Kepada Allah kami mengharap semoga
menghimpun kami dalam golongan ahli surga. Dia-Iah Allah yang Maha Pemurah,
Pcnyayang, dan Maha Pemberi.
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ
وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا
مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا
يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
الَّذِينَ
يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Sesungguhnya Allah tidak malu membuat
Perbandingan apa sahaja, (seperti) nyamuk hingga ke suatu Yang lebih
daripadanya (kerana perbuatan itu ada hikmatnya), Iaitu kalau orang-orang Yang
beriman maka mereka akan mengetahui Bahawa Perbandingan itu benar dari Tuhan
mereka; dan kalau orang-orang kafir pula maka mereka akan berkata: "Apakah
maksud Allah membuat Perbandingan Dengan ini?" (Jawabnya): Tuhan akan
menjadikan banyak orang sesat Dengan sebab Perbandingan itu, dan akan
menjadikan banyak orang mendapat petunjuk Dengan sebabnya; dan Tuhan tidak akan
menjadikan sesat Dengan sebab Perbandingan itu melainkan orang-orang Yang
fasik; (Surah al Baqarah:26)
(Iaitu) orang-orang Yang merombak
(mencabuli) perjanjian Allah sesudah diperteguhkannya, dan memutuskan perkara
Yang disuruh Allah supaya diperhubungkan, dan mereka pula membuat kerosakan dan
bencana di muka bumi. mereka itu ialah orang-orang Yang rugi. (Surah al
Baqarah:27)
As-Suddi menyebut dalam tafsirnya:
Dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan
sahabat-sahabat berkata, "Ketika Allah telah memberi perumpamaan dalam
ayat 18, 19, 20 orang-orang munafik berkata, 'Allah Mahabesar, tidak mungkin
akan membuat perumpamaan itu, maka Allah menurunkan ayat ke-26 ini.' Qatadah
berkata, 'Ketika Allah menyebut contoh perumpamaan lalat dan laba-laba,
tiba-tiba kaum musyrikin berkata, Untuk apakah Allah menyebut binatang-binatang
serangga yang kecil-kecil itu, maka Allah menurunkan ayat ke-26 ini'. Sesungguhnya takkan segan untuk menyebut apa pun jua daripada hak kebenaran
baik kecil ataupun besar."
Ar-Rabi' bin Anas berkata,
"Ayat ini untuk mencontohkan dunia, sebab nyamuk itu tetap hidup selama ia
lapar tetapi bila telah kekenyangan ia mati, demikianlah bila seseorang telah
kekenyangan dunia maka ia akan mati hatinya sehingga sukar untuk menerima
nasihat dan tuntunan yang menuju akhirat."
فَمَا
فَوْقَهَا ۚ Ada dua
pendapat yang berarti lebih rendah atau kecil, sebagaimana sabda Nabi saw., "Lau
kaanatiddunya ta'dilu indal-lahi janaa ha ba'uu dhatin lamaa saqaa kafiran
minha syarbata maa'in. = Andaikan dunia ini berharga
senilai dengan sayap nyamuk pasti tidak diberikan pada orang kafir walau hanya
seteguk air.
Ada juga pendapat, Dan yang lebih
besar, sebagaimana sabda Nabi saw,, "Maa min muslimin yusyaa kti
syaukatan fa-maa. fauqaha ilia kutiba lahu biha darajatan wa muhiyat anhu biha
khathi'atun". = Tiada
seorang muslim yang tercucuk duri atau yang lebih besar dari itu, melainkan
dicatat untuknya satu derajat dan terhapus dari padanya satu dosa. (HR. Muslim
dari Aisyah r.a.).
Maka Allah tidak segan mengadakan
perumpamaan baik sekecil nyamuk atau lebih kecil atau lebih besar.
Firman Allah datam surat al-Hajj 73:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ
لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا
يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Wahai umat manusia, Inilah diberikan satu misal
perbandingan, maka dengarlah mengenainya Dengan bersungguh-sungguh. sebenarnya
mereka Yang kamu seru dan sembah, Yang lain dari Allah itu, tidak sekali-kali
akan dapat mencipta seekor lalat Walaupun mereka berhimpun beramai-ramai untuk
membuatnya; dan jika lalat itu mengambil sesuatu dari mereka, mereka tidak
dapat mengambilnya balik daripadanya. (Kedua-duanya lemah belaka), lemah Yang
meminta (dari mendapat hajatnya), dan lemah Yang diminta (daripada menunaikannya).
(Surah al Hajj:73)
Dan dalam surat al-Ankabut 41 dikatakan:
مَثَلُ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ
اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ
الْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang yang membuat wali
(pelindung, pemimpin) selain dari Allah itu bagaikan laba-laba yang membuat
rumah (perlindungannya). Sesungguhnya selemah-lemah rumah yaitu rumah
laba-laba. Andaikata me-ngetahui.(al-Ankabut
41).
