu Abbas mengartikan Mintalah ampun.
Al-Hasan dan Qatadah mengartikan, Hut
tha anna kha tha yaa na = Ampunilah dosa kami. Dan dijamin oleh Allah bila
mereka mengakui dosanya dan minta ampun pasti Allah akan mengampunkan dosa
mereka bahkan akan memperlipatgandakan pahala merdca.
Dan ajaran, perintah Allah yang
sedemikian ini menjadi sunnatullah yang diajarkan kepada Nabi-nabi dan
umat-umat yang dahulu, juga pada Nabi Muhammad saw., sehingga ketika Fathu
Makkah, ketika Nabi saw. masuk kota Makkah dari Tsaniyyatul Ulya, Rasulullah
saw. menundukkan kepalanya, sehingga dagunya menyentuh punggung kendaraannya,
semata-mata syukur kepada Allah atas karania-Nya yang diterimanya berupa
kemenangan yang gemilang terhadap kaum kafir Makkah.
Kemudian setelah masuk Makkah
Nabi saw. mandi dan salat delapan rakaat waktu Dhuha, sehingga ahli-ahli hadis
mengatakan itu shalatul fathi atau shalatusy syukri, dan telah diikuti oleh
Sa'ad bin Abi Waqqash r.a. ketika ia telah dapat memasuki ibukota kerajaan
Kisra farsi.
Adapun caranya terserah dilaksanakan dalam
satu salam semuanya atau salam pada tiap dua rakaat, hanya saja yang utama
dengan empat salam, tiap dua rakaat satu salam.
(فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ
الَّذِي قِيلَ لَهُمْ) Orang-orang yang zalim telah mengganti kalimat yang diajarkan
dengan lain kalimat.
Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah menyuruh Bani Israil supaya masuk
pintu kota dengan sujud syukur sambil minta ampun, yang dijanjikan akan
diampunkan dosa-dosa mereka, tiba-tiba mereka masuk sambil berjalan mengesot
dan berkata biji-biji dalam tangkai". (HR.
Bukhari). Ada riwayat, Gandum dengan tangkainya.
Karena itulah Allah menyatakan mereka
telah mengubah kalimat yang berlawanan dengan apa yang diajarkan kepada mereka.
Kesimpulan Allah menerangkan bahwa Bani
Israil kebanyakan fasik dalam agama, menganggap agama sebagai mainan, sehingga
jika diperintah sesuatu lalu diubah sesuka hati, dianggap sebagai permainan,
karena itu Allah menyatakan bahwa Allah telah menurunkan siksa yang berat pada
mereka yang zalim, yaitu yang fasik dan mempermainkan agama, hukum, perintah
atau larangan dan anjurannya.
Asy-Sya'bi, Said bin Zubair mengatakan,
Arrijzu -Tha'un, kolera, cacar.
Karena riwayat Usamah bin Zaid
r.a. dan beberapa saha-bat bahwa Nabi saw. bersabda, Attaa’un rijzun adzabun
udzri-ba bihi man kaana qablakum = Tha'un wabah ialah penyakit siksa yang
telah diturunkan oleh Allah kepada umat yang sebelummu (HR. an-Nasa'i).
Di lain riwayat, penyakit ini ialah rijiz
yang disiksakan kepada umat sebelummu.
(وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا
اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَرَ ۖ
فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ
عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۖ كُلُوا
وَاشْرَبُوا مِن رِّزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ)
dan (ingatlah) ketika Nabi Musa memohon supaya diberi air untuk kaumnya,
maka Kami berfirman: "Pukulah batu itu Dengan tongkatmu", (ia pun
memukulnya), mlalu terpancutlah dari batu itu dua belas mata air; Sesungguhnya
tiap-tiap satu puak (di antara mereka) telah mengetahui tempat minumnya
masing-masing. (dan Kami berfirman): "Makanlah dan minumlah kamu dari
rezeki Allah itu, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka
bumi". (Surah al Baqarah, 2: 60)
Ingatlah nikmat-Ku kepadamu, ketika Aku menerima permintaan Nabi Musa a.s.
ketika berdoa minta air, maka Aku mudahkan bagimu keluarnya air dari batu yang
memancarkan dua belas mata air untuk tiap kaum sendiri-sendiri sehingga masing-masing
telah mengetahui di mana tempat bagiannya, karena itu silakan kalian makan
minum dari al-manna dan salwa dan air yang memancar tanpa usaha kesukaran,
karena itu hendaknya kalian tetap beribadat kepada Allah yang memberimu
berbagai nikmat itu, dan jangan kalian gunakan nikmat itu untuk maksiat yang
berarti akan melenyapkan nikmat itu atau terca-but nikmat itu.
Ibnu Abbas berkata, "Di depan mereka ada batu persegi empat, maka Musa
diperintah memukulkan tongkatnya ke batu, dan ketika tongkatnya dipukulkan ke
batu, memancarkan dari masing-masing arah tiga mata air, lalu diberitakan
kepada tiap suku (kaum) bagiannya dari pancaran air itu."
Qatadah berkata, "Batu itu dari bukit Thur." Athiyah al-Aufi
berkata, "Batu sebesar kepala lembu".
(وَإِذْ
قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ
يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا
وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ ۚ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا
سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ
ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika kamu
berkata: "Wahai Musa, Kami tidak sabar (sudah jemu) Dengan makanan Yang
semacam sahaja; maka pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya dikeluarkan
bagi Kami sebahagian dari apa Yang tumbuh di bumi; dari sayur-sayurannya, dan
mentimunnya, dan bawang putihnya, dan adas (kacang dalnya), serta bawang
merahnya". Nabi Musa menjawab: "Adakah kamu mahu menukar sesuatu Yang
kurang baik Dengan meninggalkan Yang lebih baik? Turunlah kamu ke bandar kerana
di sana kamu boleh dapati apa Yang kamu minta itu". dan mereka ditimpakan
Dengan kehinaan dan kepapaan, dan sudah sepatutnya mereka mendapat kemurkaan
dari Allah. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka kufur (mengingkari)
ayat-ayat Allah (perintah-perintah dan mukjizat-mukjizat Yang membuktikan
kebesaranNya); dan mereka pula membunuh Nabi-nabi Dengan tidak ada alasan Yang
benar. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka menderhaka dan mereka pula
sentiasa menceroboh. (Surah al Baqarah, 2 : 61)
Bagliha: Sayur-mayur, rempah - rempah. 'qitstsa'iha; labu, kerai, mentimun.
Fumiha: Tsum, bawang putih, gandum, kacang atau roti.
Ingatlah nikmat yang Aku turunkan kepadamu berupa makanan al-manna dan
salwa, makanan yang lezat, ringan dan mudah didapat, tetapi kalian merasa jemu
dari padanya dan minta ganti dengan makanan yang jauh lebih rendah.
Al-Hasan al-Bashri berkala, "Kemudian mereka merasa sombong dan minta
lain makanan, memang mereka terkenal ahli rempah dan masak-masak, oleh
karenanya mereka minta makanan yang mereka olah sendiri, dan dapat digunakan
untuk roti, kuwe dan lain-lainnya.
Jika tujuan hidupmu hanya terhenti pada makanan yang beraneka, tetapi tidak
menjaga kemuliaan jiwa dan kesempurnaan agama, maka persilakan masuk ke kota
mana saja, di sana akan kalian dapatkan semua yang kamu usulkan itu.
Dan karena demikian rakus dan hanya kepentingan makan yang mereka utamakan,
maka ditetapkan kepada mereka sifat rendah dan hina diri serta miskin hati,
selaku mengharap belas kasih dari orang lain, tidak sanggup mempertahankan diri
dan ke mana saja mereka tetap mendapat murka Allah, sebab selain menyalahi
ajaran agama Allah, enggan untuk mengikuti atau mematuhi tuntunan Allah. Bahkan selain dari itu
mereka tidak segan untuk menghina meremehkan pemimpin agama dan penganjur agama
Allah, bahkan mereka berusaha untuk membunuh para Nabi tanpa alasan hak hanya
semata-mata sentimen dari iri hati.
Dalam hadis sahih Rasulullah saw. bersabda, "Alkibru bat-ha rul
haqqi wa gham thun naasi — Sombong itu ialah menentang hak (tuntunan ayat Allah,
dan menghina orang). (Bukhari, Muslim).
Ketika Bani Israil telah berbuat durhaka yang berupa tantangan terhadap
ayat Allah dan membunuh para Nabi, maka Allah menurunkan siksa-Nya kepada
mereka dan penghinaan dunia akhirat.
Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Pernah terjadi Bani Israil dalam
satu hari mereka membunuh tiga ratus Nabi. Setelah itu mereka melanjutkan
pasaran rempah-rempahnya di sore hari."
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Asyaddun naa
si adzaaban yau mal qiyamati, rajulun qatalahu nabhiyun, au qatala nabiyan wa
imamu dhala latin wa mumats tsilun minal mumats tsilin ~ Seberat-berat
manusia siksanya di hari kiamat, seorang yang dibunuh oleh Nabi atau membunuh
Nabi dan pimpinan kesesatan (yang menyesatkan), dan orang yang memberi contoh
kejahatan". (HR. Ahmad).
Siksa yang demikian itu hanya karena mereka berbuat durhaka maksiat dan
melampaui batas. Maksiat ialah mengerjakan larangan dan melampaui batas
berlebihan dalam melakukan apa yang diizinkan.
(إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا
وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ)
Sesungguhnya
orang-orang Yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasora
(Nasrani), dan orang-orang Saabien sesiapa di antara mereka itu beriman kepada
Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka bagi mereka
pahala balasannya di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari
berlakunya kejadian Yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan
berdukacita. (Surah al Baqarah, 2 : 62)
Setelah Allah menerangkan keadaan orang-orang yang menyalahi perintah
Allah dan mengerjakan larangan-Nya serta berlebihan dalam mengerjakan sesuatu,
juga menerjang yang haram sehingga menerima akibat yang telah diperingatkan
oleh Allah, maka sebagai kelanjutan ayat Allah mengingatkan bahwa yang berbuat
kebaikan, mengikuti benar tuntunan iman dan jejak yang diberikan oleh Rasul
utusan Allah, terutama Nabi Muhammad saw. maka pasti ia akan mencapai bagian
yang abadi, sehingga tidak akan merasakan ketakutan terhadap apa yang mereka
tinggalkan, sebagaimana firman Allah, "Alaa inna au-liyaa Allahi laa
khau fun alaihim walaa hum yah zanuun" = Ingatlah bahwa para kekasih
Allah itu, tidak akan merasakan ketakutan dan tidak akan menderita duka cita.
Mujahid mengatakan bahwa Salman al-Farisi r.a. berkata, "Saya bertanya
kepada Nabi saw. tentang ahli agama yang dahulu aku bersama mereka, mereka
tekun dalam salat ibadatnya, tiba-tiba turun ayat 62 ini."
As-Suddi berkata, "Ayat 62 ini turun, mengenai kawan-kawan Salman
al-Farisi ketika ia sedang menceriterakan kepada Nabi saw., berita
kawan-kawannya yang tekun dalam salat, ibadat dan puasa, bahkan mereka
mengetahui bahwa engkau akan terutus scbagat Nabi. Ketika Salman telah selesai
pujiannya terhadap kawan-kawannya itu, tiba-tiba Nabi saw. bersabda. 'Hai
Salman mereka itu ahli neraka'. Maka Salman merasa berat menerima keterangan itu.
Lalu turunlah ayat 62 ini, sehingga jelas bahwa iman kaum Yahudi berlaku bagi
orang yang benar-benar mengikuti Taurat dan tuntunan Nabi Musa a.s. di masa
Musa a.s. sampai datangnya Isa. setelah datangnya Isa a.s. maka siapa yang
bcrpegang pada Taurat dan tidak mengikuti Isa berarti binasa, demikian pula
iman orang Nashara berlaku bagi siapa yang bcnar-benar mengikuti Injil dan
tuntunan Nabi Isa sehingga datangnya Nabi Muhammad saw. Dan sesudah datangnya
Nabi Muhammad, bagi siapa yang menurut Injil dan tuntunan Nabi Isa tetapi
tidak menurut kepada Nabi Muhammad saw. ia pun binasa."
Keterangan ini tidak menyalahi pendapat Ibnu Abbas bahwa pada mulanya
turun ayat ini kemudian sesudah itu diturunkan ayat, "(وَمَن
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ) Dan siapa
yang menghendaki sesuatu agama selain dari Islam maka tidak akan ditcrima dari
padanya, dan di akhirat termasuk orang yang rugi". (All Imran 85).
Pendapat Ibnu Abbas itu hanya keterangan bahwasanya takkan diterima dari
siapa pun amal ibadat kccuali yang sesuai dengan syariat Nabi Muhammad saw.
yakni sesudah diutusnya Nabi Muhammad saw. Adapun sebelum Nabi Muhammad saw. maka
di masa Nabi Musa, maka pengikut Nabi Musa yang setia dan taat maka mereka
mendapat petunjuk dan sclamat demikian pula di masa Nabi Isa maka pengikut Nabi
Isa yang setia dan taal kepada Nabi Isa mendapat petunjuk dan selamat.
Yahud berarti cinta kasih, juga berarti tobat, mereka disebut Yahud karena
berkata, "Innaa hud naa ilaika = Sungguh kami tobat kepada-Mu". Juga
karena mereka bernasab kepada Yahuda putra Yaqub yang terbesar.
Abu Amr bin al-Alaa' berkata, "Dinamakan Yahudi karena selalu
bergoyang-goyang (bergerak) ketika membaca Taurat. Adapun Nashara karena mereka
masing-masing saling tolong-menolong, juga karena mereka tinggal di daerah
Nashirah (Nazaret). Juga karena Nabi Isa ketika bertanya, 'Man an shari
ilallah?' = Siapakah yang akan membantuku meneruskan ajaran Allah?' Dijawab
oleh sahabat yang setia, 'Nah nu an sharullah'. = Kamilah pembela agama Allah.
Dan sesudah diutus Nabi Muhammad saw. sebagai penutup dari semua Nabi serta
utusan Allah pada semua manusia (anak Adam), wajiblah semua manusia
mempercayainya dan menaatinya dalam semua ajaran, tuntunannya dan menghentikan
semua larangannya, dan mereka yang demikian inilah yang disebut mukmin yang
sungguh, dan umat Muhammad disebut Mukminin karena merekalah yang terbanyak
imannya, sebab mereka mempercayai kepada semua Nabi yang lalu dan semua yang
gaib yang akan datang.
Adapun Asshaa bi'un. Mujahid mengatakannya sebagai aliran di antara Majusi,
Yahudi dan Nashara.
Abul Aliyah, adh-Dhahhak dan Ishaq bin Rahawaih berkata, "Segolongan
dari ahlil kitab yang suka mempelajari Zabur." Karena itu Abu Hanifah dan Ishaq
berkata, "Boleh mengawini wanita mereka dan makan sembelihan mereka."
Abu Jakfar ar-Razi berkata, "Saya mendapat keterangan bahwa Asshabi'in
mereka yang menyembah Malaikat, membawa kitab Zabur dan sembahyang menghadap
kiblat."
Wahb bin Munabbih ketika ditanya tentang asshabi'in menjawab, ialah yang
hanya mengenai Allah, tanpa syariat yang harus diamalkan juga tidak merasa diri
kafir.
Abdurrahman bin Zaid mengatakan, "Asshabi'in adalah aliran kepercayaan
di pulau Maushil, mereka mengakui, 'Laa ilaha illaflah' tanpa kitab, tanpa Nabi
tanpa amal, hanya merasa cukup dengan kalimat, Laa ilaha illallah."
Karena itu ketika Nabi saw. mengajak orang-orang kafir untuk percaya kepada
kalimat, "Laa ilaha illallah", maka mereka berkata, "Itu orang
Shabi'."
Al-Qurthubi mengatakan, "Asshabi'in adalah kaum yang percaya kepada
Tuhan yang Maha esa dan percaya kepada pengaruh bintang yang dianggap
menentukan, karena itu Abu Said al-Isthakhri menganggap mereka kafir karena
kafir terhadap kekuasaan Allah yang mutlak."
Ar-Razi mengatakan, "Asshabi'in ialah kaum yang menyembah bintang dan
menganggap bahwa Allah telah menyerahkan urusan bumi ini kepada bintang-bintang
itu."
