Sunday, August 4, 2013

Surah al Baqarah ayat 51 - 86

(وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَىٰ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika Kami berjanji kepada Nabi Musa (untuk memberi Taurat kepadanya sesudah ia bersiap selama) empat puluh malam. Kemudian, setelah ia pergi, kamu menyembah (patung) anak lembu, dan kamu sebenarnya orang-orang Yang zalim (terhadap diri sendiri). (Surah al Baqarah, 2 : 51)

(ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ)
kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahan kamu, supaya kamu bersyukur. (Surah al Baqarah, 2 : 52)

Ingatilah nikmat-Ku kepadamu, setelah kalian menyembah berhala yang berupa anak lembu yang terbuat dari emas, yaitu ketika Musa meninggalkan kamu untuk menepati janji Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat:
(وَوَاعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ )
Dan kami telah menjanjikan kepada Musa tiga puluh malam, lalu Aku cukupkan dengan sepuluh malam. (al-A'raaf, 7: 142).

Dan ini sesudah tenggelamnya Fir'aun serta keselamatan mereka.

Al-Kitab, Taurat dan al-Furqan ialah pengertian yang dapat membedakan antara hak dari batil dan halal dari haram dan hidayat dari kesesatan.

(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُم بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
dan (kenangkanlah) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya diri kamu sendiri Dengan sebab kamu menyembah patung anak lembu itu, maka bertaubatlah kamu kepada Allah Yang menjadikan kamu; Iaitu bunuhlah diri kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah Yang menjadikan kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani". (Surah al Baqarah, 2 : 54)

AI-Hasan al-Bashri berkata, "Ketika yang menyembah anak lembu itu merasakan kesesatan perbuatan mereka sehing­ga mereka berkata, Maka Tuhan tidak merahmati dan mengampunkan kami pasti kami rugi'. Sebagaimana tersebut dalam surat alA'raaf 149. Maka langsung Nabi Musa a.s. menganjurkan mereka supaya bertobat dan menunjukkan cara tobatnya."

Baa ri'ikum; "Yang mencipta, menjadikan kamu. Untuk menunjukkan besarnya dosa mereka karena mereka menyem­bah lainNya".

Ibnu Abbas r.a., mengatakan bahwa Musa menyuruh kaumnya dengan perintah Tuhan supaya membunuh diri, lalu memberitahu yang menyembah lembu supaya duduk sedang yang tidak ikut menyembah lembu berdiri di atas mereka de­ngan rencong, kemudian mereka ditutupi dengan udara gelap sehingga terjadilah bunuh membunuh di antara mereka kemudi­an udara kembali terang sedang mereka telah terbunuh tujuh puluh ribu orang yang mati. Yang terbunuh telah diberi tobat sedang yang masih hidup juga telah diberi tobat.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Musa telah kembali kepada kaumnya dan membakar anak lembu kemudian menaburkan abunya di laut, ia keluar bersama sahabat pilihannya untuk munajat kepada Tuhan sehingga mereka pingsan, maka Nabi Musa memintakan ampun untuk kaumnya yang telah menyembah anak lembu itu. Allah menjawab, "Tidak! Kecuali jika mereka suka membunuh diri". Dan ketika disampaikan ke­pada kaumnya, jawab mereka, "Kami terima perintah Allah." Lalu Nabi Musa menyuruh orang-orang yang telah menyembah anak lembu supaya duduk, sedang yang tidak ikut menyembah membunuh mereka dengan pedang, maka gembiralah Musa, tetapi kaum wanita dan anak-anak menangis memintakan maaf untuk mereka, sehingga Allah memaafkan lalu Nabi Musa me­nyuruh menghentikan pembunuhan.

Assuddi mengatakan bahwa ketika diperintah: Faq tulu an-fusakum, maka masing-masing bunuh membunuh dengan pe­dang, maka yang terbunuh dianggap mati syahid, sehingga banyak yang terbunuh, dan ketika yang terbunuh telah mencapai tujuh puluh ribu Nabi Musa dan Harun berdoa:
"Ya Tuhan, Engkau telah membina'sakan Bani Israil. Ya, Tuhan saya minta maaf keapdaMu yang sisa".

Maka mereka diperintah untuk meletakkan senjata dan Al­lah berkenan menerima tobat mereka. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa keti­ka Musa telah kembali kepada kaumnya dan ada tujuh puluh yang tinggal bersama Nabi Harun tidak ikut menyembah lembu maka Nabi Musa berkata, "Marilah kalian pergi menepati janji Allah". Mereka bertanya, "Ya Musa, apakah ada tobatnya?" Jawabnya, "Ya, bunuhlah dirimu, itulah yang baik di sisi Tu-hanmu". Maka mereka segera menghunus pedang, parang, rencong dan pisau. Kemudian Allah menurunkan awan gelap di atas mereka, sehingga masing-masing menyentuh dengan tangannya dan bunuh membunuh, seorang membunuh ayah atau saudaranya sedang ia tidak mengetahui, dalam hal itu mereka berdoa, "Semoga Allah merahmati kepada orang yang sabar melaksanakan perintah Tuhan untuk mencapai rida-Nya, Maka orang yang mati dianggap syahid sedang yang masih hidup dite-rima tobatnya.

(وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga Kami dapat melihat Allah Dengan terang (dengan mata kepala kami)". maka kerana itu kamu disambar petir, sedang kamu semua melihatnya. (Surah al Baqarah, 2 : 55)

(ثُمَّ بَعَثْنَاكُم مِّن بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ)
kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati (atau pengsan dari sambaran petir itu), supaya kamu bersyukur. (Surah al Baqarah, 2 : 56)

Firman Allah, "Ingatlah nikmatKu, ketika Aku menghidupkan kamu sesudah mati, yaitu ketika kalian minta untuk melihat Aku terang-terangan sesuatu yang tidak dapat dicapai orang yang seperti kalian".

Ar Rabi' bin Anas berkata, "Tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa, ketika mereka telah mendengar firman Allah tiba-tiba mereka berkata, 'Kami tak dapat percaya kepada Allah sehingga melihatNya terang-terangan'. Tiba-tiba mereka men­dengar suara bagaikan petir, yang mematikan mereka. Setelah itu Nabi Musa menangis sambil berdoa minta kepada Allah, Ya Tuhan apakah yang akan aku katakan kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah mema/ikan orang-orang yang terbaik di antara mereka. Kemudian Allah menghidupkan mereka satu per satu sehingga yang satu dapat melihat kawannya yang baru hidup, sebagatmana juga ketika mati satu per satu, yang satu dapat melihat yang lain".

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-A'raaf ayat 155:
"Rabbi lau syi'ta ahlak tahum min qablu wa iyyaaya atuh likuna bimaa fa'alas sufahaa'u minna = Ya Tuhan, jika Tuhan berkehendak mematikan mereka sebelum ini dan aku juga, apakah Tuhan akan membunuh kami karena perbuatan orang-orang yang bodoh di antara kami". (al-A'raaf 155).

Ar-Rabi’ bin Anas mengatakan bahwa kematian itu semata-mata hukuman, dan dihidupkan kembali supaya mereka menyelesaikan ajal.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq mengatakan bah­wa ketika Musa telah kembali kepada kaumnya dan melihat mereka sedang menyembah anak lembu dan mencela saudaranya dan as Samiri, kemudian membakar berhala anak lembu itu dan menaburkannya ke dalam laut. Lalu Musa memilih tujuh puluh orang dari yang baik-baik dan berkata, "Pergilah kalian bertobat kepada Allah dari perbuatanmu itu dan mintalah tobat untuk orang-orang yang kamu tinggalkan di belakangmu, berpuasalah, bersucilah, bersihkan pakaianmu, kemudian keluar membawa mereka ke bukit Thursina untuk menepati waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan, sebab Nabi Musa tidak datang, kecuali jika mendapat izin.

Kemudian setelah mereka kerjakan tuntunan Nabi Musa dan keluar bersama untuk menghadap kepada Allah, mereka meminta "Ya Musa, mintakan untuk kami supaya kami dapat mendengar firman Tuhan." Jawab Musa, "Baiklah." Maka keti­ka Musa telah ke gunung dan diliputi oleh awan hingga menutupi gunung itu, dan Nabi Musa mungkin mendekat dan berka­ta, "Hai kaumku mendekatlah kalian." Sedang Musa jika akan mendengar firman Allah wajahnya diliputi oleh cahaya yang gemilang tidak dapat dilihat oleh manusia, karena diliputi oleh hijab (dinding). Kemudian kaumnya mendekat dan masuk ke dalam awan, lalu bersujud sehingga mereka mendengar firman Allah, menyuruh dan melarang. Kemudian ketika telah selesai, awan terbuka dan Musa menghadap kepada kaumnya, tiba-tiba mereka berkata, "Kami takkan percaya kepadamu sehingga dapat melihat Allah terang-terangan", tiba-tiba mereka terkena getaran bumi dan suara bagaikan petir dan matilah semuanya. Maka berdirilah Musa meminta kepada Tuhan,
(وَاخْتَارَ مُوسَىٰ قَوْمَهُ سَبْعِينَ رَجُلًا لِّمِيقَاتِنَا ۖ فَلَمَّا أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُم مِّن قَبْلُ وَإِيَّايَ ۖ أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا ۖ إِنْ هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَاءُ وَتَهْدِي مَن تَشَاءُ ۖ أَنتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۖ وَأَنتَ خَيْرُ الْغَافِرِينَ)
dan Nabi Musa memilih tujuh puluh orang lelaki dari kaumnya (untuk di bawa bersama ke Gunung Tursina) pada waktu Yang telah Kami tentukan. maka ketika mereka digegar oleh gempa, Nabi Musa merayu Dengan berkata: "Wahai Tuhanku! jika Engkau kehendaki, Engkau boleh binasakan mereka bersama-sama denganku sebelum ini. Adakah Engkau hendak membinasakan Kami disebabkan apa Yang telah dilakukan oleh orang-orang Yang bodoh di antara Kami? (Apa Yang mereka telah lakukan) itu hanyalah cubaanMu. Dengan cubaan itu Engkau sesatkan sesiapa Yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada sesiapa Yang Engkau kehendaki. Engkau jualah Pelindung kami; oleh itu ampunkanlah Kami dan berilah rahmat kepada kami, kerana Engkau jualah sebaik-baik pemberi ampun. (Surah al ‘A’raf, 7 : 155)

As-Suddi mengatakan bahwa ketika Allah telah menerima tobat Bani Israil dari penyembahan lembu dengan perintah harus bunuh membunuh setengah pada setengahnya menurut pe­rintah Allah, maka Allah menyuruh Musa bermunajat di Thur­sina dengan membawa tujuh puluh orang dari Bani Israil untuk memintakan maaf bagi kaumnya, maka Nabi Musa menjanjikan kepada Bani Israil dan memilih sendiri tujuh puluh orang itu, kemudian membawa mereka ke Thursina. Ahli-ahli tafsir tidak menceritakan selain tujuh puluh orang itu.