Sebagian ulama berkata, Jika aku
membaca suatu maisal (contoh) dalam ayat al-Quran kemudian aku belum dapat
melaksanakan aku menangisi diriku, sebab Allah berftrman:
وَتِلْكَ
الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
(al-Ankabut 43).
Itulah contoh perumpamaan yang Kami adakan
untuk manusia, tetapi tidak dapat memahaminya kecuali orang yang alim.
(al-Ankabut 43).
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ Mengetahui bahwa semua contoh perumpamaan
itu benar dari Tuhan Allah. Adapun orang-orang kafir, maka mereka berkata,
"Apakah kehendak Allah dengan perumpamaan itu? Sebagaimana tersebut dalam
surat al-Muddatstsir 31
وَمَا
جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً
لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ
الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ
وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ
كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَمَا
يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
dan (ketahuilah Bahawa hikmat) Kami tidak
menjadikan pengawal-pengawal neraka itu melainkan (dari kalangan) malaikat,
(kerana merekalah sekuat-kuat dan sebenar-benar makhluk Yang menjalankan
perintah kami); dan (hikmat) Kami tidak menerangkan bilangan mereka melainkan
Dengan satu bilangan Yang menyebabkan kesesatan dan kesengsaraan orang-orang
kafir itu, supaya orang-orang Yang diberi Kitab (Yahudi dan Nasrani) boleh
percaya Dengan yakin (akan kebenaran Al-Quran), dan supaya orang-orang Yang
beriman bertambah imannya; dan juga supaya orang-orang Yang diberi Kitab dan
orang-orang Yang beriman itu tidak ragu-ragu (tentang kebenaran keterangan
itu); dan (sebaliknya) supaya orang-orang (munafik) Yang ada penyakit
(ragu-ragu) Dalam hatinya dan orang-orang kafir berkata: "Apakah Yang di
maksudkan oleh Allah Dengan menyebutkan bilangan ganjil ini?" Demikianlah
Allah menyesatkan sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut undang-undang
peraturanNya), dan memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa Yang dikehendakiNya
(menurut undang-undang peraturanNya); dan tiada Yang mengetahui tentera Tuhanmu
melainkan Dia lah sahaja. dan (ingatlah, Segala Yang diterangkan berkenaan
dengan) neraka itu tidak lain hanyalah menjadi peringatan bagi manusia. (Surah
al Muddathir: 31)
وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ Fasik
orang yang melanggar perintah, ialah orang munafik.
Fasaqa berarti
terlepas dari kulitnya, atau kulit terlepas dari isinya. Karena itu kata Fasik
meliputi kafir, munafik dan yang maksiat.
Tikus disebut Fuwaisiqah karena ia keluar
dari lubangnya untuk merusak.
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw.
bersabda:
Lima macam binatang fasik, yang
harus dibunuh baik di daerah halal atau haram, yaitu: gagak, elang,
kalajengking, tikus dan anjing gila. (HR. Bukhari, Muslim).
Sedang sifat-sifat orang fasik nyata-nyata
sifat orang kafir yang berlawanan dengan sifat orang mukminin, sebagaimana yang
tersebut dalam surat ar-Ra’d ayal 20 - 21 sifat orang mukminin, sedang ayat 25
sifat orang fasik, munafik dan kafir.
(الَّذِينَ
يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ) 20
(وَالَّذِينَ
يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ) 21
orang-orang Yang menyempurnakan perjanjian Allah dan tidak merombak (mencabuli)
perjanjian Yang telah diperteguhkan itu; dan orang-orang Yang menghubungkan
perkara-perkara Yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, dan Yang menaruh
bimbang akan kemurkaan Tuhan mereka, serta takut kepada kesukaran Yang akan
dihadapi semasa soaljawab dan hitungan amal (pada hari kiamat); - (Surah ar
Ra’d: 20-21)
(وَالَّذِينَ
صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ
أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ)
dan orang-orang Yang sabar kerana
mengharapkan keredaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang,
serta mendermakan dari apa Yang Kami kurniakan kepada mereka, secara
bersembunyi atau secara terbuka; dan mereka pula menolak kejahatan Dengan cara
Yang baik; mereka itu semuanya adalah disediakan baginya balasan Yang
sebaik-baiknya pada hari akhirat; - (Surah ar Ra’du: 22)
Sedang sebaliknya sifat orang yang bakal
terkutuk:
(وَالَّذِينَ
يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ
الدَّارِ)
dan (sebaliknya) orang-orang Yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah
sesudah diperteguhkannya dan memutuskan perkara-perkara Yang disuruh oleh Allah
supaya dihubungkan, serta mereka pula membuat kerosakan dan bencana di muka
bumi, - mereka itu beroleh laknat, dan mereka pula beroleh balasan hari akhirat
Yang seburuk-buruknya. (Surah ar Ra’du: 25)
Menyalahi janji Allah, ialah melanggar
perintah dan larangan Allah. Sebagian ulama berpendapat, Ayat ini mengenai
orang kafir dan ahlil kitab dan kaum munafikin, karena Allah menyuruh mereka
mengikuti wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tiba-tiba mereka menentangnya
dan melanggarnya.