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ
الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ 63 ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لَكُنتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ 64
dan (ingatlah), ketika Kami mengambil perjanjian setia
kamu semasa Kami angkatkan Gunung Tursina di atas kamu (sambil Kami berfirman):
"Terimalah Taurat Yang telah Kami berikan kepada kamu (serta amalkanlah)
Dengan bersungguh-sungguh, dan ingatlah (jangan lupakan) apa Yang tersebut di
dalamnya, supaya kamu bertaqwa. 64. kemudian sesudah itu kamu membelakangkan
perjanjian setia kamu itu (tidak menyempurnakannya); maka kalau tidaklah kerana
limpah kurnia Allah dan belas kasihanNya kepada kamu (dengan membuka pintu
taubat), nescaya menjadilah kamu dari golongan orang-orang Yang rugi. (Surah al
Baqarah, 2 : 63)
Dalam ayat ini Allah menyatakan telah mengambil sumpah dari Bani Israil
supaya mereka benar-benar dalam imannya kepada Allah dan taat sepenuhnya
kepada para Rasul-Nya, sumpah setia yang diambil dari Bani Israil itu, sehingga
diancam mereka dengan ancaman bila mereka menolak akan dijatuhkan gunung di
atas kepala mereka, sedang janji (tugas) itu berbunyi, "Terimalah apa yang
Aku turunkan kepadamu dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati, sebagaimana
tersebut dalam ayat 171 surat al-A'raaf (وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ
ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ
وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)
Perhatikanlah ketika Aku mencabut gunung dan meletakkan tepat di atas mereka
bagaikan payung (awan, naungan), dan mereka yakin akan dijatuhkan pada mereka,
"Terimalah apa yang Aku turunkan kepadamu dengan sungguh-sungguh, dan
pelajari semua yang terkandung di dalamnya supaya kamu bertakwa".
(al-A'raaf 171).
As-Suddi berkata, "Ketika mereka pada mulanya menolak tidak mau
bersujud maka Allah menyuruh Gunung Thur supaya jatuh di atas mereka, dan
ketika mereka telah melihat gunung sudah berada di atas kepala mereka,
segeralah mereka bersujud dengan sebelah mata yang masih melihat ke atas, takut
kejatuhan gunung, tetapi Allah merahmati mereka sehingga mereka berkata,
"Tiada sujud yang lebih baik daripada sujud yang dapat menghindarkan azab
(siksa)."
Andaikan tiada karunia dan rahmat Allah yang berupa penerimaan tobat dan
diutusnya kepadamu beberapa Nabi dan Rasul, niscaya kalian pasti rugi, sebab
telah menyalahi janji dan tugas yang diperintahkan kepadamu.
(وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا
مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ) 65
(فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا
وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ) 66
65. dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui (bagaimana buruknya akibat)
orang-orang di antara kamu Yang melanggar (larangan) pada hari Sabtu, lalu Kami
berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera Yang hina". 66. maka Kami
jadikan apa Yang berlaku itu sebagai suatu hukuman pencegah bagi orang-orang
Yang ada pada masa itu dan orang-orang Yang datang Kemudian, dan suatu
pengajaran bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 :
65-66)
Dalam ayat ini: Allah berfirman,
"Hai kaum Yahudi sekelian telah mengetahui bencana yang menimpa pada penduduk
dusun yang melanggar larangan Allah di hari Sabtu, yang Allah menyuruh mereka
menjadikan hari Sabtu untuk beribadat, tiba-tiba mereka membuat hilah (siasat)
untuk mengail ikan yang keluar di hari Sabtu, dengan memasang jala dan alur
kecil (selokan) sebelum hari Sabtu, sehingga bila hari Sabtu ikan-ikan pada
keluar berkeliaran di atas permukaan air tersangkut dalam jala dan masuk dalam
kolam, kemudian pada malam harinya mereka ambil, maka ketika berbuat hilah
sedemikian Allah mengubah bentuk mereka menjadi kera, bentuk binatang yang
hampir serupa dengan manusia. Sebagai pembalasan yang sesuai
dengan perbuatan mereka yang akan menipu dan membalikkan ayat Allah.
Sebagaimana tersebut dalam surat al-A’raaf 163, "Tanyakan pada mereka
tentang penduduk dusun yang di tepi laut, ketika mereka melanggar di hari
Sabtu, karena ikan itu datang di hari Sabtu berduyun-duyun, dan pada lain hari
tidak datang kepada mereka. Sengaja kami menguji mereka karena mereka fasik dalam
agama (tidak sungguh-sungguh dalam agama)". (al-A'raaf 163).
Ibnu Abbas berkata, "Pemuda-pemuda
mereka dijadikan kera, sedang yang tua-tua dijadikan babi, sebagaimana tersebut
dalam' surat al-Maidah 60:
(قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ
مَثُوبَةً عِندَ اللَّهِ ۚ مَن
لَّعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ
وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ
أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَاءِ السَّبِيلِ)
"Katakanlah, "Sukakah
aku beritakan kepadamu yang lebih jahat dari itu balasannya dari Allah, yaitu
orang yang dikutuk dan dimurka Allah, sehingga Allah menjadikan mereka kera,
babi dan penyembah berhala". (al-Maidah, 5 : 60).
Qatadah berkata; "Ketika
Allah memerintahkan mereka jadi kera, maka langsung terjadi apa yang
dikehendaki oleh Allah, mereka berubah menjadi kera yang berekor dan tidak
dapat berbicara."
Atha' al-Khurasani berkata,
"Ketika mereka dijenguk oleh orang-orang yang telah memperingatkan mereka
dan ditanya, Tidakkah kami telah melarang dan memperingatkan kalian', mereka
hanya dapat menganggukkan kepalanya yang berarti membenarkan."
Ibnu Abbas berkata, "Mereka
yang melanggar di hari Sabtu, langsung dijadikan kera, kemudian mereka mati
semuanya, biasa makhluk yang disiksa Allah tidak tinggal di dunia kecuali tiga
hari, tidak makan, minum dan tidak berketurunan. Sedang
kera-kera yang ada di dunia ini termasuk dalam makhluk Allah yang dijadikan
dalam enam hari yang disebut di lain ayat". Demikianlah kekuasaan Allah
mencipta dan mengubah sekehen-dakNya.
Kuunuu qiradatan kha si'in = Jadilah
kalian kera yang hi-na dina yang sangat rendah!
Ibnu Abbas berkata, "Allah
telah mewajibkan kepada Bani Israil sebagaimana yang diwajibkan atas kamu yaitu
hari Jumat, tetapi mereka menyalahinya ke hari Sabtu, mereka mengagungkannya
dan mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, maka Allah menguji
mereka dan mengharamkan mengail dan makan ikan di hari Sabtu itu, sedang bila
tiba hari Sabtu datangnya ikan-ikan itu berduyun-duyun ke tepi laut, tetapi
bila habis hari Sabtu tidak ada walaupun seekor dari ikan-ikan itu, demikianlah
keadaannya sehingga mereka ingin benar kepada ikan itu, sehingga ada orang yang
dapat menangkap ikan dan mengikatnya kemudian dilepas kembali ke dalam air, dan
diambilnya kembali di hari Minggu, demikian maka di hari Sabtu lagi berbuat demikian,
maka orang-orang membau bau ikan dan mereka menyelidiki, dan ketika bertemu
dengan orang-orang yang berbuat sedemikian itu mereka pun mengikuti perbuatan
itu, perbuatan itu pada mulanya dilakukan secara rahasia dengan
sembunyi-sembunyi, tetapi lama kelamaan dilakukan secara terang-terangan,
menjualnya ikan itu di pasar-pasar. Sedang para ulama mereka masih
selalu memperingatkan supaya menghentikan perbuatan itu dan tetap bertakwa
kepada Allah, jangan mempermainkan larangan Allah. Ada pula orang-orang yang
tidak ikut melarang bahkan berkata, "Untuk apa kamu melarang orang-orang
yang akan dibinasakan oleh Allah?" Jawab orang-orang yang melarang,
"Kami ingin mendapat maaf dari Tuhan karena kami melarang perbuatan
mungkar. Juga mungkin pada di antara mereka orang yang suka mendengar
peringatan kami ini. Tiba-tiba pada suatu hari orang-orang yang melanggar itu
tidak hadir di biara mereka. Maka pergilah mereka untuk melihat mengapakah
mereka tidak hadir di biara, mendadak mendapatkan mereka telah berubah menjadi
kera, suami, istri, dan anak-anaknya,"
As-Suddi berkata, "Ayat
65-66 ini, mengenai penduduk Ailah yang berada di pesisir dekat laut. dan Allah
telah mengharamkan kepada orang Yahudi bekerja di hari Sabtu, sedang ikan di laut
kalau hari Sabtu keluar ke permukaan air sehingga terlihat sungutnya, tetapi
apabila hari Minggu (Ahad) semua ikan tinggal di dasar laut dan tidak terlihat
satu pun di atas air, karena demikian sebagian dari mereka benar-benar ingin
akan ikan laut, sehingga ia menggali sungai kecil (selokan) yang menembus ke
laut. Bila
hari Sabtu dibuka pintu air ke sungai itu, sehingga gelombang air laut akan
melemparkan ikan-ikan itu ke dalam sungai itu. Ikan itu tidak akan bisa kembali
ke laut karena dangkalnya air sungai itu. Maka bila hari Ahad mereka mengambil
ikan itu dan membakarnya sehingga tetangganya dapat membau dan menanyakan
caranya memperoleh ikan tersebut, kemudian setelah tetangga yang lain diberi
tahu caranya, mereka berbuat seperti itu sehingga meluaslah perbuatan semacam itu.