Dan terjadi kesalahan ahlil kitab yang menyatakan bahwa mereka itu telah melihat Allah, sedang Nabi Musa sendiri minta itu dan ditolak maka bagaimana akan dapat dicapai oleh tu­juh puluh orang itu.
(وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ)
dan Kami telah menaungi kamu Dengan awan (dari panas matahari di padang pasir) dan Kami turunkan kepada kamu "Mann" dan "Salwa", (serta Kami berfirman): "Makanlah dari makanan-makanan Yang baik Yang Kami telah kurniakan kepada kamu". dan tidaklah mereka menganiaya Kami (sebab mereka kufurkan nikmat itu), tetapi sebenarnya mereka adalah menganiaya diri sendiri. (Surah al Baqarah, 2 : 57)

Sesudah Allah menyebut balak-balak yang dihindarkan dari Bani Israil, maka akan menyebut nikmat-nikmat yang dilimpahkan kepada mereka.

Wa dhal lalnaa alaikimul ghamaa ma = Dan Aku naungi mereka dengan awan putih supaya mereka terhindar dari terik matahari.

Al-Hasan dan Qatadah berkata, "Naungan itu ketika mere­ka berada di hutan. Diberi naungan untuk menghindari terik matahari."

Mujahid mengatakan bahwa awan di sini bukanlah awan yang disebutkan Allah akan tiba bersama Allah dari para Malaikat di hari kiamat, atau yang tiba bersama Malaikat ketika perang Badr.

Ibnu Abbas mengatakan, awan itu berada bersama mereka selama mereka berada di hutan.

( وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ)
Ibnu Abbas berkata, "Al-manna bagaikan getah yang turun di pohon, lalu mereka pergi mengambilnya untuk makan sesukanya."

As-Suddi mengatakan bahwa Bani Israil bertanya, "Bagai-manakah Kami di sini, bagaimanakah makanannya?" Maka Al­lah menurunkan al-manna di atas pohon jahe.

Qatadah berkata, "Al-Manna itu turun pada mereka di tempat mereka bagaikan jatuhnya es lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Turun sejak terbit fajar hingga terbit matahari, tiap orang dapat mengambil secukupnya sehari itu, jika lebih dari sehari akan rusak."

Abdurrahman bin Aslam berkata, "AI-Manna", ialah ma­du,
Ahli-ahli tafsir ada yang mengartikan al-manna adalah makanan dan ada pula yang mengatakan minuman. Sedang pcngertiannya, "Semua yang dikaruniakan Allah dari makanan dan minuman dan lain-lainnya yang mudah tanpa menguras tenaga".

AI-Manna jika dimakan menjadi makanan yang manis, jika dicampur dengan air menjadi minuman yang lezat, jika dicam­pur dengan lain-lainnya berupa makanan lain.

Tetapi ayat ini tidak hanya menuju kepada itu saja, sebab nabi saw. bersabda, "Al kam'atu minal manni wa maa 'uha syifa'un IH aini = Cendawan itu termasuk al-manna, sedang air-nya obat menyembuhkan penyakit mata". (HR. Bukhari dari Said bin Zaid r.a.).

Abu Salamah dan Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi iaw. bersabda, "Al'aj watu minal jannati wa fiha syifaa'un mi' nas summi, wal kam'atu minal manni wa maa'uha syifaa'un liVaini = Kurma ajwah itu dari surga, dan dapat mengobati/menawarkan racun/keracunan, dan cendawan itu dari al-manna se­dang airnya obat penyemhuh mata. (HR. at-Tirmidzi).

As Salwa; Burung yang serupa dengan burung puyuh (gemak, Jawa), seperti ayam tetapi agak kecil, biasa mereka memakannya.

Qatadah mengatakan, as-salwa adalah burung berwarna merah yang didatangkan oleh angin selatan, tiap orang menyembelih s'ecukupnya sehari itu dan bila lebih dari sehari ru­sak, dan pada hari Jumat mengambil dobel untuk dua hari se­bab hari Sabtu untuk ibadat.

As-Suddi mengatakan, ketika Bani Israil telah berada di hutan mereka bertanya kepada Nabi Musa, "Dari manakah ma­kanan kami?" Maka Allah menurunkan al-Manna yang diturunkan di atas pohon jahe, sedang as-salwa, burung yang menyerupai merpati, jika mereka melihatnya sudah gemuk lalu disembelih, tetapi bila masih kurus dilepas.

Kemudian mereka bertanya, "Ini makanannya, maka ma­nakah minumannya?" Maka Allah menyuruh Musa memukulkan tongkatnya ke batu, sehingga memancar dari padanya dua betas mata air, mcnurut banyaknya turunan suku Bani Israil, kemudian mereka minta naungan, maka Allah memberi naungan bagi mereka dengan awan yang selalu menaungi mereka. Kemudian minta pakaian, maka Allah memberkahi pakaian mereka sehingga tidak robek pakaian mereka dan setalu kuat.

(كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ ) Perintah makan ini berupa anjuran petunjuk, bukan perintah wajib. (وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ) Allah menyuruh makan minum dan langsung tetap patuh taat pada tuntunan jangan menyalahi, tetapi akhirnya mere­ka berbuat hanya menurut pendapat pikiran, kira-kira yang akhirnya aniaya pada diri sendiri dan rugi menyesal.

Di sini terlihat kelebihan sahabat Nabi Muhammad saw. dalam kcsabaran, ketabahan mereka, serta ketaatan mereka dalam mengikuti dan mematuhi tuntunan ajaran Nabi Muhammad saw. sebagai yang terjadi dalam perang Tabuk, dalam suasana yang demikian berat dan sangat panas, dalam keadaan penderitaan yang sedemikian mereka hanya minta semoga didoakan. berkat makanan mereka, sehingga makanan yang sedikit dapat mencukupi semua kawan, demikian pula ketika berhajat pada air minta diturunkan hujan sehingga dapat memenuhi tempat-tempat air mereka.
(وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ ۚ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ) 58. (فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ) 59.

58. dan (kenangkanlah) ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke bandar ini, kemudian makanlah dari benda-benda Yang ada di dalamnya Dengan sepuas-puasnya, apa sahaja Yang kamu sukai. dan masuklah kamu melalui pintunya Dengan tunduk (merendah diri); dan (mintalah ampun dengan) berkata: ' Ya Allah ampunilah dosa Kami '; supaya Kami ampunkan kesalahan-kesalahan kamu, dan Kami akan tambah pula pahala orang-orang Yang berbuat baik". 59. kemudian orang-orang Yang zalim (penderhaka) itu mengubah perkataan (perintah kami) Yang dikatakan kepada mereka Dengan melakukan sebaliknya; maka Kami turunkan ke atas orang-orang Yang zalim itu bala bencana dari langit, Dengan sebab mereka sentiasa berlaku fasik (menderhaka). (Surah al Baqarah, 2 : 58-59)
                                                                                          
Dalam ayat ini Allah mencela mereka, karena mereka enggan berjihad dan masuk Baitul Maqdis untuk mengusir orang-orang kafir yang ada di sana, karena itu Allah membuang me­reka di tempat pengasingan (hutan) sebagai hukuman bagi me­reka sebagaimana tersebut dalam surat al-Maidah ayat 21 - 26, mereka harus menjadi pcrantau selama empat puluh tahun.

(وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا ) Mereka diperintah masuk ke pintu kota itu dengan perasaan syukur, sujud kepada Allah atas nikmat karunia yang mereka terima dari pada kemcnangan dan keselamatan.

Sujjada  Ibnu Abbas mengartikan sambil rukuk.

Ibnu Mas'ud mengatakan, "Bahkan mereka sombong, mengangkat kepala ke atas menyalahi perintah".

(وَقُولُوا حِطَّةٌ) Ibnu Abbas mengartikan Mintalah ampun.
Al-Hasan dan Qatadah mengartikan, Hut tha anna kha tha yaa na = Ampunilah dosa kami. Dan dijamin oleh Allah bila mereka mengakui dosanya dan minta ampun pasti Allah akan mengampunkan dosa mereka bahkan akan memperlipatgandakan pahala merdca.

Dan ajaran, perintah Allah yang sedemikian ini menjadi sunnatullah yang diajarkan kepada Nabi-nabi dan umat-umat yang dahulu, juga pada Nabi Muhammad saw., sehingga ketika Fathu Makkah, ketika Nabi saw. masuk kota Makkah dari Tsaniyyatul Ulya, Rasulullah saw. menundukkan kepalanya, se­hingga dagunya menyentuh punggung kendaraannya, semata-mata syukur kepada Allah atas karania-Nya yang diterimanya berupa kemenangan yang gemilang terhadap kaum kafir Mak­kah.

Kemudian setelah masuk Makkah Nabi saw. mandi dan salat delapan rakaat waktu Dhuha, sehingga ahli-ahli hadis me­ngatakan itu shalatul fathi atau shalatusy syukri, dan telah diikuti oleh Sa'ad bin Abi Waqqash r.a. ketika ia telah dapat memasuki ibukota kerajaan Kisra farsi.

Adapun caranya terserah dilaksanakan dalam satu salam semuanya atau salam pada tiap dua rakaat, hanya saja yang utama dengan empat salam, tiap dua rakaat satu salam.

(فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ) Orang-orang yang zalim telah mengganti kalimat yang diajarkan dengan lain kalimat.

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah menyuruh Bani Israil supaya masuk pintu kota dengan sujud syukur sambil minta ampun, yang dijanjikan akan diampunkan dosa-dosa mereka, tiba-tiba mereka masuk sambil berjalan mengesot dan berkata biji-biji dalam tangkai". (HR. Bukhari). Ada riwayat, Gandum dengan tangkainya.

Karena itulah Allah menyatakan mereka telah mengubah kalimat yang berlawanan dengan apa yang diajarkan kepada mereka.