Sebagian yang lain mengatakan
bahwa umum untuk semua orang kafir, musyrik dan munafik, karena mereka
menyalahi janji tauhid kepada Allah dalam ayat 172 al-A'raaf, (أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ) = Bukankah Aku Tuhanmu? Jawab mereka, Benar. Kemudian setelah melihat dunia
yang di sekitarnya lalu berbuat syirik. Juga menyalahi ayat, (وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ)
2:40= Tepatilah perintah-Ku niscaya Aku tepati janji-Ku
kepadamu.
Abul Aaliyah mengatakan bahwa
enam yang ada pada orang munafik jika mereka merasa kuat dan menang maka
tampaklah sifat-sifat itu, yakni: jika berkata dusta, dan jika berjanji
menyalahi janji, jika dipercaya (diamanati) tetap berkhianat, dan menyalahi
janji (kewajiban) terhadap Allah. Dan memutuskan hubungan yang
diperintah oleh Allah supaya disambung.
Dan merusak di atas bumi (menimbulkan
kekacauan di atas bumi).
(وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن
يُوصَلَ ) juga berarti memutus hubungan famili kerabat,
sebagaimana tersebut dalam ayat 22 surat Muhammad saw.
(فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ) - Apakah ada
kemungkinan jika kamu berkuasa di atas bumi lalu kamu berbuat kerusakan dan
memutus hubungan famili kerabatmu? (Muhammad 22).
(أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ) Mereka yang rugi, sebab mestinya ia mendapat rahmat karunia Allah sekiranya
tetap dalam taat, tetapi ia maksiat rahmat karunia Allah yang bakal ia terima
berkurang dan rugi, terutama akan terasa di hari kiamat.
(كَيْفَ
تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ
يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ)
Bagaimana kamu tergamak kufur (mengingkari) Allah padahal kamu dahulunya
mati (belum lahir), kemudian ia menghidupkan kamu; setelah itu ia mematikan
kamu, kemudian ia menghidupkan kamu pula (pada hari akhirat); akhirnya kamu
dikembalikan kepadanya (untuk diberi balasan bagi Segala Yang kamu kerjakan).
(Surah al Baqarah: 28)
Padahal kamu mati dalam sulub
ayahmu, kemudian menjadikan kamu, kemudian mematikan kamu dan menghidupkan kamu
kembali sesudah mati, di mahsyar.
(أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ
الْخَالِقُونَ)
Apakah mereka dijadikan tanpa pencipta, ataukah mereka yang menjadikan diri
sehdiri?. (at-Thur
35).
(هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ
الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا)
Bukankah telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar),
sedang ia (masih belum wujud lagi, dan) tidak menjadi sesuatu benda Yang
disebut-sebut, (maka mengapa kaum musyrik itu mengingkari hari akhirat)? (Surah
Insan: 1)
Kaifa : Pertanyaan
"Bagaimana?" menunjukkan bahwa kekafiran itu suatu penyelewengan
terhadap jalannya pikiran yang lurus dan sehat. Sebab jika pikiran manusia
digunakan untuk memperhatikan dirinya sendiri pasti akan percaya adanya Allah
dan sifat-sifat kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya.
(وَاللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن
نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا
بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ
مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ)
Dia-Iah
Allah yang menjadikan kamu dari tanah kemudian dari nuthfah (mani). (Fathir
11).
(هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)
Dia-Iah Allah yang menjadikan buat kamu
apa yang di bumi semuanya, kemudian menjadikan langit dan dijadikan-nya tujuh
petala. Dan Dia (Allah) terhadap segala sesuatu maha mengetahui. (29).
Ilmu pengetahuan Allah meliputi segala
sesuatu. Alaa ya'lamu man khalaqa = Bagaimana tidak akan mengetahui
pa-dahal Dia yang menjadikan. (al-Mulk 14).
Dalam surat Fushshilat ayat 9, 10, 11:
(قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ
الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَادًا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ) 9
Katakanlah
(Wahai Muhammad): "Sesungguhnya tidak patut kamu kufur kepada Tuhan Yang
menciptakan bumi Dalam dua masa, dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya! Yang
demikian (sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah Tuhan sekalian alam, (Surah
Fusilat: 9)
(وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ
فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّائِلِينَ) 10
dan ia
menjadikan di bumi gunung-ganang Yang menetapnya (tersergam tinggi) di atasnya,
serta ia melimpahkan berkat padanya, dan ia menentukan ada padanya bahan-bahan
keperluan hidup penduduknya, sekadar Yang menyamai hajat Yang diminta dan dikehendaki
oleh keadaan mereka; (semuanya itu berlaku) Dalam empat masa. (Surah Fusilat:
10)
(ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ
فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا
طَائِعِينَ) 11
kemudian
ia menunjukkan kehendakNya ke arah (bahan-bahan) langit sedang langit itu masih
berupa asap; lalu ia berfirman kepadanya dan kepada bumi: "Turutlah kamu
berdua akan perintahKu, sama ada Dengan sukarela atau Dengan paksa!"