Maka datanglah para Ulama menegur mereka, "Celakalah kalian karena telah
mengail di hari Sabtu, padahal kalian telah dilarang." Jawab mereka,
"Kami mengambil ikan di hari Ahad." Jawab ulama, "Kamu dianggap
mengail ketika membuka pintu air sehingga ikan masuk ke dalamnya, tetapi mereka
tidak suka menghentikan perbuatan itu sehingga ada orang-orang yang berkata,
'Untuk apa kamu melarang kaum yang akan dibinasakan oleh Allah? Jawab mereka,
'Kami ingin mendapat maaf karena telah nahi mungkar, sedang kaum muslimin
berkata, Kami tidak akan bertempat tinggal bersamamu, sehingga membuat batas
dinding di antara mereka, dan masing-masing keluar dari pintunya sendiri, maka
pada suatu hari ketika kaum muslimin yang patuh telah keluar dari tempatnya,
sedang orang-orang yang melanggar belum juga keluar, maka orang-orang muslimin
itu mendaki ke atas rumah untuk melihat keadaan mereka, tiba-tiba didapatkan
mereka telah berubah menjadi kera yang satu melompat pada yang lain."
Sebagai tersebut dalam surat al-A'raaf ayat 166 yang artinya, "Maka ketika
mereka tetap terus melanggar apa yang telah dilarang itu, maka kami cipta
mereka, Jadilah kalian kera-kera yang rendah dan hina."
Kemudian Allah berfirman:
(فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا
وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ)
maka Kami jadikan apa Yang
berlaku itu sebagai suatu hukuman pencegah bagi orang-orang Yang ada pada masa
itu dan orang-orang Yang datang Kemudian, dan suatu pengajaran bagi orang-orang
Yang (hendak) bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 : 66)
As-Suddi berkata, "Wa mau'idhatan lilmut taqqin, dari umat Muhammad
saw. yakni semua yang Aku jatuhkan pada mereka dari siksa itu sebagai akibat
pelanggaran mereka yang dilakukan dengan siasat dan hilah itu, supaya orang
yang takwa menjaga diri dari perbuatan hilah dan siasat yang rendah itu."
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasutullah saw. bersabda:
"Janganlah kalian melanggar sebagaimana perbuatan (pelanggaran) kaum
Yahudi, sehingga menghalalkan apa yang diharamkan Allah dengan siasat hilah
yang rendah". (R. Abu Abdullah bin
Batthah).
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ
قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ
أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ)
Perhatikanlah ketika Musa berkata kepada kaumnya,
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menycmbelih lembu". Mereka berkata,
"Apakah engkau akan mempermainkan kami?" Jawab Musa, "Aku
berlindung kepada Allah jangan sampai aku tergolong orang yang dungu". (67).
Yakni hanya orang yang dungu, bodoh tidak mengenal Allah yang ia berani
mempermainkan perintah Allah.
Ingatlah nikmat atas kamu ketika memperlihatkan kepadamu kejadian yang luar
biasa mengenai lembu, sehingga jelas yang membunuh dan Allah menghidupkan yang
terbunuh.
Ubaidah as-Salmani berkata, "Ada seorang kaya di Bani Israil, ia
mandul tidak mempunyai anak, dan hanya kemenakannya yang bakal menjadi
warisnya, tiba-tiba kemenakannya itu membunuh mamandanya itu dan diangkutnya di
waktu malam untuk diletakkan di muka pintu rumah orang.
Pada pagi hari-nya ia mengadukan orang pemilik rumah itu sebagai pembunuh mamandanya
sehingga hampir terjadi perang saudara antara suku dengan suku. Maka datanglah
orang-orang pandai dan berkatatah mereka, "Mengapa kalian harus bunuh
membunuh sedang di sini ada Rasulullah, maka datanglah mereka kepada Nabi Musa
a.s. mengadukan kejadian itu. Maka Nabi Musa berkata, "Sesungguhnya Allah
menyuruh kalian menyembelih lembu". Jawab mereka, "Apakah engkau akan
mempermainkan kami?" Jawab Musa, "Aku berlindung kepada Allah jangan
sampai aku tergolong orang yang bodoh."
Andaikan mereka tidak menentang niscaya cukup bagi mereka jika mereka
menyembelih lembu yang mana juga, tetapi karcna mereka mempcrsukar, maka Allah
memberatkan kepada mereka sehingga sampai pada lembu yang memenuhi syarat yang
diperintahkan, dan mereka dapatkan lembu itu pada seorang yang hanya mempunyai
lembu satu-satunya itu.
Ketika ditanya harganya, jawabnya, "Aku tidak akan menerima kurang
daripada ditimbang lembu itu dengan emas, maka terpaksa mereka harus
membelinya, kemudian disembelih dan dipukulkan sebagian anggota lembu itu pada
mayat sehingga hidup yang lalu ditanya, "Siapa yang membunuhmu?" Jawabnya,
"Ini." Sambil menunjuk kemenakannya sendiri, kemudian kembalilah
mayat itu mati. Maka sejak itu pembunuh tidak menerima waris dari yang
dibunuh, karena itu kemenakan itu tidaklah mehdapatkan apa-apa dari harta
pamannya yang dibunuhnya itu. (R. Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir).
As-Suddi berkata,, "Ayat 67 ini menceritakan seorang dari Bani Israil
yang kaya dan mempunyai seorang putri, dia pun mempunyai kemenakan laki-laki,
dari saudara laki-laki yang miskin, maka kemenakannya itu meminang putri
mamandanya yang kaya, tetapi ditolak oleh mamandanya, sehingga marahlah pemuda
(kemenakan) itu dan berkata, "Demi Allah aku akan bunuh mamandaku,
kemudian aku ambil hartanya dan aku kawin putrinya dan aku makan hasil diyah
(Denda) dari pembunuhnya. Kemudian pemuda itu datang kepada aminya (mamandanya)
ketika ia mengetahui ada pedagang baru tiba dari luar negeri, lalu ia berkata
kepada aminya, "Ya ami mari pergi bersamaku kepada pedagang yang baru tiba
itu untuk mengambil dagangan dari mereka, sebab jika mereka melihat aku bersama
ami tentu mereka percaya dan memberi dagangan kepadaku."
Maka keluarlah aminya itu bersama pemuda itu di waktu malam, dan ketika
sampai di daerah suku yang lain langsung dibunuhlah mamandanya itu olehnya. Kemudian segera ia
kembali ke rumahnya. Kemudian ketika pagi hari ia berlagak mencari aminya
seakan-akan tidak mengetahui apa-apa dan di mana ia berada. Dan ketika dicari
di rumahnya tidak bertemu ia mencari ke daerah suku tersebut, scdang mayat
dilihat orang banyak, lalu ia menuduh mereka, "Kalian telah membunuh amiku
(mamandaku), maka kalian harus membayar tebusan dendanya, lalu ia menangis
sambil menyiratkan tanah di atas kepalanya sambil menjerit, "Wahai
ami," kemudian ia mengadukan kejadian itu kepada Nabi Musa a.s. Maka
diputuskan oleh Musa bahwa mereka harus membayar diyah (denda). Maka ditolak
oleh suku dan berkatatah mereka, "Ya Rasulullah mintalah kepada Tuhan
supaya mcnjelaskan kepada kami siapa pembunuhnya, dcmi Allah soal bayar bcnda
terhadap kami adalah soal ringan, tctapi kami malu jika kami dituduh pembunuh,"
ialah yang tersebut dalam ayat 72 - 73.
"Ingatlah ketika kalian membunuh seorang, lalu kalian bertengkar
mcngcnai pembunuhnya, dan Allah akan mengeluarkan (menerangkan) apa yang kamu
sembunyikan". (72).
Maka Nabi Musa a.s. berkata, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian
menyembelih lembu".
Jawab mereka, "Kami bcrtanya kcpadamu, tentang siapa yang membunuh
korban ini. tiba-tiba engkau menyuruh kami menyembelih lembu, apakah kau
sengaja mempermainkan kami?"