Kesimpulan Allah menerangkan bahwa Bani Israil kebanyakan fasik dalam agama, menganggap agama sebagai mainan, sehingga jika diperintah sesuatu lalu diubah sesuka hati, dianggap sebagai permainan, karena itu Allah menyatakan bahwa Allah telah menurunkan siksa yang berat pada mereka yang zalim, yaitu yang fasik dan mempermainkan agama, hukum, pe­rintah atau larangan dan anjurannya.

Asy-Sya'bi, Said bin Zubair mengatakan, Arrijzu -Tha'un, kolera, cacar.

Karena riwayat Usamah bin Zaid r.a. dan beberapa saha-bat bahwa Nabi saw. bersabda, Attaa’un rijzun adzabun udzri-ba bihi man kaana qablakum = Tha'un wabah ialah penyakit siksa yang telah diturunkan oleh Allah kepada umat yang sebelummu (HR. an-Nasa'i).

Di lain riwayat, penyakit ini ialah rijiz yang disiksakan ke­pada umat sebelummu.
(وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَرَ ۖ فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۖ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِن رِّزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ)
dan (ingatlah) ketika Nabi Musa memohon supaya diberi air untuk kaumnya, maka Kami berfirman: "Pukulah batu itu Dengan tongkatmu", (ia pun memukulnya), mlalu terpancutlah dari batu itu dua belas mata air; Sesungguhnya tiap-tiap satu puak (di antara mereka) telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. (dan Kami berfirman): "Makanlah dan minumlah kamu dari rezeki Allah itu, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka bumi". (Surah al Baqarah, 2: 60)

Ingatlah nikmat-Ku kepadamu, ketika Aku menerima permintaan Nabi Musa a.s. ketika berdoa minta air, maka Aku mudahkan bagimu keluarnya air dari batu yang memancarkan dua belas mata air untuk tiap kaum sendiri-sendiri sehingga ma­sing-masing telah mengetahui di mana tempat bagiannya, kare­na itu silakan kalian makan minum dari al-manna dan salwa dan air yang memancar tanpa usaha kesukaran, karena itu hendaknya kalian tetap beribadat kepada Allah yang memberimu berbagai nikmat itu, dan jangan kalian gunakan nikmat itu untuk maksiat yang berarti akan melenyapkan nikmat itu atau terca-but nikmat itu.

Ibnu Abbas berkata, "Di depan mereka ada batu persegi empat, maka Musa diperintah memukulkan tongkatnya ke ba­tu, dan ketika tongkatnya dipukulkan ke batu, memancarkan dari masing-masing arah tiga mata air, lalu diberitakan kepada tiap suku (kaum) bagiannya dari pancaran air itu."

Qatadah berkata, "Batu itu dari bukit Thur." Athiyah al-Aufi berkata, "Batu sebesar kepala lembu".
(وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ ۚ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ)
dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa, Kami tidak sabar (sudah jemu) Dengan makanan Yang semacam sahaja; maka pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya dikeluarkan bagi Kami sebahagian dari apa Yang tumbuh di bumi; dari sayur-sayurannya, dan mentimunnya, dan bawang putihnya, dan adas (kacang dalnya), serta bawang merahnya". Nabi Musa menjawab: "Adakah kamu mahu menukar sesuatu Yang kurang baik Dengan meninggalkan Yang lebih baik? Turunlah kamu ke bandar kerana di sana kamu boleh dapati apa Yang kamu minta itu". dan mereka ditimpakan Dengan kehinaan dan kepapaan, dan sudah sepatutnya mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka kufur (mengingkari) ayat-ayat Allah (perintah-perintah dan mukjizat-mukjizat Yang membuktikan kebesaranNya); dan mereka pula membunuh Nabi-nabi Dengan tidak ada alasan Yang benar. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka menderhaka dan mereka pula sentiasa menceroboh. (Surah al Baqarah, 2 : 61)

Bagliha: Sayur-mayur, rempah - rempah. 'qitstsa'iha; labu, kerai, mentimun. Fumiha: Tsum, bawang putih, gandum, kacang atau roti.

Ingatlah nikmat yang Aku turunkan kepadamu berupa makanan al-manna dan salwa, makanan yang lezat, ringan dan mudah didapat, tetapi kalian merasa jemu dari padanya dan minta ganti dengan makanan yang jauh lebih rendah.

Al-Hasan al-Bashri berkala, "Kemudian mereka merasa sombong dan minta lain makanan, memang mereka terkenal ahli rempah dan masak-masak, oleh karenanya mereka minta makanan yang mereka olah sendiri, dan dapat digunakan untuk roti, kuwe dan lain-lainnya.

Jika tujuan hidupmu hanya terhenti pada makanan yang beraneka, tetapi tidak menjaga kemuliaan jiwa dan kesempurnaan agama, maka persilakan masuk ke kota mana saja, di sana akan kalian dapatkan semua yang kamu usulkan itu.

Dan karena demikian rakus dan hanya kepentingan makan yang mereka utamakan, maka ditetapkan kepada mereka sifat rendah dan hina diri serta miskin hati, selaku mengharap belas kasih dari orang lain, tidak sanggup mempertahankan diri dan ke mana saja mereka tetap mendapat murka Allah, sebab sela­in menyalahi ajaran agama Allah, enggan untuk mengikuti atau mematuhi tuntunan Allah. Bahkan selain dari itu mereka tidak segan untuk menghina meremehkan pemimpin agama dan penganjur agama Allah, bahkan mereka berusaha untuk membunuh para Nabi tanpa alasan hak hanya semata-mata sentimen dari iri hati.

Dalam hadis sahih Rasulullah saw. bersabda, "Alkibru bat-ha rul haqqi wa gham thun naasi Sombong itu ialah menentang hak (tuntunan ayat Allah, dan menghina orang). (Bukhari, Muslim).

Ketika Bani Israil telah berbuat durhaka yang berupa tantangan terhadap ayat Allah dan membunuh para Nabi, maka Allah menurunkan siksa-Nya kepada mereka dan penghinaan dunia akhirat.

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Pernah terjadi Bani Is­rail dalam satu hari mereka membunuh tiga ratus Nabi. Setelah itu mereka melanjutkan pasaran rempah-rempahnya di sore ha­ri."

Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Asyaddun naa si adzaaban yau mal qiyamati, rajulun qatalahu nabhiyun, au qatala nabiyan wa imamu dhala latin wa mumats tsilun minal mumats tsilin ~ Seberat-berat manusia siksanya di hari kiamat, seorang yang dibunuh oleh Nabi atau membunuh Nabi dan pimpinan kesesatan (yang menyesatkan), dan orang yang memberi contoh kejahatan". (HR. Ahmad).

Siksa yang demikian itu hanya karena mereka berbuat dur­haka maksiat dan melampaui batas. Maksiat ialah mengerjakan larangan dan melampaui batas berlebihan dalam melakukan apa yang diizinkan.
(إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ)
Sesungguhnya orang-orang Yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasora (Nasrani), dan orang-orang Saabien sesiapa di antara mereka itu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka bagi mereka pahala balasannya di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian Yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. (Surah al Baqarah, 2 : 62)

Setelah Allah menerangkan keadaan orang-orang yang me­nyalahi perintah Allah dan mengerjakan larangan-Nya serta berlebihan dalam mengerjakan sesuatu, juga menerjang yang haram sehingga menerima akibat yang telah diperingatkan oleh Allah, maka sebagai kelanjutan ayat Allah mengingatkan bah­wa yang berbuat kebaikan, mengikuti benar tuntunan iman dan jejak yang diberikan oleh Rasul utusan Allah, terutama Nabi Muhammad saw. maka pasti ia akan mencapai bagian yang abadi, sehingga tidak akan merasakan ketakutan terhadap apa yang mereka tinggalkan, sebagaimana firman Allah, "Alaa inna au-liyaa Allahi laa khau fun alaihim walaa hum yah zanuun" = Ingatlah bahwa para kekasih Allah itu, tidak akan merasakan ketakutan dan tidak akan menderita duka cita.

Mujahid mengatakan bahwa Salman al-Farisi r.a. berkata, "Saya bertanya kepada Nabi saw. tentang ahli agama yang dahulu aku bersama mereka, mereka tekun dalam salat ibadatnya, tiba-tiba turun ayat 62 ini."

As-Suddi berkata, "Ayat 62 ini turun, mengenai kawan-kawan Salman al-Farisi ketika ia sedang menceriterakan kepada Nabi saw., berita kawan-kawannya yang tekun dalam salat, ibadat dan puasa, bahkan mereka mengetahui bahwa engkau akan terutus scbagat Nabi. Ketika Salman telah selesai pujiannya ter­hadap kawan-kawannya itu, tiba-tiba Nabi saw. bersabda. 'Hai Salman mereka itu ahli neraka'. Maka Salman merasa berat menerima keterangan itu. Lalu turunlah ayat 62 ini, sehingga jelas bahwa iman kaum Yahudi berlaku bagi orang yang benar-benar mengikuti Taurat dan tuntunan Nabi Musa a.s. di masa Musa a.s. sampai datangnya Isa. setelah datangnya Isa a.s. ma­ka siapa yang bcrpegang pada Taurat dan tidak mengikuti Isa berarti binasa, demikian pula iman orang Nashara berlaku bagi siapa yang bcnar-benar mengikuti Injil dan tuntunan Nabi Isa sehingga datangnya Nabi Muhammad saw. Dan sesudah datang­nya Nabi Muhammad, bagi siapa yang menurut Injil dan tun­tunan Nabi Isa tetapi tidak menurut kepada Nabi Muhammad saw. ia pun binasa."

Keterangan ini tidak menyalahi pendapat Ibnu Abbas bah­wa pada mulanya turun ayat ini kemudian sesudah itu diturunkan ayat, "(وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ) Dan siapa yang menghendaki sesuatu agama selain dari Islam maka tidak akan ditcrima dari padanya, dan di akhirat termasuk orang yang rugi". (All Imran 85).

Pendapat Ibnu Abbas itu hanya keterangan bahwasanya takkan diterima dari siapa pun amal ibadat kccuali yang sesuai dengan syariat Nabi Muhammad saw. yakni sesudah diutusnya Nabi Muhammad saw. Adapun sebelum Nabi Muhammad saw. maka di masa Nabi Musa, maka pengikut Nabi Musa yang setia dan taat maka mereka mendapat petunjuk dan sclamat demikian pula di masa Nabi Isa maka pengikut Nabi Isa yang setia dan taal kepada Nabi Isa mendapat petunjuk dan selamat.

Yahud berarti cinta kasih, juga berarti tobat, mereka disebut Yahud karena berkata, "Innaa hud naa ilaika = Sungguh kami tobat kepada-Mu". Juga karena mereka bernasab kepada Yahuda putra Yaqub yang terbesar.