keduanya menjawab: "Kami berdua sedia menurut - patuh Dengan
sukarela" (Surah Fusilat: 11)
(فَقَضَاهُنَّ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ
وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ)
12
lalu ia
menjadikannya tujuh langit, Dalam dua masa; dan ia memberitahu kepada tiap-tiap
langit akan urusan dan keperluannya masing-masing. dan Kami hiasi langit Yang
dekat (pada pandangan mata penduduk bumi) Dengan bintang-bintang Yang bersinar
cemerlang serta memelihara langit itu Dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha mengetahui. (Surah Fusilat: 12)
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa
sahabat ketika menafsirkan ayat 29 ini berkata, "Pada mulanya Allah
menjadikan air dan metetakkan arsy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan makhluk
mcngeluarkan uap air dan naik di atasnya sehingga dinamakan samaa' (السَّمَاءِ ) kemudian mengeringkan air dan
menjadikannya tanah kemudian membelahnya berupa tujuh petala dalam masa dua
hari; Ahad dan Senin. Lalu mcletakkan bumi di atas ikan yang tersebut dalam
ayat: Nun walqa-lami. ikan di dalam air dan air di atas belabak yang di
atas punggung Malaikat, sedang Malaikat di atas batu dan batu di atas angin,
dan batu itulah yang disebut dalam surat Luqman ayat 16.
(يَا
بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ
أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ
اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ)
(Luqman menasihati Anaknya Dengan berkata):
"Wahai anak kesayanganku, Sesungguhnya jika ada sesuatu perkara (yang baik
atau Yang buruk) sekalipun seberat bijih sawi, serta ia tersembunyi di Dalam
batu besar atau di langit atau pun di bumi, sudah tetap akan dibawa oleh Allah
(untuk dihakimi dan dibalasNya); kerana Sesungguhnya Allah Maha Halus
pengetahuanNya; lagi amat meliputi akan Segala Yang tersembunyi. (Surah Luqman,
31 : 16)
Kemudian bergeraklah ikan dan goncanglah bumi, maka Allah memasang pasak
yang berupa gunung-gunung, sehingga mantaplah bumi.
(وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ)
dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". mereka bertanya (tentang
hikmat ketetapan Tuhan itu Dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya Tuhan kami)
hendak menjadikan di bumi itu orang Yang akan membuat bencana dan menumpahkan
darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami sentiasa bertasbih Dengan memujiMu dan
mensucikanMu?". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan
apa Yang kamu tidak mengetahuinya". (Surah al Baqarah, 2 : 30)
Dalam ayat ini Allah mcmberitakan
karuniaNya yang besar kepada anak Adam, sebab menyebut keadaan mereka sebelum
diciptanya di hadapan para Malaikat.
Khalifah di sini berarti, kaum yang silih
bergantian menghuni dan kekuasaannya, pembangunannya. Sebagaimana ayat,
al-'Anaam 165:
(وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ
وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ
رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ)
dan Dia
lah Yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan meninggikan setengah kamu atas
setengahnya Yang lain beberapa darjat, kerana ia hendak menguji kamu pada apa
Yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab
seksaNya, dan Sesungguhnya ia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (Surah al An’am,
6 : 165)
Adapun pertanyaan Malaikat, (أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ)
karena mereka mengambil kesimpulan dari asal
kejadian anak Adam dari tanah liat, kemudian adanya perselisihan yang
membutuhkan khalifah untuk memutuskan segala kejadian yang berupa penganiayaan,
pelanggaran hak yang satu terhadap hak yang lain, maka timbullah pertanyaan,
"Apakah akan Tuhan jadikan manusia tukang merusak dan menumpahkan
darah?"
Dan pertanyaan Malaikat itu bukan
merupakan sanggahan, tantangan atau karena hasud, sekali-kali tidak. Tetapi
pertanyaan Malaikat hanya ingin mengetahui hikmat Allah dalam semua kejadian
itu, sebab jika menjadikan makhluk itu semata-mata untuk beribadat sudah cukup
para Malaikat yang tidak berhenti-henti bertasbih, bertahmid dan mengagungkan
nama Allah.
Karena itu Allah menjawab (إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ) Aku lebih mengetahui hikmat,
maslahat apa yang tidak kamu ketahui, sebab Aku juga akan menjadikan para
Nabi, Rasul, Siddiqin; Syuhada' dan Salihin yang benar-benar taat mengikuti
ajaran Tuhan dan jejak Nabi-nabi a.s.
(إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ) Sungguh Aku lebih mengetahui
hikmat apa yang akan Aku laksanakan dalam menjadikan makhluk, dan kamu tidak
mengetahui. Sungguh Aku mengetahui bahwa kalian lebih layak tetap di tangit,
sedang untuk makhluk yang sebagaimana Aku kehendaki dari makhluk yang akan Aku
jadikan itu. Atau, "Sungguh Aku lebiah mengetahui di antara kamu ada
makhluk Iblis yang jiwanya tidak sama dengan kamu, meskipun kini berada di
antara kamu".
Ibnu Abbasi Ibnu Mas'ud dan beberapa
sahabat berpendapat. (إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً). Malaikat bertanya, "Ya Tuhan bagaimana khalifah
itu?" Dijawab, "Akan berketurunan yang merusak di bumi dan saling
hasud menghasud sehingga bunuh membunuh setengah pada setengahnya.
Ibnu Jarir berkata, 'Tafsir ayat
ini, Aku akan menjadikan khalifah di bumi menggantikan Aku dalam menjalankan
hukum dengan adil di antara makhluk-Ku yakni menghukum dengan tuntunan-Ku,
yaitu Adam dan siapa yang mengikuti jejaknya dalam melaksanakan bcnar-benar
tuntunan wahyu dari Allah SWT.
Ibnu Abbas juga berkata,
"Pertama yang di bumi ialah Jin, lalu mereka merusak dan menumpahkan
darah, maka diutus Iblis untuk membunuh sebagian mereka dan mengusir sehingga
mereka terpaksa tinggal di pulau-pulau dan di hutan-hutan serta di gunung-gunung,
kemudian Allah berfirman, "Aku akan menjadikan seorang khalifah di
bumi". Sehingga ada pertanyaan, "Apakah
tidak mungkin akan timbul lagi perusuh yang merusak dan bunuh membunuh di
antara mereka?"
Abdullah bin Umar berkata,
"Dahulu sebelum Adam berada di bumi, bumi sudah ditempati Jin kira-kira
dua ribu tahun sebelum Adam, dan terjadilah berbagai kerusuhan dan pembunuhan,
maka Allah mengutus tentara Malaikat di bawah pim-pinan Iblis sehingga
menghalau mereka ke pulau-pulau di laut dan di gunung-gunung, kemudian Allah
berfirman, akan menjadikan khalifah. Malaikat bertanya, "Apakah tidak
mungkin ada pengacau dan pembunuhan?" Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui?
( وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ) Mengakui kesucianMu serta memuja, memuji kepadaMu,
mengakui kesucianmu ya Allah dari segala sifat yang dikatakan oleh kaum musyrikin,
dan hanya memuja memuji. kepadaMu atas semua sifat kesucianMu.
Abu Dzar r.a. herkata, "Rasulullah
saw. ditanya, Apakah kalimat yang afdhal (terutama, terbaik)? Jawab Nabi saw.,
"Apa yang dipilihkan oleh Allah kepada Malaikat-Nya yaitu: Subhanallahi
wabihamdihi". (HR. Muslim).
Dan pada malam Isra' Nabi saw. telah
mendengar di tangit tasbih yang berbunyi: Subhanal aliyil a'la, subhanahu wata'ala.
(HR. Baihaqi). Qatadah dalam tafsir ayat ini إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ. Maka nyata dalam ilmu Allah telah lahir dari khalifah
itu orang-orang yang menjadi Nabi, Rasul dan orang shalih yang akan menjadi
penghuni surga.
Al-Qurthubi berdalil dengan ayat
ini wajib mengangkat khalifah yang dapat memutuskan berbagai perselisihan,
pertengkaran yang tcrjadi dan membela orang yang teraniaya dan menegakkan hukum
dan melarang segala perbuatan yang keji haram, dan lain-lain urusan yang tidak
dilaksanakan, kecuali dengan adanya hakim pimpinan khalifah. Dan sesuatu yang
tidak dapat terlaksana kewajiban, kecuali dengan itu, maka sesuatu itu juga
menjadi wajib adanya.
Dan pimpinan imamah itu diangkat
dengan nash atau isyarat, atau dengan pengangkatan oleh khalifah yang pertama
tcrhadap yang kedua (sesudahnya) sebagaimana yang dilakukan oleh Abubakar
terhadap Umar r.a. atau diserahkan pada beberapa orang yang dianggap layak
sebagaimana dilakukan Umar r.a. Atau dengan kesepakatan orang-orang yang ahli yang
berhak menentukan untuk membai'at kepada mereka yang ia sepakati, maka wajib
pada rakyat, masyarakat menurut dan mengikutinya. Demikian
keterangan Imamul haramain sebagai putusan ijmak.
Sedang khalifah (imam) yang diangkat harus
lelaki, merdeka, dewasa (baligh), berakal, Muslim, adil, pandai berijtihad,
waspada, sehat anggota badannya, berpengalaman dalam perang.
Andaikan imam itu berbuat fasik apakah
langsung gugur kedudukannya atau jatuh haknya? Jawabnya, Tidak jatuh karena
sabda Nabi saw., "Kecuali jika kalian melihat perbuatan kufur yang
terang-terangan, yang nyata bertentangan dengan kitab Allah".