Jawab Musa a.s., "Aku berlindung kepada Allah, jangan sampai aku
tergolong orang yang bodoh".
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Andaikan ketika diperintah itu mereka segera
membeli lembu dan melaksanakan pasli selesai, tctapi mereka memperberat maka
Allah memberatkan atas mereka. Sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat
lanjutannya dari 68. 69, 70, 71:
(قَالُوا
ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ ۚ قَالَ
إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ
ذَٰلِكَ ۖ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ)
68
(قَالُوا
ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ
لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ) 69
(قَالُوا
ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ
عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ)
70
(قَالَ
إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي
الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَّا شِيَةَ فِيهَا ۚ
قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ
فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ)
71
68. mereka berkata pula:
"Berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada Kami
Bagaimana (sifat-sifat) lembu itu?" Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya
Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu Yang tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda, pertengahan (umurnya) di antara itu; maka
kerjakanlah apa Yang diperintahkan kepada kamu melakukannya". 69. mereka
berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya
diterangkanNya kepada Kami apa warnanya?" Nabi Musa menjawab:
"Bahawasanya Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu
kuning, kuning tua warnanya, lagi menyukakan orang-orang Yang melihatnya".
70. mereka berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya
diterangkanNya kepada Kami lembu betina Yang mana satu? kerana Sesungguhnya
lembu Yang dikehendaki itu kesamaran kepada Kami (susah Kami memilihnya), dan
Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk mencari dan menyembelih lembu
itu)". 71. Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman:
sebenarnya (lembu Yang dikehendaki itu) ialah lembu betina Yang tidak pernah
digunakan untuk membajak tanah (sawah bendang), dan tidak pula (digunakan
mengangkut air) untuk menyiram tanaman; ia juga tidak cacat dan tidak ada
belang pada warnanya". mereka berkata: "Sekarang baharulah Engkau dapat
menerangkan sifat-sifatnya Yang sebenar". maka mereka pun menyembelih
lembu Yang tersebut, dan hampir-hampir mereka tidak dapat menunaikan (perintah
Allah) itu. (Surah al Baqarah, 2 : 68-71)
Dalam ayat-ayal ini Allah menerangkan kerewelan Bani Israil dan banyaknya
bantahan mereka terhadap Nabi, karena mereka mempersempit maka Allah
menyempitkan atas mereka, padahal andaikan mereka segera menurut perintah
ketika diperintah menyembelih lembu, tentu telah selesai persoalan mereka dan
tidak berlarut-larut sehingga demikian beratnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, "Andaikan mereka langsung
membeli lembu ketika pcrtama diperintah pastilah sudah selesai dan cukup,
tetapi mereka mempersukar maka Allah memberatkan atas mereka."
Ibnu Juraij berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya
mereka diperintah menyembelih segala lembu, tetapi ketika mereka rewel dan
mempersukar maka Allah memberatkan atas mereka, demi Allah andaikan tidak
mengucapkan insya Allah pada akhirnya maka tidak akan jelas bagi mereka hingga
akhir abad."
Innal baqara tasyaa baha alainaa, Sesungguhnya lembu sangat banyak warna
dan sifatnya, maka jelaskan kepada kami yang manakah, dan insya Allah kami akan
mengerti.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Andaikan Bani
Israil tidak berkata, Insya Allah, pasti mereka tidak akan mengerti dan
mendapat petunjuk, tetapi untung mereka berkata, Insya Allah, maka teranglah
bagi mereka". (HR. Ibnu Abi Hatim).
Masalah dengan ayat ini ulama fikih menetapkan dalil, sah menjual lembu
jika telah cukup sifat-sifatnya hingga tertentu dan tidak khawattr dikelirukan
(diganti) dengan' lainnya, demikian pendapat Imam Malik, al-Auza'i, al-Laits,
asy Syafi'i, Ahmad dan Jumhurul ulama sejak sahabat sehingga tabi'in. Dengan dalil hadis yang
tersebut dalam Bukhari - Muslim, Rasulullah saw. bersabda, "Jangan ada
seorang wanita menyebut sifat wanita lain kepada suaminya, sehingga seakan-akan
melihatnya. Demikian pula Nabi saw. menjetaskan sifat-sifat unta dalam
pembayaran denda dalam pembunuhan yang tidak sengaja".
Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ulama Kufah berpendapat, "Tidak boleh
menjual salam yaitu binatang hanya disifatkan semata-mata tanpa dilihatnya,
sebab tidak dapat ditentukan halnya, demikian pula pendapat Ibnu Mas'ud,
Hudzaifah bin al-Yaman dan Abdurrahman bin Samurah.
(وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ) 72
(فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ
وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ) 73
72.dan (ingatlah), ketika kamu
membunuh seorang manusia, kemudian kamu tuduh-menuduh sesama sendiri tentang
pembunuhan itu, padahal Allah tetap melahirkan apa Yang kamu sembunyikan. 73. maka
Kami (Allah) berfirman: "Pukulah si mati Dengan sebahagian anggota lembu
Yang kamu sembelih itu" (Mereka pun memukulnya dan ia kembali hidup).
Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang Yang telah mati, dan memperlihatkan
kepada kamu tanda-tanda kekuasaanNya, supaya kamu memahaminya. (Surah al
Baqarah, 2: 72-73)
Fad-Daara'tum; Kamu perselisihkan, pertengkarkan. Bahkan kalianlah yang
telah membunuhnya.
AI-Musayyab bin Raafi' berkata, "Tiada seorang yang berbuat kebaikan
dalam rumah yang berlapis tujuh melainkan Allah akan mengeluarkannya, demikian
pula tiada seorang yang berbuat kejahatan dalam rumah yang lapis tujuh
melainkan Allah akan mengeluarkannya."
Firman Allah, "Wallahu mukh rajun maa kuntum taktu-muun = Dan
Allah pasti akan mengeluarkan apa yang kalian sembunyikan".
Kemudian menyuruh mereka memukul mayat itu dengan salah satu anggota tubuh
lembu yang disembelih itu, dan Allah langsung menghidupkan mayat itu sehingga
dapat ditanya, "Siapakah yang membunuhnya?" Jawabnya, "Fulan
yang membunuhku."
Demikianlah Allah
menunjukkan kebesaran kekuasaanNya yang mutlak untuk menghidupkan segala apa
yang telah raati, supaya kamu mengerti.
Allah telah menyebut kekuasaan-Nya unluk
menghidupkan sesuatu yang telah mati dalam surat ini di- lima ayat:
1. Ayat 56 yaitu Bani Israil yang mengikuti Nabi Musa ke Thursina.
2. Ayat 73 ini.
3. Ayal 243, ialah mereka yang keluar dari tempat mereka beribu-ribu,
kemudian mati dan dihidupkan kembali oleh Allah.
4. Ayat 259, riwayat Uzair yang melalui tempat yang telah binasa, kemudian
ia dimatikan oleh Allah seratus tahun kemudian dihidupkan kembali.
5. Ayat 260, riwayat Nabi Ibrahim yang minta diperlihatkan Allah menghidupkan
sesuatu yang telah mati.
Abu Razin al-Uqaily r.a. bertanya, "Ya Rasulullah bagai-manakah Allah menghidupkan
orang yang telah mati?" Jawab Nabi saw., "Tidakkah anda pernah
berjalan di lembah yang kering? Kemudian di lain masa anda melaluinya sudah
berubah hijau bertanaman?" Jawab Abu Razin, "Benar." Maka sabda
Nabi saw., "Demikianlah Allah menghidupkan semua yang telah mati".
(HR. Abu Dawud).
Imam Malik berdalil dengan ayat ini bahwa pertanyaan orang yang terbunuh,
"Aku dibunuh oleh Fulan", dianggap lauts (lawats) yakni suatu hal
yang menunjukkan kebenaran pendakwa (penuduh), sebab dalam ayat ini ketika
orang yang terbunuh ini ditanya, "Siapakah pembunuhmu?" Lalu menjawab,
"Fulan yang membunuh aku!" Dapat diterima, scbab pada saat itu dia
tidak memberitakan sesuatu kecuali yang benar, dan tidak dapat dituduh dusta.
Juga dikuatkan dengan hadis Anas bahwa seorang Yahudi membunuh budak
perempuan untuk mengambil perhiasannya, lalu dipukul kepalanya di antara dua
batu, maka ketika ditanya, "Siapakah yang berbuat itu kepadamu, apakah
fulan, apakah fulan, dan ketika disebut nama Yahudi itu, ia menundukkan kepalanya
membenarkannya. Maka ditangkap si Yahudi dan di-tuntut sehingga mengaku, maka
Nabi saw. menyuruh meletakkan kepala Yahudi itu di antara dua buah batu dan
dipukullah hingga mati.