Abu Amr bin al-Alaa' berkata, "Dinamakan Yahudi kare­na selalu bergoyang-goyang (bergerak) ketika membaca Taurat. Adapun Nashara karena mereka masing-masing saling tolong-menolong, juga karena mereka tinggal di daerah Nashirah (Nazaret). Juga karena Nabi Isa ketika bertanya, 'Man an shari ilallah?' = Siapakah yang akan membantuku meneruskan ajaran Allah?' Dijawab oleh sahabat yang setia, 'Nah nu an sharullah'. = Kamilah pembela agama Allah.

Dan sesudah diutus Nabi Muhammad saw. sebagai penutup dari semua Nabi serta utusan Allah pada semua manusia (anak Adam), wajiblah semua manusia mempercayainya dan menaatinya dalam semua ajaran, tuntunannya dan menghentikan semua larangannya, dan mereka yang demikian inilah yang disebut mukmin yang sungguh, dan umat Muhammad disebut Mukminin karena merekalah yang terbanyak imannya, sebab mereka mempercayai kepada semua Nabi yang lalu dan semua yang gaib yang akan datang.

Adapun Asshaa bi'un. Mujahid mengatakannya sebagai aliran di antara Majusi, Yahudi dan Nashara.

Abul Aliyah, adh-Dhahhak dan Ishaq bin Rahawaih berka­ta, "Segolongan dari ahlil kitab yang suka mempelajari Zabur." Karena itu Abu Hanifah dan Ishaq berkata, "Boleh mengawini wanita mereka dan makan sembelihan mereka."

Abu Jakfar ar-Razi berkata, "Saya mendapat keterangan bahwa Asshabi'in mereka yang menyembah Malaikat, membawa kitab Zabur dan sembahyang menghadap kiblat."

Wahb bin Munabbih ketika ditanya tentang asshabi'in menjawab, ialah yang hanya mengenai Allah, tanpa syariat yang harus diamalkan juga tidak merasa diri kafir.

Abdurrahman bin Zaid mengatakan, "Asshabi'in adalah aliran kepercayaan di pulau Maushil, mereka mengakui, 'Laa ilaha illaflah' tanpa kitab, tanpa Nabi tanpa amal, hanya merasa cukup dengan kalimat, Laa ilaha illallah."

Karena itu ketika Nabi saw. mengajak orang-orang kafir untuk percaya kepada kalimat, "Laa ilaha illallah", maka mere­ka berkata, "Itu orang Shabi'."

Al-Qurthubi mengatakan, "Asshabi'in adalah kaum yang percaya kepada Tuhan yang Maha esa dan percaya kepada pengaruh bintang yang dianggap menentukan, karena itu Abu Said al-Isthakhri menganggap mereka kafir karena kafir terhadap kekuasaan Allah yang mutlak."

Ar-Razi mengatakan, "Asshabi'in ialah kaum yang menyembah bintang dan menganggap bahwa Allah telah menyerahkan urusan bumi ini kepada bintang-bintang itu."
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 63 ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ 64
dan (ingatlah), ketika Kami mengambil perjanjian setia kamu semasa Kami angkatkan Gunung Tursina di atas kamu (sambil Kami berfirman): "Terimalah Taurat Yang telah Kami berikan kepada kamu (serta amalkanlah) Dengan bersungguh-sungguh, dan ingatlah (jangan lupakan) apa Yang tersebut di dalamnya, supaya kamu bertaqwa. 64. kemudian sesudah itu kamu membelakangkan perjanjian setia kamu itu (tidak menyempurnakannya); maka kalau tidaklah kerana limpah kurnia Allah dan belas kasihanNya kepada kamu (dengan membuka pintu taubat), nescaya menjadilah kamu dari golongan orang-orang Yang rugi. (Surah al Baqarah, 2 : 63)

Dalam ayat ini Allah menyatakan telah mengambil sumpah dari Bani Israil supaya mereka benar-benar dalam imannya ke­pada Allah dan taat sepenuhnya kepada para Rasul-Nya, sumpah setia yang diambil dari Bani Israil itu, sehingga diancam mereka dengan ancaman bila mereka menolak akan dijatuhkan gunung di atas kepala mereka, sedang janji (tugas) itu berbunyi, "Terimalah apa yang Aku turunkan kepadamu dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati, sebagaimana tersebut dalam ayat 171 surat al-A'raaf (وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) Perhatikanlah ketika Aku mencabut gunung dan meletakkan tepat di atas mereka bagaikan payung (awan, naungan), dan mereka yakin akan di­jatuhkan pada mereka, "Terimalah apa yang Aku turunkan ke­padamu dengan sungguh-sungguh, dan pelajari semua yang ter­kandung di dalamnya supaya kamu bertakwa". (al-A'raaf 171).

As-Suddi berkata, "Ketika mereka pada mulanya menolak tidak mau bersujud maka Allah menyuruh Gunung Thur su­paya jatuh di atas mereka, dan ketika mereka telah melihat gu­nung sudah berada di atas kepala mereka, segeralah mereka bersujud dengan sebelah mata yang masih melihat ke atas, takut kejatuhan gunung, tetapi Allah merahmati mereka sehingga mereka berkata, "Tiada sujud yang lebih baik daripada sujud yang dapat menghindarkan azab (siksa)."

Andaikan tiada karunia dan rahmat Allah yang berupa penerimaan tobat dan diutusnya kepadamu beberapa Nabi dan Rasul, niscaya kalian pasti rugi, sebab telah menyalahi janji dan tugas yang diperintahkan kepadamu.
(وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ) 65
(فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ) 66
65. dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui (bagaimana buruknya akibat) orang-orang di antara kamu Yang melanggar (larangan) pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera Yang hina". 66. maka Kami jadikan apa Yang berlaku itu sebagai suatu hukuman pencegah bagi orang-orang Yang ada pada masa itu dan orang-orang Yang datang Kemudian, dan suatu pengajaran bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 : 65-66)

Dalam ayat ini: Allah berfirman, "Hai kaum Yahudi sekelian telah mengetahui bencana yang menimpa pada penduduk dusun yang melanggar larangan Allah di hari Sabtu, yang Allah menyuruh mereka menjadikan hari Sabtu untuk beribadat, tiba-tiba mereka membuat hilah (siasat) untuk mengail ikan yang keluar di hari Sabtu, dengan memasang jala dan alur kecil (selokan) sebelum hari Sabtu, sehingga bila hari Sabtu ikan-ikan pada keluar berkeliaran di atas permukaan air tersangkut dalam jala dan masuk dalam kolam, kemudian pada malam harinya mereka ambil, maka ketika berbuat hilah sedemikian Allah mengubah bentuk mereka menjadi kera, bentuk binatang yang hampir serupa dengan manusia. Sebagai pembalasan yang sesuai dengan perbuatan mereka yang akan menipu dan membalikkan ayat Allah. Sebagaimana tersebut dalam surat al-A’raaf 163, "Tanyakan pada mereka tentang penduduk dusun yang di tepi laut, ketika mereka melanggar di hari Sabtu, karena ikan itu datang di hari Sabtu berduyun-duyun, dan pada lain hari tidak datang kepada mereka. Sengaja kami menguji mereka ka­rena mereka fasik dalam agama (tidak sungguh-sungguh dalam agama)". (al-A'raaf 163).

Ibnu Abbas berkata, "Pemuda-pemuda mereka dijadikan kera, sedang yang tua-tua dijadikan babi, sebagaimana tersebut dalam' surat al-Maidah 60:
(قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللَّهِ ۚ مَن لَّعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَاءِ السَّبِيلِ)
"Katakanlah, "Sukakah aku beritakan kepadamu yang lebih jahat dari itu balasannya dari Allah, yaitu orang yang dikutuk dan dimurka Allah, sehingga Allah menjadikan mereka ke­ra, babi dan penyembah berhala". (al-Maidah, 5 : 60).
Qatadah berkata; "Ketika Allah memerintahkan mereka jadi kera, maka langsung terjadi apa yang dikehendaki oleh Al­lah, mereka berubah menjadi kera yang berekor dan tidak dapat berbicara."

Atha' al-Khurasani berkata, "Ketika mereka dijenguk oleh orang-orang yang telah memperingatkan mereka dan ditanya, Tidakkah kami telah melarang dan memperingatkan kalian', mereka hanya dapat menganggukkan kepalanya yang berarti membenarkan."

Ibnu Abbas berkata, "Mereka yang melanggar di hari Sab­tu, langsung dijadikan kera, kemudian mereka mati semuanya, biasa makhluk yang disiksa Allah tidak tinggal di dunia kecuali tiga hari, tidak makan, minum dan tidak berketurunan. Sedang kera-kera yang ada di dunia ini termasuk dalam makhluk Allah yang dijadikan dalam enam hari yang disebut di lain ayat". Demikianlah kekuasaan Allah mencipta dan mengubah sekehen-dakNya.

Kuunuu qiradatan kha si'in = Jadilah kalian kera yang hi-na dina yang sangat rendah!