Dan seseorang dapat meletakkan
jabatan dan menyerahkannya kepada yang berwenang jika dipandang lebih baik untuk
maslahat kepentingan kaum muslimin, sebagaimana yang terjadi pada al-Hasan bin
Ali r.a. ketika menyerahkan kepada Muawiyah untuk mencegah pertumpahan darah di
antara kaum muslimin. Dan ternyata perbuatan sangat terpuji. Adapun mengangkat
dua imam atau lebih maka tidak boleh karena sabda Nabi saw., "Man
jaa'akum wa amrukum jami'u yuridu an yufarriqa bainakum faq tuluhu kaa'inan man
kaana" = Siapakah yang datang ketika urusanmu bersatu, lalu ia ingin
berusaha akan memecah bclah di antara kamu maka bunuhlah ia siapa pun juga
adanya. Demikian:
(وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ
أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) 31
(قَالُوا
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ) 32
dan ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan Segala nama benda-benda dan
gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu ia berfirman:
"Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan
Yang benar". malaikat itu menjawab: "Maha suci Engkau (Ya Allah)!
Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa Yang Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha
Bijaksana". (Surah al Baqarah, 2 : 31-32)
(قَالَ
يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ
أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ)
Allah berfirman: "Wahai
Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka". maka setelah
Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman:
"Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui Segala
rahsia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa Yang kamu nyatakan dan apa Yang
kamu sembunyikan?". (Surah al Baqarah,2 : 33)
Di sini Allah menyebut kemuliaan
kedudukan Nabi Adam a.s. karena Allah memberinya ilmu nama dari segala benda
dan itu terjacli sesudah sujudnya para Malaikat kepada Adam, dan didahului
pasal ini sesuai dengan pertanyaan para malaikat tentang hikmat pengangkatan
khalifah di bumi yang langsung bahwa Allah mengetahui apa yang tidak mereka
ketahui. Juga untuk menerangkan kelebihan Adam dengan ilmunya
itu.
(وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ) Ibnu Abbas berkata, "Mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda
yang akan dijadikan manusia, binatang dan lain-lainnya dari segala keperluan
hajat manusia di dunia ini.
Anas r.a. berkata, Nabi saw.
bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan berkumpul semua kaum mukminin,
kemudian mereka berkata, Andaikan kita mendapat syafi' yang dapat menyampaikan
hal kita kepada Tuhan, lalu mereka pergi kepada Adam dan berkata, Engkau ayah
dari semua manusia, Allah telah menjadikan engkau langsung dengan tanganNya,
dan memerintahkan kepada Malaikat supaya sujud kepadamu, dan mengajarkan
kepadamu nama segala sesualu maka berikan syafaatmu kepada Tuhan untuk meringankan
kami dari penderitaan ini. Jawab Nabi Adam, "Bukan
bagianku. (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah).
Dengan hadis ini nyata bahwa Allah telah
mengajarkan kepada Adam semua nama dari segala sesuatu.
(إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) Jika kalian benar mengetahui apa yang akan Aku
jadikan maka coba terangkan nama bend abenda ini. Demikian keterangan Qatadah
dan al-Hasan.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud r.a. berkata,
"Jika kamu benar dalam perkataanmu, jika aku mengangkat khalifah dari
lainmu akan berbuat rusuh menumpahkan darah, bila dari golonganmu tidak akan
berbuat dosa, maka coba terangkan nama benda-benda yang ada di hadapanmu itu,
maka jika nyata kalian tidak mengetahui maka terhadap hal yang gaib tentu lebih
tidak tahu.
Jawab para Malaikat (سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا
عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ) Makasud Engkau Tuhan, tiada
kami mengetahui kecuali apa yang Tuhan ajarkan kepada kami, sungguh Engkau Maha
Mengetahui lagi Bijaksana. (32).
Maha mengetahui terhadap segala
sesuatu, maha bijaksana dalam semua ciptaanMu, perintahMu dan ajaranMu dan
penolakanMu terhadap apa yang Engkau kehendaki sangat bijaksana dan adil.
Ibnu Abbas berkata,
"Subhanallah", ialah menyucikan Allah dari segala kerendahan
kebusukan.
Firman Allah, "Hai Adam, beritakan
pada malaikat nama benda-benda itu", maka memberitakan nama-nama itu.
Allah berfirman, "Tidakkah Aku berkata kepadamu bahwa Aku mengetahui
semua yang gaib di langit dan bumi bahkan mengetahui apa yang kalian terangkan
dan yang kamu sembunyikan". (33).
Maka setelah nyata kelebihan Adam dari
semua Malaikat, karena ia telah menyebut nama-nama yang diberitahukan Allah
kepadanya itu, maka Allah berfirman kepada malaikat, Tidakkah Aku telah
berfirman kepada kamu bahwa Aku mengetahui semua gaib yang terang dan yang
samar tersembunyi".