Hanyalah Malik berkata, "Jika lauts maka haruslah disumpah wali-walinya
orang yang terbunuh, tetapi jumhurul ulama tidak menganggap pengakuan itu
sebagai lauts yang mengharuskan wali-wali itu bersumpah."
(ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ
قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ
مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ
مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ)
Kemudian hatimu menjadi keras,
sesudah kejadian itu, bagaikan batu atau lebih keras, sesungguhnya di antara
batu itu ada yang memancarkan air sungai, dan ada pula yang retak-retak dan
mengeluarkan air, dan ada pula yang jatuh dari atas karena takut kepada Allah.
Dan Allah tidak melalaikan semua yang kamu perbuat. (74).
Dalam ayat ini Allah
menempelak Bani Israil, setelah memperlihatkan berbagai macam bukti kebesaran
kekuasaan Allah kepada mereka, tetapi hati mereka tetap beku, keras bagaikan
batu bahkan lebih keras dari batu.
Ibnu Abbas berkata, "Setelah
mayat yang dipertengkarkan dipukul dengan anggota tubuh lembu sehingga hidup
kembali dan ditanya, 'Siapakah pembunuhmu?' Jawabnya,
'Kemenakan-ku'. Kemudian mereka ditangkap, maka mereka berkata, 'Demi Allah
kami tidak membunuhnya, mereka tetap akan mendustakan hal yang telah mereka
lihat sendiri. Maka dengan itu nyata bahwa hati mereka beku keras bagaikan batu
atau lebih keras dari batu, sebab di antara batu-batu itu ada juga yang
menyemburkan mata air atau sungai bahkan juga ada yang jatuh dari atas bukit
karena takut kepada Allah, sehingga ayat ditutup dengan ancaman Allah kepada
mereka, "Ingatlah bahwa Allah tidak akan melalaikan, melupakan sesuatu
dari apa yang kamu lakukan."
Dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda
terhadap Gunung Uhud, "Gunung ini cinta kepada kami, dan kami juga cinta
kepadanya".
Juga riwayat tonggak yang biasa digunakan Nabi
saw.
khutbah di atasnya kemudian ketika Nabi saw. dibuatkan mimbar ia menangis.
Dalam sahih Muslim Nabi saw. bersabda, "Sungguh aku mengetahui di
Makkah dahulu ada batu yang selalu mengucapkan salam kcpadaku sebelum aku
diutus, sampai kini aku masih mengetahuinya".
Juga dalam sifat Hajar Aswad, bahwa kelak ia di hari kiamat akan menjadi
saksi terhadap orang yang pernah menyentuhnya atau meneiumnya.
Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Laa tuk
tsirul kalaa ma bi ghairi dzikriflahi, fa inna kats ratal kalaa mi bighairi
dzikrillahi qaswatul qatbi, wa inna ab'adun naasi minallahi alqalbul qaa si = Jangan
banyak bicara tanpa zikir pada Allah, karena banyak bicara tanpa zikrultah membekukan
hati, dan sejauh-jauh manusia dari Allah ialah yang keras hati (beku
hati)". (MR. Ibnu Mardawaih).
Anas r.a. berkata bahwa Nabi saw.
bersabda, "Arba'un minassyaqaa'; Jumudul aini, wa qaswatul qalbi, wa
thu lul-ama-li, wal hirshu aladdunia — Empat macam yang menyebabkan binasa dan celaka:
1. Mata yang kcring.
2. Keras (beku) hati,
3. Panjang angan-angan.
4. Rakus terhadap dunia." (MR. al-Bazzar).
Al-Hasan berkata, "Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dari pembicaraan
mereka ketika bertemu satu sama lain."
(أَفَتَطْمَعُونَ
أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ
اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ) 75
(وَإِذَا
لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ
قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُم بِهِ
عِندَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ) 76
(أَوَلَا
يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ) 77
75. (Sesudah kamu - Wahai Muhammad dan pengikut-pengikutmu - mengetahui
tentang kerasnya hati orang-orang Yahudi itu) maka bolehkah kamu menaruh
harapan Bahawa mereka akan beriman kepada seruan Islam Yang kamu sampaikan itu,
padahal Sesungguhnya telah ada satu puak dari mereka Yang mendengar Kalam Allah
(Taurat), kemudian mereka mengubah dan memutarkan maksudnya sesudah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahui (bahawa perbuatan itu salah)? 76. dan
apabila mereka (orang-orang Yahudi pada zaman Rasulullah) bertemu Dengan
orang-orang Yang beriman, mereka berkata: "Kami telah beriman"; dan
apabila mereka berjumpa sesama sendiri, mereka berkata: "Patutkah kamu
ceritakan kepada mereka (orang-orang Islam) Dengan apa Yang telah diterangkan
oleh Allah kepada kamu (di Dalam Kitab Taurat mengenai kebenaran Nabi Muhammad)
untuk menjadikannya hujah (bukti) Yang dapat mengalahkah kamu di sisi Tuhan
kamu? tidakkah kamu berakal?" 77. (Mereka berani berkata demikian) dan tidakkah
mereka ketahui bahawasanya Allah mengetahui apa Yang mereka rahsiakan dan apa
Yang mereka lahirkan? (Surah Al Baqarah, 2 : 75-77)
As-Suddi berkata, "Mereka telah menyalahgunakan isi Taurat dan
mengubah-ubahnya."
Abul Aliyah berkata, "Mereka sengaja mcngubah-ubah sifat Nabi Muhammad
saw. yang tersebut dalam kitab mereka."
Ibnu Zaid berkata, "Yuharrifunal kalima. Mengubah isi Taurat yang
halal diharamkannya dan yang haram dihalalkannya, demikian pula yang batil
dianggap hak dan yang hak di-anggap batil, asalkan ada orang yang menyuap
mereka, padahal mereka mengerti bahwa perbuatan itu dosa.
Ibnu Abbas berkata, (وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا) Mereka jika bertemu dengan kaum mukminin berkata,
"Kawanmu itu benar utusan Allah tetapi khusus untuk kamu." Sebaliknya
jika menyendiri dengan kawan-kawannya berkatalah mereka, "Jangan
memberitahu kepada orang Arab bahwa Muhammad itu benar Nabi (Rasul)."
Mujahid berkata, Kalimat (أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ) Ketika Nabi saw. berdiri di daerah Bani Quraidhah di
bawah benteng mereka lalu memanggil mereka, "Hai kawanan kera dan babi.
wahai abadat thaghut (pcnycmbah thaghut)". Lalu mereka bertanya,
"Siapakah yang memberitahu pada Muhammad yang demikian itu?
Kalimat-kalimat itu tidak bakal keluar dari Muhammad kecuali kamu yang memberitahu
kepadanya."
(وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ
إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ) 78
(فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ
بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ
ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ
فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ) 79
78. dan di antara mereka pula ada orang-orang Yang buta huruf, mereka tidak
mengetahui akan isi Kitab Taurat selain dari penerangan-penerangan bohong (dari
ketua-ketua mereka), dan mereka hanyalah berpegang kepada sangkaan-sangkaan
sahaja. 79. Kecelakaan besar bagi orang-orang Yang menulis Kitab Taurat Dengan
tangan mereka (lalu mengubah Kalam Allah Dengan rekaan-rekaan mereka), kemudian
mereka berkata: "Ini ialah dari sisi Allah", supaya mereka Dengan
perbuatan itu dapat membeli keuntungan dunia Yang sedikit. maka Kecelakaan
besar bagi mereka disebabkan apa Yang ditulis oleh tangan mereka, dan
Kecelakaan besar bagi mereka dari apa Yang mereka usahakan itu. (Surah al
Baqarah, 2 : 78-79)
Amaniya berarti: Cerita dongeng, juga berarti: Kata-kata dusta, juga berarti:
Bacaan saja dan angan-angan.
Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah
dan kitab Allah, tetapi tidak mengetahui isi kitab Allah, kecuali dikira hanya
berisi cerita dongeng atau hanya dapat membaca tanpa mengerti artinya, atau
disangkanya dusta, atau disangkanya hanya ditujukan bagi orang yang ada hajat,
bacaan untuk hajat, kesaktian dan sebagainya.
Wail, siksa yang berat; sangat bcrbahaya, duka cita.
Atha' bin Yasar berkata, "Wail, suatu lembah dalam jahanam, andaikan
semua gunung di dunia dimasukkan ke dalam-nya pasti menjadi cair."