Ibnu Abbas berkata, "Allah telah mewajibkan kepada Bani Israil sebagaimana yang diwajibkan atas kamu yaitu hari Jumat, tetapi mereka menyalahinya ke hari Sabtu, mereka mengagungkannya dan mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mere­ka, maka Allah menguji mereka dan mengharamkan mengail dan makan ikan di hari Sabtu itu, sedang bila tiba hari Sabtu datangnya ikan-ikan itu berduyun-duyun ke tepi laut, tetapi bila habis hari Sabtu tidak ada walaupun seekor dari ikan-ikan itu, demikianlah keadaannya sehingga mereka ingin benar kepada ikan itu, sehingga ada orang yang dapat menangkap ikan dan mengikatnya kemudian dilepas kembali ke dalam air, dan diambilnya kembali di hari Minggu, demikian maka di hari Sabtu lagi berbuat demikian, maka orang-orang membau bau ikan dan mereka menyelidiki, dan ketika bertemu dengan orang-orang yang berbuat sedemikian itu mereka pun mengikuti perbuatan itu, perbuatan itu pada mulanya dilakukan secara rahasia de­ngan sembunyi-sembunyi, tetapi lama kelamaan dilakukan seca­ra terang-terangan, menjualnya ikan itu di pasar-pasar. Sedang para ulama mereka masih selalu memperingatkan supaya menghentikan perbuatan itu dan tetap bertakwa kepada Allah, jangan mempermainkan larangan Allah. Ada pula orang-orang yang tidak ikut melarang bahkan berkata, "Untuk apa kamu melarang orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah?" Jawab orang-orang yang melarang, "Kami ingin mendapat maaf dari Tuhan karena kami melarang perbuatan mungkar. Juga mungkin pada di antara mereka orang yang suka mendengar peringatan kami ini. Tiba-tiba pada suatu hari orang-orang yang melanggar itu tidak hadir di biara mereka. Maka pergilah mere­ka untuk melihat mengapakah mereka tidak hadir di biara, mendadak mendapatkan mereka telah berubah menjadi kera, suami, istri, dan anak-anaknya,"

As-Suddi berkata, "Ayat 65-66 ini, mengenai penduduk Ailah yang berada di pesisir dekat laut. dan Allah telah mengharamkan kepada orang Yahudi bekerja di hari Sabtu, sedang ikan di laut kalau hari Sabtu keluar ke permukaan air sehingga terlihat sungutnya, tetapi apabila hari Minggu (Ahad) semua ikan tinggal di dasar laut dan tidak terlihat satu pun di atas air, karena demikian sebagian dari mereka benar-benar ingin akan ikan laut, sehingga ia menggali sungai kecil (selokan) yang menembus ke laut. Bila hari Sabtu dibuka pintu air ke sungai itu, sehingga gelombang air laut akan melemparkan ikan-ikan itu ke dalam sungai itu. Ikan itu tidak akan bisa kembali ke laut kare­na dangkalnya air sungai itu. Maka bila hari Ahad mereka mengambil ikan itu dan membakarnya sehingga tetangganya dapat membau dan menanyakan caranya memperoleh ikan tersebut, kemudian setelah tetangga yang lain diberi tahu caranya, mereka berbuat seperti itu sehingga meluaslah perbuatan semacam itu. Maka datanglah para Ulama menegur mereka, "Celakalah kalian karena telah mengail di hari Sabtu, padahal kalian telah dilarang." Jawab mereka, "Kami mengambil ikan di hari Ahad." Jawab ulama, "Kamu dianggap mengail ketika membuka pintu air sehingga ikan masuk ke dalamnya, tetapi mereka tidak suka menghentikan perbuatan itu sehingga ada orang-orang yang berkata, 'Untuk apa kamu melarang kaum yang akan dibinasakan oleh Allah? Jawab mereka, 'Kami ingin mendapat maaf karena telah nahi mungkar, sedang kaum muslimin berkata, Kami tidak akan bertempat tinggal bersamamu, se­hingga membuat batas dinding di antara mereka, dan masing-masing keluar dari pintunya sendiri, maka pada suatu hari keti­ka kaum muslimin yang patuh telah keluar dari tempatnya, se­dang orang-orang yang melanggar belum juga keluar, maka orang-orang muslimin itu mendaki ke atas rumah untuk melihat keadaan mereka, tiba-tiba didapatkan mereka telah berubah menjadi kera yang satu melompat pada yang lain." Sebagai tersebut dalam surat al-A'raaf ayat 166 yang artinya, "Maka keti­ka mereka tetap terus melanggar apa yang telah dilarang itu, maka kami cipta mereka, Jadilah kalian kera-kera yang rendah dan hina."

Kemudian Allah berfirman:
(فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ)
maka Kami jadikan apa Yang berlaku itu sebagai suatu hukuman pencegah bagi orang-orang Yang ada pada masa itu dan orang-orang Yang datang Kemudian, dan suatu pengajaran bagi orang-orang Yang (hendak) bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 : 66)

As-Suddi berkata, "Wa mau'idhatan lilmut taqqin, dari umat Muhammad saw. yakni semua yang Aku jatuhkan pada mereka dari siksa itu sebagai akibat pelanggaran mereka yang dilakukan dengan siasat dan hilah itu, supaya orang yang takwa menjaga diri dari perbuatan hilah dan siasat yang rendah itu."

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasutullah saw. bersabda:
"Janganlah kalian melanggar sebagaimana perbuatan (pe­langgaran) kaum Yahudi, sehingga menghalalkan apa yang diharamkan Allah dengan siasat hilah yang rendah". (R. Abu Abdullah bin Batthah).
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ)
Perhatikanlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menycmbelih lembu". Mereka berkata, "Apakah engkau akan mempermainkan kami?" Jawab Musa, "Aku berlindung kepada Allah jangan sampai aku tergolong orang yang dungu". (67).

Yakni hanya orang yang dungu, bodoh tidak mengenal Al­lah yang ia berani mempermainkan perintah Allah.

Ingatlah nikmat atas kamu ketika memperlihatkan kepadamu kejadian yang luar biasa mengenai lembu, sehingga jelas yang membunuh dan Allah menghidupkan yang terbunuh.

Ubaidah as-Salmani berkata, "Ada seorang kaya di Bani Israil, ia mandul tidak mempunyai anak, dan hanya kemenakannya yang bakal menjadi warisnya, tiba-tiba kemenakannya itu membunuh mamandanya itu dan diangkutnya di waktu malam untuk diletakkan di muka pintu rumah orang.
Pada pagi hari-nya ia mengadukan orang pemilik rumah itu sebagai pembunuh mamandanya sehingga hampir terjadi perang saudara antara su­ku dengan suku. Maka datanglah orang-orang pandai dan berkatatah mereka, "Mengapa kalian harus bunuh membunuh sedang di sini ada Rasulullah, maka datanglah mereka kepada Nabi Musa a.s. mengadukan kejadian itu. Maka Nabi Musa berkata, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih lembu". Jawab mereka, "Apakah engkau akan mempermainkan kami?" Jawab Musa, "Aku berlindung kepada Allah jangan sampai aku tergolong orang yang bodoh."

Andaikan mereka tidak menentang niscaya cukup bagi me­reka jika mereka menyembelih lembu yang mana juga, tetapi karcna mereka mempcrsukar, maka Allah memberatkan kepa­da mereka sehingga sampai pada lembu yang memenuhi syarat yang diperintahkan, dan mereka dapatkan lembu itu pada seorang yang hanya mempunyai lembu satu-satunya itu.

Ketika ditanya harganya, jawabnya, "Aku tidak akan menerima kurang daripada ditimbang lembu itu dengan emas, ma­ka terpaksa mereka harus membelinya, kemudian disembelih dan dipukulkan sebagian anggota lembu itu pada mayat sehing­ga hidup yang lalu ditanya, "Siapa yang membunuhmu?" Ja­wabnya, "Ini." Sambil menunjuk kemenakannya sendiri, kemu­dian kembalilah mayat itu mati. Maka sejak itu pembunuh ti­dak menerima waris dari yang dibunuh, karena itu kemenakan itu tidaklah mehdapatkan apa-apa dari harta pamannya yang dibunuhnya itu. (R. Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir).

As-Suddi berkata,, "Ayat 67 ini menceritakan seorang dari Bani Israil yang kaya dan mempunyai seorang putri, dia pun mempunyai kemenakan laki-laki, dari saudara laki-laki yang miskin, maka kemenakannya itu meminang putri mamandanya yang kaya, tetapi ditolak oleh mamandanya, sehingga marahlah pemuda (kemenakan) itu dan berkata, "Demi Allah aku akan bunuh mamandaku, kemudian aku ambil hartanya dan aku kawin putrinya dan aku makan hasil diyah (Denda) dari pembunuhnya. Kemudian pemuda itu datang kepada aminya (maman­danya) ketika ia mengetahui ada pedagang baru tiba dari luar negeri, lalu ia berkata kepada aminya, "Ya ami mari pergi bersamaku kepada pedagang yang baru tiba itu untuk mengambil dagangan dari mereka, sebab jika mereka melihat aku bersama ami tentu mereka percaya dan memberi dagangan kepadaku."

Maka keluarlah aminya itu bersama pemuda itu di waktu malam, dan ketika sampai di daerah suku yang lain langsung dibunuhlah mamandanya itu olehnya. Kemudian segera ia kembali ke rumahnya. Kemudian ketika pagi hari ia berlagak mencari aminya seakan-akan tidak mengetahui apa-apa dan di mana ia berada. Dan ketika dicari di rumahnya tidak bertemu ia mencari ke daerah suku tersebut, scdang mayat dilihat orang banyak, lalu ia menuduh mereka, "Kalian telah membunuh amiku (mamandaku), maka kalian harus membayar tebusan dendanya, lalu ia menangis sambil menyiratkan tanah di atas kepalanya sambil menjerit, "Wahai ami," kemudian ia meng­adukan kejadian itu kepada Nabi Musa a.s. Maka diputuskan oleh Musa bahwa mereka harus membayar diyah (denda). Ma­ka ditolak oleh suku dan berkatatah mereka, "Ya Rasulullah mintalah kepada Tuhan supaya mcnjelaskan kepada kami siapa pembunuhnya, dcmi Allah soal bayar bcnda terhadap kami adalah soal ringan, tctapi kami malu jika kami dituduh pembu­nuh," ialah yang tersebut dalam ayat 72 - 73.
"Ingatlah ketika kalian membunuh seorang, lalu kalian bertengkar mcngcnai pembunuhnya, dan Allah akan mengeluarkan (menerangkan) apa yang kamu sembunyikan". (72).
Maka Nabi Musa a.s. berkata, "Sesungguhnya Allah me­nyuruh kalian menyembelih lembu".
Jawab mereka, "Kami bcrtanya kcpadamu, tentang siapa yang membunuh korban ini. tiba-tiba engkau menyuruh kami menyembelih lembu, apakah kau sengaja mempermainkan ka­mi?"
Jawab Musa a.s., "Aku berlindung kepada Allah, jangan sampai aku tergolong orang yang bodoh".