Ibnu Abbas berkata, "Mengetahui yang
rahasia. sebagaimana mengetahui yang terang, yakni yang tersembunyi dalam hati
Iblis daripada kesombongan dan bangga diri."
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan
beberapa sahabat berkata, "Yang terang ialah pertanyaan, Apakah akan ada
orang yang merusuh dan menumpahkan darah, sedang yang tersembunyi ialah
kesombongan iblis."
Ar-Rabi bin Anas berkata,
"Mengetahui yang terang, ialah yang mereka tanyakan; Apakah akan Engkau
jadikan orang-orang yang merusak dan menumpahkan darah, sedang yang mereka
sembunyikan ialah perasaan mereka tidak mungkin Allah menjadikan makhluk yang
lebih mulia dari mereka atau lebih pandai dari mereka. Sehingga kini mereka
mengakui kelebihan pengetahuan Adam a.s.
Allah berfirman kepada Malaikat,
"Sebagaimana kamu tidak mengetahui nama-nama itu, demikian pula Aku
sembunyikan dari kamu apa yang Aku jadikan dari makhluk yang akan berlaku taat
atau maksiat, scbab Allah telah menetapkan akan memenuhi jahanam dari bangsa
manusia dan jin, sedang kalimat yang kamu sembunyikan hanya mengenai niat jahat
dan kcsombongan iblis. Dan cara ini berlaku dalam kebiasaan bahasa Arab,
sebagaimana dalam surat al-Hujurat; sesungguhnya mcreka yang memanggilmu dari
balik kamar, padahal yang memanggil-manggil itu hanya seorang dari Bani Tamim.
Dalam majelis sahabat, tiba-tiba
Umar r.a. berkata, "Kalimat Laa ilaha illallah telah kami ketahui arah
tujuan dan arti-nya, maka Subhanallah itu untuk apakah?" Jawab Ali, "Itu kalimat pilihan Allah untuk memuja padaNya dan
menyatakan kesucianNya."
(وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ)
Ingatlah ketika Kami perintahkan kepada
malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Maka sujudlah mereka,
kecuali iblis menolak dan sombong dan tergolong dari orahg-orang kafir. (34).
Ini suatu kehormatan yang besar yang Allah
berikan kepada anak Adam ketika memberitahu bahwa Allah telah menyuruh
Malaikat bersujud kepada Adam.
Nabi saw. bersabda, "Nabi Musa a.s.
meminta kepada Tuhan; Ya Tuhan perlihatkan kepadaku Adam yang telah
mengeluarkan kami dari surga. Kemudian setelah bertemu ia berkata; Engkau Adam
yang telah dicipta Tuhan dengan tanganNya, dan meniupkan ruhNya dan menyuruh
Malaikat bersujud padamu."
Ibnu Abbas berkata, "Iblis
termasuk salah satu suku dari Malaikat yang disebut al-Jin, mereka telah
dijadikan dari api samum, bernama al-Harits, bahkan ia termasuk penjaga surga,
sedang Malaikat yang lainnya dijadikan dari Nur, selain golongan ini.
Di dalam al-Quran disebut bahwa
jin dijadikan dari maarij min nar dari ujung sulatan api jika dinyalakan,
sedang manusia dijadikan dari tanah liat, dan pertama yang tinggal di bumi
ialah jin, talu mereka berbuat kerusuhan dan menumpahkan darah, yang satu
membunuh yang lain. Lalu Allah mengutus kepada mereka Iblis dengan tentara
Malaikat yang membunuh mereka dan menghalau sebagian mereka ke pulau di tengah
laut dan ke gunung-gunung, sesudah itu iblis mulai merasa sombong dan berkata,
"Aku telah berbuat sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh lain
orang". Allah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis yang
tidak diketahui oleh Malaikat, karena itu ketika Malaikat bertanya, apakah
khalifah yang akan dijadikan itu kelak akan merusak dan menumpahkan darah? Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, yakni
Aku telah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis dari
kesombongannya".
Kemudian Allah menyuruh Malaikat
mengambil dari tanah yang akan dijadikan Adam, sesudah dibentuk dibiarkan
sctama empat puluh hari, berupa tanah liat yang kering, berlubang, sehingga
bila iblis berjalan, menendangnya lalu bersuara ialah yang tersebut "Min
shal shaalin kal fakh-khar" (dari benda yang bersuara bagaikan tembikar).
Berlubang sehingga iblis dapat masuk dari lubang mulut dan keluar dari dubur,
lalu berkata iblis, "Jika aku berkuasa atasmu aku binasakan kamu, dan
bila kamu berkuasa atasku aku akan menentang maksiat kepadamu."
Maka ketika telah ditiupkan oleh
Allah ruh yang dimulai dari ubun-ubun kepalanya maka tiap anggota badan yang
telah dimasuki ruh langsung berubah menjadi darah daging, maka ketika telah
sampai di pusarnya ia dapat melihat badannya dan kagum atas keindahannya,
sehingga segera akan berdiri, tetapi tidak dapat.