As-Suddi berkata, "Dahulu ada beberapa orang Yahudi menulis-nulis
surat yang dibuat-buat sendiri lalu dijual kepada orang Arab dan mereka
berkata, “Itu dari kitab Allah”, untuk mendapat harga.
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Wahai kaum muslimin mengapakah kalian
bertanya kepada ahlil kitab, padahal kitab Allah yang diturunkan kepada NabiNya
(Muhammad saw.) masih baru, hangat dan belum kecampuran apa-apa, dan Allah
telah memberitahu kepadamu bahwa ahlil Kitab telah mengubah-ubah kitab Allah
dan merusaknya, lalu mereka menulis dengan tangan mereka dan dikatakannya dari
Allah, untuk mendapat harga dan harta yang sedikit, apakah tidak cukup ilmu
yang kamu dapati itu untuk melarang kamu bertanya kepada mereka, demi Allah
saya tidak melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepadamu tentang kitab
yang diturunkan kepadamu."
Kemudian Allah mengancam mereka dengan neraka wail dari tulisan mereka dan
hasil kekayaan yang dihasilkan dari pa -da menipu orang dengan berbuat curang
dalam agama.
(وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا
أَيَّامًا مَّعْدُودَةً ۚ قُلْ
أَتَّخَذْتُمْ عِندَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ)
dan mereka berkata: "Kami tidak sekali-kali akan
disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari Yang tertentu". Katakanlah
(Wahai Muhammad): "Adakah kamu sudah mendapat janji dari Allah supaya
(dengan itu) Allah tidak akan menyalahi janjiNya, atau hanya kamu mengatakan
atas nama Allah sesuatu Yang tidak kamu mengetahuinya?"(80).
Ibnu Abbas r.a. berkata bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Dunia ini
hanya 7000 tahun (tujuh ribu tahun) sedang kami akan disiksa pada tiap seribu
tahun hanya sehari, jadi kami akan disiksa hanya tujuh hari. Maka turunlah ayat
80 ini.
Ibnu Abbas r.a. berkata bahwa orang Yahudi berkata, "Kami tidak akan
masuk neraka kecuali empat puluh hari, kemudian digantikan oleh orang-orang
yang lain (yakni Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya)." Maka dijawab oleh
Nabi saw. sambil menunjuk kepala mereka, "Bahkan kaulah yang kekal
selamanya di dalam neraka, tidak digantikan oleh siapa pun. Kemudian Allah
menurunkan ayat 80 ini.
Abu Hurairah berkata, "Ketika telah dikalahkan daerah terakhir dari
orang-orang Yahudi yaitu Khaibar, Nabi saw. diberi hadiah daging kambing yang
diracun. Kemudian
Rasulullah saw. menyuruh sahabatnya untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi yang
ada di daerah itu. Kemudian setelah mereka berkumpul, Nabi saw. bertanya kepada
mereka, "Siapakah ayahmu?" Jawab mereka, 'Fulan. Nabi saw. bersabda,
"Dusta kalian, seb'aliknya ayahmu fulan". Jawab mereka, 'Benar
engkau'. Kemudian Nabi saw. bertanya, "Jika aku bertanya kepadamu apakah
kalian akan menjawab dengan benar?" Jawab mereka, 'Ya, hai Abul Qasim,
bahkan jika kami berdusta engkau ketahui sebagai engkau mengetahui ayah kami'.
Lalu Nabi saw. bertanya, "Siapakah ahli neraka?" Jawab mereka, 'Kami
tinggal sementara, kemudian kamu menggantikan kami dalam neraka'. Maka sabda
Nabi saw., "Kecewalah kalian, kami tidak akan menggantikan kalian untuk
selamanya". Kemudian Nabi saw. bertanya pula, "Apakah kalian jika aku
tanya menjawab dengan benar?" Jawab mereka, 'Ya, hai Abul Qasim'. Nabi
saw. bertanya, "Apakah kalian meletakkan racun dalam dagjng kambing
ini?" Jawab mereka, 'Benar'. Ditanya, "Apakah yang mendorong kalian
berbuat begitu?" Jawab mereka, 'Kami ingin mengetahui jika engkau berdusta
maka matilah dan istirahatlah kami, tetapi jika engkau benar Nabi tidak
berbahaya padamu". (HR. Ahmad dan Bukhari, an-Nasa'i).
(بَلَىٰ
مَن كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 81
(وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 82
81. (Apa Yang kamu katakan itu tidaklah benar), Sesungguhnya sesiapa Yang
berbuat kejahatan dan ia diliputi (ditenggelamkan) oleh kesalahannya itu, maka
merekalah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. 82. dan orang-orang Yang
beriman serta beramal soleh, merekalah ahli syurga, mereka kekal di dalamnya. (Surah
al Baqarah, 2 : 81-82)
Jadi surga dan neraka ditentukan oleh
amal, taat dan bukan semata-mata dicapai dengan angan-angan dan keinginan.
Allah tidak melarang siapa yang ingin dan
mengaku akan masuk surga asalkan dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan
oleh Allah. Ayat ini sesuai dengan ayat 123 - 124; surat an-Nisa:
(لَّيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ ۗ مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِن
دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا) 123
(وَمَن
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا) 124
123. (balasan Yang baik Yang dijanjikan oleh Allah itu) tidak akan didapati
hanya Dengan angan-angan kamu semata-mata, dan tidak pula Dengan angan-angan
ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). sesiapa Yang melakukan kejahatan, ia akan
dibalas Dengan kejahatan itu, dan ia pula tidak akan mendapat - selain dari
Allah - seorang pun Yang akan melindunginya, dan tidak ada juga Yang dapat
menolongnya. 124. dan sesiapa Yang mengerjakan amal soleh, dari lelaki atau
perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk syurga, dan mereka
pula tidak akan dianiaya (atau dikurangkan balasannya) sedikitpun. (Surah al
Nisa’, 4 : 123-124)
Kasaba sayyi'atan = Merasa puas dan untung
atas perbuatan dosa atau kejahatannya, sehingga tidak bertobat dari dosanya
dan meliputi dirinya dan mati dalam kekafirannya.
Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata bahwa
Rasuluilah bersabda:
Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang
biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan
orangnya. Lalu Rasuluilah saw. membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang
turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar
mencari lidi, dahan pohon dan setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga
terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan yang dimasak dengan
api itu.(R. Ahmad).
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Allah mcmberitakan dengan kedua ayat ini
bahwa pembalasan atas amal kebaikan dan kejahatan itu akan tetap selamanya
kepada pelakunya."
(وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ
تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ)
dan (ingatlah Wahai Muhammad),
ketika Kami mengikat perjanjian setia Dengan Bani Israil (dengan berfirman):
"Janganlah kamu menyembah melainkan Allah, dan berbuat baiklah kepada
kedua ibu bapa, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, serta orang-orang
miskin; dan Katakanlah kepada sesama manusia perkataan-perkataan Yang baik; dan
dirikanlah sembahyang serta berilah zakat". kemudian kamu berpaling
membelakangkan (perjanjian setia kamu itu) kecuali sebahagian kecil dari kamu;
dan sememangnya kamu orang-orang Yang tidak menghiraukan perjanjian setianya. (Surah
al Baqarah, 2 : 83)
Dalam ayat ini Allah menerangkan tugas yang diwajibkan-Nya kepada semua
umat manusia dengan perantaraan para Nabi dan Rasul yang diutusNya, yaitu
mengabdikan diri hanya pada Allah, takut dan mengharap hanya pada Allah, dan
berbakti pada kedua ayah bunda, berbuat baik terhadap sesama manusia.
Ibnu Mas'ud r.a. bertanya, "Ya Rasulullah apakah amal yang
terutama?" Jawab Nabi saw., "Salat tepat pada waktunya". Ditanya
pula, "Kemudian apakah?" Jawab Nabi saw., "Bcrbakti kepada ayah
dan ibu". Ditanya pula, "Kemudian apakah?" Jawab Nabi saw.,
"Jihad berjuang fisabilitlah (untuk menegakkan agama Allah)". (HR Bukhari
Muslim).
Seorang bertanya kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah kepada siapakah
saya harus berbakti?" Jawab Nabi saw., "Kepada ibumu!" ia
bertanya, " Kemudian kepada siapa?" Jawab Nabi saw.,
"Ibumu." la bertanya, "Kemudian kepada siapa?" Jawab Nabi
saw., "Kepada ayahmu, kemudian kerabat yang terdekat dan yang dekat"
Al-Hasan al-Bashri mengartikan, "Wa qulu linnaasi husna" ialah
amar makruf dan nahi mungkar, serta sabar dan suka memaafkan.
Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasuluilah saw. bersabda:
Tetapi mereka mengabaikan perintah itu dan bcrpaling dari padanya, kecuali
sebagian kecil atau sedikit sekali dari mereka yang masih patuh, taat pada
perintah itu.
Jangan meremehkan amal kebaikan meskipun sekecil-kecil-nya, jika tidak
dapat maka hadapi kawanmu dengan wajah yang manis (tcrsenyum).(HR. Muslim. at-Tirmidzi).
Kemudian ditekankan ibadat kepada Allah dan berbuat baik kepada manusia dengan
kewajiban yang telah diwajibkan yaitu salat dan zakat, sebab bila keduanya ini
dijalankan menurut perintah yang sesungguhnya maka terlaksanalah pengertian menyembah
pada Allah dan berlaku baik kepada sesama manusia.
(وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنفُسَكُم
مِّن دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ) 84
(ثُمَّ
أَنتُمْ هَٰؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن
دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِم بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِن يَأْتُوكُمْ
أُسَارَىٰ تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ ۚ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ
وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا
جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ
أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ)
85
(أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ
يُنصَرُونَ) 86
84. dan
(ingatlah), ketika Kami mengikat perjanjian setia Dengan kamu: "(Bahawa)
janganlah kamu menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan) sesama sendiri, dan
janganlah kamu usir-mengusir sesama sendiri dari kampung masing-masing". kemudian
kamu telah berikrar mematuhi perjanjian setia itu, dan kamu sendiri pula
menjadi saksi (yang mengakui kebenarannya). 85. kemudian kamu ini (Wahai Bani
Israil), kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri dan kamu usir satu puak dari kaum
kamu keluar dari kampungnya; kamu pula saling bantu-membantu (dengan orang
lain) untuk menentang mereka Dengan melakukan dosa dan penganiayaan; padahal
kalau mereka datang kepada kamu sebagai orang tawanan, kamu tebus mereka;
sedang perbuatan mengusir mereka diharamkan juga atas kamu. sesudah itu maka
Patutkah kamu hanya percaya kepada sebahagian (dari isi) Kitab Taurat dan
mengingkari akan sebahagian Yang lain? maka tiadalah balasan bagi orang Yang
berbuat demikian itu dari antara kamu, selain dari kehinaan ketika hidup di
dunia, dan pada hari kiamat akan ditolak mereka ke Dalam azab seksa Yang amat
berat. dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan apa Yang kamu
lakukan. 86. mereka itulah orang-orang Yang membeli (mengutamakan) kehidupan
dunia (dan kesenangannya) Dengan (meninggalkan perintah-perintah Allah Yang
membawa kebahagiaan Dalam kehidupan) akhirat; maka tidak akan diringankan azab
seksa mereka (pada hari kiamat), dan mereka pula tidak akan diberikan
pertolongan. (Surah al Baqarah, 2 : 84-86)
Pcnduduk kota Madinah di masa jahiliyah terdiri dari suku Aus dan Khazraj,
mereka menyembah berhala, dan selalu terjadi perang saudara di antara mereka,
sedang kaum Yahudi yang tinggal di kota Madinah terdiri dari tiga suku, Bani Qaniuqa’
dan Bani an-Nadhir sekutu pada kaum Khazraj. sedang Bani Quraidhah sekutu dari
al-Aus.
Jika terjadi perang di antara Aus dan Khazraj. masing-masing dari Yahudi
itu ikut membantu berperang bcrsama sekutunya sehingga terjadi perang juga
antara Yahudi dengan Yahudi atau bunuh membunuh antara Yahudi sekutu dari Aus
terhadap Yahudi sekutu dari Khazraj, sedang pembunuhan itu telah diharamkan,
demikian juga jika terjadi pengusiran terhadap golongan yang kalah, tetapi jika
telah selesai perang mereka Yahudi itu berusaha memerdekakan kawannya yang
tertawan oleh suku yang menang, karena melaksanakan hukum Taurat, karena itu
Allah bertanya, "Apakah kalian iman (percaya) terhadap sebagian isi kitab
Allah dan kafir terhadap yang sebagian". Melaksanakan penebusan tawanan
tetapi tidak melaksanakan larangan pembunuhan dan pengusiran, larangan membunuh
secara langsung atau karena membantu kepada sekutu yang akhirnya juga membunuh
sesama Yahudinya. Sebab ketentuan Allah bahwa tiap golongan
agama dianjurkan supaya bersatu jiwa sebagaimana sabda Nabi saw.:
Perumpamaan orang-orang mukmin, dalam rasa belas kasih dan kecintaan dan
perhubungan yang satu pada yang lain, bagaikan satu badan, jika sesuatu
anggotanya sakit, maka menjalar sakitnya itu kc scluruh badan merasa panas dan
tidak dapat tidur.
As-Suddi bcrkata, "Yahudi Bani Quraidhah sekutu dari suku Aus sedang
Bani an-Nudhir sekutu dari Khazraj, dan di antara Aus dengan Khazraj selalu
terjadi perang saudara, lalu masing-masing Yahudi Bani Quraidhah dan Bani
an-Nadhir berusaha menebus Yahudi yang tertawan, dan apabila dicela oleh orang
Arab, "Bagaimanakah kalian memerangi mereka, kemudian kamu tebus?" Maka jawab
mereka, "Kami diperintah menebus mereka, dan diharamkan memerangi
mereka." Ditanya, "Lalu mengapa kalian memerangi mereka?" Jawab
mereka, "Kami merasa malu jika sekutu kami kalah."
Abd Khair berkata, "Kami ikut
berperang melawan Salman bin Rabi'ah at-Bahiti di Lanjar, maka kami dapat mengurung
penduduknya sehingga dapat mengalahkannya dan mendapat tawanan. Lalu Abdullah
bin Salam membeli seorang wanita Yahudi dari tawanan dengan harga tujuh ratus,
dan ketika sampai di Ra'sul-Jaluut ia mampir lalu memanggil, "Ya Rasul Jaluut,
apakah anda suka membeli seorang wanita tua Yahudi?" Jawabnya,
"Ya." Abdullah bin Salam berkata, "Saya telah membelinya tujuh
ratus dirham." Rasul Jaluut berkata. "Saya beri untung (laba) padamu
lujuh ratus dirham." Abdullah bin Salam berkata, "Saya telah
menetapkan harganya cmpat ribu." Jawab Rasul Jaluut, "Aku tidak
berhajat untuk membelinya." Abdullah bin Salam berkata, "Demi Allah
anda harus membelinya jika tidak maka anda akan kafir terhadap agamamu."
Lalu Abduliah berkata, "Dekatlah anda padaku." Dan ketika telah dekat
dibacakan padanya ayat dalam Taurat, "Anda tidak boleh melihat seorang
tertawan dari Bani Israil melainkan anda harus menebusnya dan
memerdckakannya." Rasul Jaluut berkata, "Apakah anda Abduliah bin
Salam?" Jawabnya, "Ya."
Maka segera Rasul Jaluut membawa
uang empat ribu dirham untuk diserahkan kepada Abdullah bin Salam, dan dilerima
oleh Abdullah bin salam hanya dua ribu dirham, dan dikembalikan sisanya.
Abul Aliyah bcrkata, "Abdullah
bin Salam ketika bcrtemu dengan Rasul Jaluut di Kufah, ketika ia sedang menebus
tawanan-tawanan wanita. Tawanan yang tidak dikumpuli oleh orang Arab langsung
ditebus, adapun yang sudah dikumpuli oleh orang Arab tidak ditebus, maka
Abdullah bin Salam berkata kepadanya, "Ingatlah yang tertulis dalain
kitabmu, harus menebus semuanya."
Dalam ayat 85 int Allah mencela
orang Yahudi yang mengaku percaya kepada kitab Taurat, tetapi tidak mengikuti
tuntunan hukumnya, karena itulah mereka tidak dapat dipercaya dalam
menerangkannya, lebih-lebih mereka telah menyembunyikan sifat-sifat Nabi
Muhammad scjak lahir, diutus dan hijrahnya. Juga Allah mencela karena mereka
mengikuti sebagian hukum dan mengabaikan sebagian, maka karenanya Allah mengancam
mereka dengan siksa yang berupa kehinaan di dunia, sedang di akhirat akan
dikembalikan ke dalam siksa yang bcrat. Sebab mcreka telah mengutamakan
kepentingan kehidupan dunia daripada akhirat, karena itu siksa Allah pada
mereka tidak akan diringankan, dan tidak ada pembela untuk mereka.
No comments:
Post a Comment