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Andaikan ketika diperintah itu mereka segera membeli lembu dan melaksanakan pasli selesai, tctapi mereka memperberat maka Allah memberatkan atas me­reka. Sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat lanjutannya dari 68. 69, 70, 71:
(قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَٰلِكَ ۖ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ) 68
(قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ) 69
(قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ) 70
(قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَّا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ) 71
68. mereka berkata pula: "Berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada Kami Bagaimana (sifat-sifat) lembu itu?" Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu Yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, pertengahan (umurnya) di antara itu; maka kerjakanlah apa Yang diperintahkan kepada kamu melakukannya". 69. mereka berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada Kami apa warnanya?" Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: Bahawa (lembu betina) itu ialah seekor lembu kuning, kuning tua warnanya, lagi menyukakan orang-orang Yang melihatnya". 70. mereka berkata lagi: "Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada Kami lembu betina Yang mana satu? kerana Sesungguhnya lembu Yang dikehendaki itu kesamaran kepada Kami (susah Kami memilihnya), dan Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk mencari dan menyembelih lembu itu)". 71. Nabi Musa menjawab: "Bahawasanya Allah berfirman: sebenarnya (lembu Yang dikehendaki itu) ialah lembu betina Yang tidak pernah digunakan untuk membajak tanah (sawah bendang), dan tidak pula (digunakan mengangkut air) untuk menyiram tanaman; ia juga tidak cacat dan tidak ada belang pada warnanya". mereka berkata: "Sekarang baharulah Engkau dapat menerangkan sifat-sifatnya Yang sebenar". maka mereka pun menyembelih lembu Yang tersebut, dan hampir-hampir mereka tidak dapat menunaikan (perintah Allah) itu. (Surah al Baqarah, 2 : 68-71)

Dalam ayat-ayal ini Allah menerangkan kerewelan Bani Israil dan banyaknya bantahan mereka terhadap Nabi, karena mereka mempersempit maka Allah menyempitkan atas mereka, padahal andaikan mereka segera menurut perintah ketika diperintah menyembelih lembu, tentu telah selesai persoalan mere­ka dan tidak berlarut-larut sehingga demikian beratnya.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, "Andai­kan mereka langsung membeli lembu ketika pcrtama diperintah pastilah sudah selesai dan cukup, tetapi mereka mempersukar maka Allah memberatkan atas mereka."

Ibnu Juraij berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Se­sungguhnya mereka diperintah menyembelih segala lembu, teta­pi ketika mereka rewel dan mempersukar maka Allah memberatkan atas mereka, demi Allah andaikan tidak mengucapkan insya Allah pada akhirnya maka tidak akan jelas bagi mereka hingga akhir abad."

Innal baqara tasyaa baha alainaa, Sesungguhnya lembu sangat banyak warna dan sifatnya, maka jelaskan kepada kami yang manakah, dan insya Allah kami akan mengerti.

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Andaikan Bani Israil tidak berkata, Insya Allah, pasti mereka tidak akan mengerti dan mendapat petunjuk, tetapi untung me­reka berkata, Insya Allah, maka teranglah bagi mereka". (HR. Ibnu Abi Hatim).

Masalah dengan ayat ini ulama fikih menetapkan dalil, sah menjual lembu jika telah cukup sifat-sifatnya hingga tertentu dan tidak khawattr dikelirukan (diganti) dengan' lainnya, demi­kian pendapat Imam Malik, al-Auza'i, al-Laits, asy Syafi'i, Ahmad dan Jumhurul ulama sejak sahabat sehingga tabi'in. De­ngan dalil hadis yang tersebut dalam Bukhari - Muslim, Rasu­lullah saw. bersabda, "Jangan ada seorang wanita menyebut sifat wanita lain kepada suaminya, sehingga seakan-akan melihatnya. Demikian pula Nabi saw. menjetaskan sifat-sifat unta da­lam pembayaran denda dalam pembunuhan yang tidak sengaja".

Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ulama Kufah berpendapat, "Tidak boleh menjual salam yaitu binatang hanya disifatkan semata-mata tanpa dilihatnya, sebab tidak dapat ditentukan halnya, demikian pula pendapat Ibnu Mas'ud, Hudzaifah bin al-Yaman dan Abdurrahman bin Samurah.
(وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ) 72
(فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ) 73
72.dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia, kemudian kamu tuduh-menuduh sesama sendiri tentang pembunuhan itu, padahal Allah tetap melahirkan apa Yang kamu sembunyikan. 73. maka Kami (Allah) berfirman: "Pukulah si mati Dengan sebahagian anggota lembu Yang kamu sembelih itu" (Mereka pun memukulnya dan ia kembali hidup). Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang Yang telah mati, dan memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda kekuasaanNya, supaya kamu memahaminya. (Surah al Baqarah, 2: 72-73)

Fad-Daara'tum; Kamu perselisihkan, pertengkarkan. Bahkan kalianlah yang telah membunuhnya.
AI-Musayyab bin Raafi' berkata, "Tiada seorang yang berbuat kebaikan dalam rumah yang berlapis tujuh melainkan Al­lah akan mengeluarkannya, demikian pula tiada seorang yang berbuat kejahatan dalam rumah yang lapis tujuh melainkan Al­lah akan mengeluarkannya."

Firman Allah, "Wallahu mukh rajun maa kuntum taktu-muun = Dan Allah pasti akan mengeluarkan apa yang kalian sembunyikan".

Kemudian menyuruh mereka memukul mayat itu dengan salah satu anggota tubuh lembu yang disembelih itu, dan Allah langsung menghidupkan mayat itu sehingga dapat ditanya, "Siapakah yang membunuhnya?" Jawabnya, "Fulan yang membunuhku."

Demikianlah Allah menunjukkan kebesaran kekuasaanNya yang mutlak untuk menghidupkan segala apa yang telah raati, supaya kamu mengerti.

Allah telah menyebut kekuasaan-Nya unluk menghidupkan sesuatu yang telah mati dalam surat ini di- lima ayat:
1. Ayat 56 yaitu Bani Israil yang mengikuti Nabi Musa ke Thursina.
2. Ayat 73 ini.
3. Ayal 243, ialah mereka yang keluar dari tempat mereka beribu-ribu, kemudian mati dan dihidupkan kembali oleh Allah.
4. Ayat 259, riwayat Uzair yang melalui tempat yang telah binasa, kemudian ia dimatikan oleh Allah seratus tahun kemu­dian dihidupkan kembali.
5. Ayat 260, riwayat Nabi Ibrahim yang minta diperlihatkan Allah menghidupkan sesuatu yang telah mati.

Abu Razin al-Uqaily r.a. bertanya, "Ya Rasulullah bagai-manakah Allah menghidupkan orang yang telah mati?" Jawab Nabi saw., "Tidakkah anda pernah berjalan di lembah yang kering? Kemudian di lain masa anda melaluinya sudah berubah hijau bertanaman?" Jawab Abu Razin, "Benar." Maka sabda Nabi saw., "Demikianlah Allah menghidupkan semua yang te­lah mati". (HR. Abu Dawud).

Imam Malik berdalil dengan ayat ini bahwa pertanyaan orang yang terbunuh, "Aku dibunuh oleh Fulan", dianggap lauts (lawats) yakni suatu hal yang menunjukkan kebenaran pendakwa (penuduh), sebab dalam ayat ini ketika orang yang terbunuh ini ditanya, "Siapakah pembunuhmu?" Lalu menjawab, "Fulan yang membunuh aku!" Dapat diterima, scbab pada saat itu dia tidak memberitakan sesuatu kecuali yang benar, dan tidak dapat dituduh dusta.

Juga dikuatkan dengan hadis Anas bahwa seorang Yahudi membunuh budak perempuan untuk mengambil perhiasannya, lalu dipukul kepalanya di antara dua batu, maka ketika ditanya, "Siapakah yang berbuat itu kepadamu, apakah fulan, apakah fulan, dan ketika disebut nama Yahudi itu, ia menundukkan kepalanya membenarkannya. Maka ditangkap si Yahudi dan di-tuntut sehingga mengaku, maka Nabi saw. menyuruh meletakkan kepala Yahudi itu di antara dua buah batu dan dipukullah hingga mati.

Hanyalah Malik berkata, "Jika lauts maka haruslah disumpah wali-walinya orang yang terbunuh, tetapi jumhurul ulama tidak menganggap pengakuan itu sebagai lauts yang mengharuskan wali-wali itu bersumpah."
(ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ)
Kemudian hatimu menjadi keras, sesudah kejadian itu, bagaikan batu atau lebih keras, sesungguhnya di antara batu itu ada yang memancarkan air sungai, dan ada pula yang retak-retak dan mengeluarkan air, dan ada pula yang jatuh dari atas karena takut kepada Allah. Dan Allah tidak melalaikan semua yang kamu perbuat. (74).

Dalam ayat ini Allah menempelak Bani Israil, setelah memperlihatkan berbagai macam bukti kebesaran kekuasaan Allah kepada mereka, tetapi hati mereka tetap beku, keras bagaikan batu bahkan lebih keras dari batu.

Ibnu Abbas berkata, "Setelah mayat yang dipertengkarkan dipukul dengan anggota tubuh lembu sehingga hidup kembali dan ditanya, 'Siapakah pembunuhmu?' Jawabnya, 'Kemenakan-ku'. Kemudian mereka ditangkap, maka mereka berkata, 'Demi Allah kami tidak membunuhnya, mereka tetap akan mendustakan hal yang telah mereka lihat sendiri. Maka dengan itu nyata bahwa hati mereka beku keras bagaikan batu atau lebih keras dari batu, sebab di antara batu-batu itu ada juga yang menyemburkan mata air atau sungai bahkan juga ada yang ja­tuh dari atas bukit karena takut kepada Allah, sehingga ayat ditutup dengan ancaman Allah kepada mereka, "Ingatlah bahwa Allah tidak akan melalaikan, melupakan sesuatu dari apa yang kamu lakukan."

Dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda terhadap Gunung Uhud, "Gunung ini cinta kepada kami, dan kami juga cinta kepadanya".

Juga riwayat tonggak yang biasa digunakan Nabi saw.
khutbah di atasnya kemudian ketika Nabi saw. dibuatkan mimbar ia menangis.
Dalam sahih Muslim Nabi saw. bersabda, "Sungguh aku mengetahui di Makkah dahulu ada batu yang selalu mengucapkan salam kcpadaku sebelum aku diutus, sampai kini aku masih mengetahuinya".

Juga dalam sifat Hajar Aswad, bahwa kelak ia di hari kiamat akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah menyentuhnya atau meneiumnya.

Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Laa tuk tsirul kalaa ma bi ghairi dzikriflahi, fa inna kats ratal kalaa mi bighairi dzikrillahi qaswatul qatbi, wa inna ab'adun naasi minallahi alqalbul qaa si = Jangan banyak bicara tanpa zikir pada Allah, karena banyak bicara tanpa zikrultah membekukan hati, dan sejauh-jauh manusia dari Allah ialah yang ke­ras hati (beku hati)". (MR. Ibnu Mardawaih).

Anas r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, "Arba'un minassyaqaa'; Jumudul aini, wa qaswatul qalbi, wa thu lul-ama-li, wal hirshu aladdunia Empat macam yang menyebabkan binasa dan celaka:
1. Mata yang kcring.
2. Keras (beku) hati,
3. Panjang angan-angan.
4. Rakus terhadap dunia." (MR. al-Bazzar).

Al-Hasan berkata, "Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dari pembicaraan mereka ketika bertemu satu sama lain."
(أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ) 75
(وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُم بِهِ عِندَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ) 76
(أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ) 77

75. (Sesudah kamu - Wahai Muhammad dan pengikut-pengikutmu - mengetahui tentang kerasnya hati orang-orang Yahudi itu) maka bolehkah kamu menaruh harapan Bahawa mereka akan beriman kepada seruan Islam Yang kamu sampaikan itu, padahal Sesungguhnya telah ada satu puak dari mereka Yang mendengar Kalam Allah (Taurat), kemudian mereka mengubah dan memutarkan maksudnya sesudah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui (bahawa perbuatan itu salah)? 76. dan apabila mereka (orang-orang Yahudi pada zaman Rasulullah) bertemu Dengan orang-orang Yang beriman, mereka berkata: "Kami telah beriman"; dan apabila mereka berjumpa sesama sendiri, mereka berkata: "Patutkah kamu ceritakan kepada mereka (orang-orang Islam) Dengan apa Yang telah diterangkan oleh Allah kepada kamu (di Dalam Kitab Taurat mengenai kebenaran Nabi Muhammad) untuk menjadikannya hujah (bukti) Yang dapat mengalahkah kamu di sisi Tuhan kamu? tidakkah kamu berakal?" 77. (Mereka berani berkata demikian) dan tidakkah mereka ketahui bahawasanya Allah mengetahui apa Yang mereka rahsiakan dan apa Yang mereka lahirkan? (Surah Al Baqarah, 2 : 75-77)

As-Suddi berkata, "Mereka telah menyalahgunakan isi Taurat dan mengubah-ubahnya."
Abul Aliyah berkata, "Mereka sengaja mcngubah-ubah sifat Nabi Muhammad saw. yang tersebut dalam kitab mereka."
Ibnu Zaid berkata, "Yuharrifunal kalima. Mengubah isi Taurat yang halal diharamkannya dan yang haram dihalalkannya, demikian pula yang batil dianggap hak dan yang hak di-anggap batil, asalkan ada orang yang menyuap mereka, padahal mereka mengerti bahwa perbuatan itu dosa.
Ibnu Abbas berkata, (وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا) Mereka jika bertemu dengan kaum mukminin berkata, "Kawanmu itu benar utusan Allah tetapi khusus untuk kamu." Sebaliknya jika menyendiri dengan kawan-kawannya berkatalah mereka, "Jangan memberitahu kepada orang Arab bahwa Muhammad itu benar Nabi (Rasul)."

Mujahid berkata, Kalimat (أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ) Ketika Nabi saw. berdiri di daerah Bani Quraidhah di bawah benteng mereka lalu memanggil mereka, "Hai kawanan kera dan babi. wahai abadat thaghut (pcnycmbah thaghut)". Lalu mereka bertanya, "Siapakah yang memberitahu pada Muhammad yang demikian itu? Kalimat-kalimat itu tidak bakal keluar dari Muhammad kecuali kamu yang membe­ritahu kepadanya."
(وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ) 78
(فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ) 79
78. dan di antara mereka pula ada orang-orang Yang buta huruf, mereka tidak mengetahui akan isi Kitab Taurat selain dari penerangan-penerangan bohong (dari ketua-ketua mereka), dan mereka hanyalah berpegang kepada sangkaan-sangkaan sahaja. 79. Kecelakaan besar bagi orang-orang Yang menulis Kitab Taurat Dengan tangan mereka (lalu mengubah Kalam Allah Dengan rekaan-rekaan mereka), kemudian mereka berkata: "Ini ialah dari sisi Allah", supaya mereka Dengan perbuatan itu dapat membeli keuntungan dunia Yang sedikit. maka Kecelakaan besar bagi mereka disebabkan apa Yang ditulis oleh tangan mereka, dan Kecelakaan besar bagi mereka dari apa Yang mereka usahakan itu. (Surah al Baqarah, 2 : 78-79)

Amaniya berarti: Cerita dongeng, juga berarti: Kata-kata dusta, juga berarti: Bacaan saja dan angan-angan.
Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan kitab Allah, tetapi tidak mengetahui isi kitab Allah, kecuali dikira hanya berisi cerita dongeng atau hanya dapat membaca tanpa mengerti artinya, atau disangkanya dusta, atau disangkanya hanya ditujukan bagi orang yang ada hajat, bacaan untuk hajat, kesaktian dan sebagainya.

Wail, siksa yang berat; sangat bcrbahaya, duka cita.
Atha' bin Yasar berkata, "Wail, suatu lembah dalam jahanam, andaikan semua gunung di dunia dimasukkan ke dalam-nya pasti menjadi cair."

As-Suddi berkata, "Dahulu ada beberapa orang Yahudi menulis-nulis surat yang dibuat-buat sendiri lalu dijual kepada orang Arab dan mereka berkata, “Itu dari kitab Allah”, untuk mendapat harga.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Wahai kaum muslimin mengapakah kalian bertanya kepada ahlil kitab, padahal kitab Allah yang diturunkan kepada NabiNya (Muhammad saw.) masih baru, hangat dan belum kecampuran apa-apa, dan Allah telah memberitahu kepadamu bahwa ahlil Kitab telah mengubah-ubah kitab Allah dan merusaknya, lalu mereka menulis dengan tangan mereka dan dikatakannya dari Allah, untuk mendapat harga dan harta yang sedikit, apakah tidak cukup ilmu yang kamu dapati itu untuk melarang kamu bertanya kepada mereka, demi Allah saya tidak melihat seorang pun dari mereka yang bertanya kepadamu tentang kitab yang diturunkan kepadamu."

Kemudian Allah mengancam mereka dengan neraka wail dari tulisan mereka dan hasil kekayaan yang dihasilkan dari pa -da menipu orang dengan berbuat curang dalam agama.
(وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِندَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ)
dan mereka berkata: "Kami tidak sekali-kali akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari Yang tertentu". Katakanlah (Wahai Muhammad): "Adakah kamu sudah mendapat janji dari Allah supaya (dengan itu) Allah tidak akan menyalahi janjiNya, atau hanya kamu mengatakan atas nama Allah sesuatu Yang tidak kamu mengetahuinya?"(80).

Ibnu Abbas r.a. berkata bahwa orang-orang Yahudi berka­ta, "Dunia ini hanya 7000 tahun (tujuh ribu tahun) sedang kami akan disiksa pada tiap seribu tahun hanya sehari, jadi kami akan disiksa hanya tujuh hari. Maka turunlah ayat 80 ini.

Ibnu Abbas r.a. berkata bahwa orang Yahudi berkata, "Kami tidak akan masuk neraka kecuali empat puluh hari, kemudian digantikan oleh orang-orang yang lain (yakni Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya)." Maka dijawab oleh Nabi saw. sambil menunjuk kepala mereka, "Bahkan kaulah yang kekal selamanya di dalam neraka, tidak digantikan oleh siapa pun. Kemudian Allah menurunkan ayat 80 ini.

Abu Hurairah berkata, "Ketika telah dikalahkan daerah terakhir dari orang-orang Yahudi yaitu Khaibar, Nabi saw. diberi hadiah daging kambing yang diracun. Kemudian Rasulullah saw. menyuruh sahabatnya untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi yang ada di daerah itu. Kemudian setelah mereka berkumpul, Nabi saw. bertanya kepada mereka, "Siapakah ayahmu?" Jawab mereka, 'Fulan. Nabi saw. bersabda, "Dusta kali­an, seb'aliknya ayahmu fulan". Jawab mereka, 'Benar engkau'. Kemudian Nabi saw. bertanya, "Jika aku bertanya kepadamu apakah kalian akan menjawab dengan benar?" Jawab mereka, 'Ya, hai Abul Qasim, bahkan jika kami berdusta engkau ketahui sebagai engkau mengetahui ayah kami'. Lalu Nabi saw. ber­tanya, "Siapakah ahli neraka?" Jawab mereka, 'Kami tinggal sementara, kemudian kamu menggantikan kami dalam neraka'. Maka sabda Nabi saw., "Kecewalah kalian, kami tidak akan menggantikan kalian untuk selamanya". Kemudian Nabi saw. bertanya pula, "Apakah kalian jika aku tanya menjawab de­ngan benar?" Jawab mereka, 'Ya, hai Abul Qasim'. Nabi saw. bertanya, "Apakah kalian meletakkan racun dalam dagjng kam­bing ini?" Jawab mereka, 'Benar'. Ditanya, "Apakah yang mendorong kalian berbuat begitu?" Jawab mereka, 'Kami ingin mengetahui jika engkau berdusta maka matilah dan istirahatlah kami, tetapi jika engkau benar Nabi tidak berbahaya padamu". (HR. Ahmad dan Bukhari, an-Nasa'i).

(بَلَىٰ مَن كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 81
(وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 82
81. (Apa Yang kamu katakan itu tidaklah benar), Sesungguhnya sesiapa Yang berbuat kejahatan dan ia diliputi (ditenggelamkan) oleh kesalahannya itu, maka merekalah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. 82. dan orang-orang Yang beriman serta beramal soleh, merekalah ahli syurga, mereka kekal di dalamnya. (Surah al Baqarah, 2 : 81-82)

Jadi surga dan neraka ditentukan oleh amal, taat dan bukan semata-mata dicapai dengan angan-angan dan keinginan.

Allah tidak melarang siapa yang ingin dan mengaku akan masuk surga asalkan dapat memenuhi syarat yang telah ditentu­kan oleh Allah. Ayat ini sesuai dengan ayat 123 - 124; surat an-Nisa:
(لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ ۗ مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا) 123
(وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا) 124
123. (balasan Yang baik Yang dijanjikan oleh Allah itu) tidak akan didapati hanya Dengan angan-angan kamu semata-mata, dan tidak pula Dengan angan-angan ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). sesiapa Yang melakukan kejahatan, ia akan dibalas Dengan kejahatan itu, dan ia pula tidak akan mendapat - selain dari Allah - seorang pun Yang akan melindunginya, dan tidak ada juga Yang dapat menolongnya. 124. dan sesiapa Yang mengerjakan amal soleh, dari lelaki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk syurga, dan mereka pula tidak akan dianiaya (atau dikurangkan balasannya) sedikitpun. (Surah al Nisa’, 4 : 123-124)

Kasaba sayyi'atan = Merasa puas dan untung atas perbuat­an dosa atau kejahatannya, sehingga tidak bertobat dari dosanya dan meliputi dirinya dan mati dalam kekafirannya.

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata bahwa Rasuluilah bersabda:
Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya. Lalu Rasuluilah saw. membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar mencari lidi, dahan pohon dan setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan yang dimasak de­ngan api itu.(R. Ahmad).

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Allah mcmberitakan dengan kedua ayat ini bahwa pembalasan atas amal kebaikan dan kejahatan itu akan tetap selamanya kepada pelakunya."
(وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ)
dan (ingatlah Wahai Muhammad), ketika Kami mengikat perjanjian setia Dengan Bani Israil (dengan berfirman): "Janganlah kamu menyembah melainkan Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapa, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, serta orang-orang miskin; dan Katakanlah kepada sesama manusia perkataan-perkataan Yang baik; dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat". kemudian kamu berpaling membelakangkan (perjanjian setia kamu itu) kecuali sebahagian kecil dari kamu; dan sememangnya kamu orang-orang Yang tidak menghiraukan perjanjian setianya. (Surah al Baqarah, 2 : 83)

Dalam ayat ini Allah menerangkan tugas yang diwajibkan-Nya kepada semua umat manusia dengan perantaraan para Nabi dan Rasul yang diutusNya, yaitu mengabdikan diri hanya pada Allah, takut dan mengharap hanya pada Allah, dan berbakti pada kedua ayah bunda, berbuat baik terhadap sesama manusia.
Ibnu Mas'ud r.a. bertanya, "Ya Rasulullah apakah amal yang terutama?" Jawab Nabi saw., "Salat tepat pada waktunya". Ditanya pula, "Kemudian apakah?" Jawab Nabi saw., "Bcrbakti kepada ayah dan ibu". Ditanya pula, "Kemudian apakah?" Jawab Nabi saw., "Jihad berjuang fisabilitlah (untuk menegakkan agama Allah)". (HR Bukhari Muslim).

Seorang bertanya kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah kepa­da siapakah saya harus berbakti?" Jawab Nabi saw., "Kepada ibumu!" ia bertanya, " Kemudian kepada siapa?" Jawab Nabi saw., "Ibumu." la bertanya, "Kemudian kepada siapa?" Jawab Nabi saw., "Kepada ayahmu, kemudian kerabat yang terdekat dan yang dekat"

Al-Hasan al-Bashri mengartikan, "Wa qulu linnaasi husna" ialah amar makruf dan nahi mungkar, serta sabar dan suka memaafkan.

Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasuluilah saw. bersabda:
Tetapi mereka mengabaikan perintah itu dan bcrpaling dari padanya, kecuali sebagian kecil atau sedikit sekali dari mereka yang masih patuh, taat pada perintah itu.
Jangan meremehkan amal kebaikan meskipun sekecil-kecil-nya, jika tidak dapat maka hadapi kawanmu dengan wajah yang manis (tcrsenyum).(HR. Muslim. at-Tirmidzi).

Kemudian ditekankan ibadat kepada Allah dan berbuat baik kepada manusia dengan kewajiban yang telah diwajibkan yaitu salat dan zakat, sebab bila keduanya ini dijalankan menurut perintah yang sesungguhnya maka terlaksanalah pengertian menyembah pada Allah dan berlaku baik kepada sesama manu­sia.
(وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ) 84
(ثُمَّ أَنتُمْ هَٰؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِم بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَارَىٰ تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ ۚ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ) 85
(أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ) 86
84. dan (ingatlah), ketika Kami mengikat perjanjian setia Dengan kamu: "(Bahawa) janganlah kamu menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan) sesama sendiri, dan janganlah kamu usir-mengusir sesama sendiri dari kampung masing-masing". kemudian kamu telah berikrar mematuhi perjanjian setia itu, dan kamu sendiri pula menjadi saksi (yang mengakui kebenarannya). 85. kemudian kamu ini (Wahai Bani Israil), kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri dan kamu usir satu puak dari kaum kamu keluar dari kampungnya; kamu pula saling bantu-membantu (dengan orang lain) untuk menentang mereka Dengan melakukan dosa dan penganiayaan; padahal kalau mereka datang kepada kamu sebagai orang tawanan, kamu tebus mereka; sedang perbuatan mengusir mereka diharamkan juga atas kamu. sesudah itu maka Patutkah kamu hanya percaya kepada sebahagian (dari isi) Kitab Taurat dan mengingkari akan sebahagian Yang lain? maka tiadalah balasan bagi orang Yang berbuat demikian itu dari antara kamu, selain dari kehinaan ketika hidup di dunia, dan pada hari kiamat akan ditolak mereka ke Dalam azab seksa Yang amat berat. dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan apa Yang kamu lakukan. 86. mereka itulah orang-orang Yang membeli (mengutamakan) kehidupan dunia (dan kesenangannya) Dengan (meninggalkan perintah-perintah Allah Yang membawa kebahagiaan Dalam kehidupan) akhirat; maka tidak akan diringankan azab seksa mereka (pada hari kiamat), dan mereka pula tidak akan diberikan pertolongan. (Surah al Baqarah, 2 : 84-86)

Pcnduduk kota Madinah di masa jahiliyah terdiri dari suku Aus dan Khazraj, mereka menyembah berhala, dan selalu ter­jadi perang saudara di antara mereka, sedang kaum Yahudi yang tinggal di kota Madinah terdiri dari tiga suku, Bani Qaniuqa’ dan Bani an-Nadhir sekutu pada kaum Khazraj. sedang Bani Quraidhah sekutu dari al-Aus.

Jika terjadi perang di antara Aus dan Khazraj. masing-masing dari Yahudi itu ikut membantu berperang bcrsama sekutunya sehingga terjadi perang juga antara Yahudi dengan Yahudi atau bunuh membunuh antara Yahudi sekutu dari Aus terhadap Yahudi sekutu dari Khazraj, sedang pembunuhan itu telah diharamkan, demikian juga jika terjadi pengusiran terhadap golongan yang kalah, tetapi jika telah selesai perang mereka Ya­hudi itu berusaha memerdekakan kawannya yang tertawan oleh suku yang menang, karena melaksanakan hukum Taurat, kare­na itu Allah bertanya, "Apakah kalian iman (percaya) terhadap sebagian isi kitab Allah dan kafir terhadap yang sebagian". Me­laksanakan penebusan tawanan tetapi tidak melaksanakan larangan pembunuhan dan pengusiran, larangan membunuh secara langsung atau karena membantu kepada sekutu yang akhirnya juga membunuh sesama Yahudinya. Sebab ketentuan Allah bahwa tiap golongan agama dianjurkan supaya bersatu jiwa sebagaimana sabda Nabi saw.:
Perumpamaan orang-orang mukmin, dalam rasa belas kasih dan kecintaan dan perhubungan yang satu pada yang lain, bagaikan satu badan, jika sesuatu anggotanya sakit, maka menjalar sakitnya itu kc scluruh badan merasa panas dan tidak dapat tidur.

As-Suddi bcrkata, "Yahudi Bani Quraidhah sekutu dari su­ku Aus sedang Bani an-Nudhir sekutu dari Khazraj, dan di an­tara Aus dengan Khazraj selalu terjadi perang saudara, lalu masing-masing Yahudi Bani Quraidhah dan Bani an-Nadhir ber­usaha menebus Yahudi yang tertawan, dan apabila dicela oleh orang Arab, "Bagaimanakah kalian memerangi mereka, kemudian kamu tebus?" Maka jawab mereka, "Kami diperintah menebus mereka, dan diharamkan memerangi mereka." Ditanya, "Lalu mengapa kalian memerangi mereka?" Jawab mereka, "Kami merasa malu jika sekutu kami kalah."

Abd Khair berkata, "Kami ikut berperang melawan Salman bin Rabi'ah at-Bahiti di Lanjar, maka kami dapat mengurung penduduknya sehingga dapat mengalahkannya dan mendapat tawanan. Lalu Abdullah bin Salam membeli seorang wanita Yahudi dari tawanan dengan harga tujuh ratus, dan ketika sam­pai di Ra'sul-Jaluut ia mampir lalu memanggil, "Ya Rasul Ja­luut, apakah anda suka membeli seorang wanita tua Yahudi?" Jawabnya, "Ya." Abdullah bin Salam berkata, "Saya telah membelinya tujuh ratus dirham." Rasul Jaluut berkata. "Saya beri untung (laba) padamu lujuh ratus dirham." Abdullah bin Salam berkata, "Saya telah menetapkan harganya cmpat ribu." Jawab Rasul Jaluut, "Aku tidak berhajat untuk membelinya." Abdullah bin Salam berkata, "Demi Allah anda harus membeli­nya jika tidak maka anda akan kafir terhadap agamamu." Lalu Abduliah berkata, "Dekatlah anda padaku." Dan ketika telah dekat dibacakan padanya ayat dalam Taurat, "Anda tidak boleh melihat seorang tertawan dari Bani Israil melainkan anda harus menebusnya dan memerdckakannya." Rasul Jaluut ber­kata, "Apakah anda Abduliah bin Salam?" Jawabnya, "Ya."

Maka segera Rasul Jaluut membawa uang empat ribu dirham untuk diserahkan kepada Abdullah bin Salam, dan dilerima oleh Abdullah bin salam hanya dua ribu dirham, dan dikembalikan sisanya.

Abul Aliyah bcrkata, "Abdullah bin Salam ketika bcrtemu dengan Rasul Jaluut di Kufah, ketika ia sedang menebus tawanan-tawanan wanita. Tawanan yang tidak dikumpuli oleh orang Arab langsung ditebus, adapun yang sudah dikumpuli oleh orang Arab tidak ditebus, maka Abdullah bin Salam berkata kepadanya, "Ingatlah yang tertulis dalain kitabmu, harus mene­bus semuanya."


Dalam ayat 85 int Allah mencela orang Yahudi yang mengaku percaya kepada kitab Taurat, tetapi tidak mengikuti tuntunan hukumnya, karena itulah mereka tidak dapat dipercaya dalam menerangkannya, lebih-lebih mereka telah menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad scjak lahir, diutus dan hijrahnya. Juga Allah mencela karena mereka mengikuti sebagian hukum dan mengabaikan sebagian, maka karenanya Allah mengancam mereka dengan siksa yang berupa kehinaan di dunia, sedang di akhirat akan dikembalikan ke dalam siksa yang bcrat. Sebab mcreka telah mengutamakan kepentingan kehidupan du­nia daripada akhirat, karena itu siksa Allah pada mereka tidak akan diringankan, dan tidak ada pembela untuk mereka.

No comments:

Post a Comment