Firman Allah, Wa khuliqal insaanu ajuu
la = Dan dijadikan manusia itu terburu-terburu. Lekas jemu dan tidak
sabar, baik dalam menghadapi suka ataupun duka. Maka sesudah setesai, ruh
dalam jasadnya lalu bersin, lalu berkata, "Alhamdu 1ill ah rabbil
aalamiin", disambut Allah, "Yarhamuka Allah ya Adam". Kemudian
Allah menyuruh Malaikat yang bersama kepada iblis itu supaya sujud kepada Adam,
maka sujudlah semua malaikat, kecuali iblis yang sombong dan menolak perintah,
ketika ia menolak langsung Allah memutuskannya dari rahmat-Nya yaitu bernama
iblis, yakni putus dari rahmat Allah.
Iblis menolak dengan alasan; Ana khairun
minhu. Aku lebih baik dari padanya, lcbih tua, sebab api lebih kuat dari tanah.
Ketika itu ia dijadikan setan terkutuk sebagai hukuman atas maksiatnya.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan
beberapa sahabat berkata, "Ketika Allah telah selesai mcnjadikan apa yang
dikehendaki-Nya, maka mengangkat iblis mcnguasai Malaikat langit dunia, sedang
ia termasuk golongan jin dan bertugas menjaga surga, maka karena mendapat kedudukan
itu ia merasa bangga dan berkata, "Allah tidak mengangkatku di atas lain-lain
Malaikat, kecuali karena kelebihan, dan timbullah rasa sombong,"
Setelah itu Allah menyatakan akan
menjadikan khalifah, sehingga timbul tanya-jawab antara Allah dengan Malaikat.
Kemudian Allah menyuruh Jibrtl mengambil tanah, tiba-tiba tanah berlindung
kepada Allah; "Audzu billahi minka" = Jangan engkau mengambil atau
merusakku. Maka kembali Jibril berkata kepada Allah, "Ya Allah ia telah
bertindung kepada-Mu, maka aku tidak berani melanggar orang yang berlindung
kepada-Mu, lalu mengutus Mikail, dah kembali seperti Jibril, kemudian Allah
mengutus Izrail (malakul maut) dan ketika bumi berlindung kepada Allah, maka
jawab Malakul maut, "Aku berlindung kepada Allah dan tidak akan kembali sebelum
melaksanakan perintahNya, maka ia langsung mengambil beberapa tanah merah,
putih dan hitam dan dicampur sehingga terjadilah anak Adam bermacam-macam dan
berbeda warna dan tabiainya."
Ketika Allah menyuruh malaikat
bersujud kepada Adam, maka termasuklah iblis dalam perintah, karena ia berada
bersama mereka dan mengikuti ibadat mereka, karena itu ia tercela dan terkutuk,
karena melanggar perintah.
Ibnu Abbas r.a. berkata,
"Dahulunya iblis sebelum melaksanakan pelanggaran dosa bernama Azazil,
dan ia termasuk makhluk yang rajin beribadat dan luas ilmunya, karena itulah ia
merasa sombong."
Said bin al-Musayyab berkata, "Iblis
termasuk pimpinan Malaikat dunia."
(وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ) Ujian Allah kepada
hamba-Nya untuk mencontohkan arti taat yang sesung-guhnya, yaitu menurut kepada
semua perintah Allah tanpa ragu, karena itu meskipun sujudnya kepada makhluk,
tetapi karena taatnya menurut perintah Allah. Supaya
dalam taat tidak boleh pilih-pilih, perintah ini diturut, perintah itu tidak
diturut, ini tidak boleh dan menyalahi arti taat. Dan menyalahi taat itu
bcrarti kafir, maksiat.
Muadz r.a. berkata, "Ketika
saya sampai di Syam, saya melihat orang-orang sujud kepada pendeta dan uskup
mereka, maka engkau ya Rasulullah lebih layak untuk disujudi, jawab Nabi saw.,
"Tidak, andaikan aku dapat menyuruh seorang bersujud kepada seseorang,
niscaya aku akan menyuruh istri sujud kepada suaminya, karena besar jasanya
kepadanya."
Ada pendapat; Sujud itu kepada Allah,
tetapi Adam sebagai kiblatnya.
Qatadah berkata, "فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ
وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
= Pada mulanya iblis hasud terhadap karunia Allah yang diberikan kepada Adam,
lalu berkata, "Aku terjadi dari api sedang Adam dari tanah."
Dan permulaan dosa itu karena sombong.
Dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda, "Tidak dapat masuk surga orang yang
dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan".
Sebagian ulama berpendapat, jika Allah
memberikan kekeramatan kepada seseorang, maka yang demikian, belum tentu ia
sebagai waliyullah. Bahkan ada kalanya scsuatu yang luar biasa itu
(dikeramatkan) terjadi pada seseorang yang bukan waliyullah, bahkan di tangan
orang kafir atau penipu. Sebagai mana yang terjadi pada Ibnu Shayyad ketika
ditanya oleh Nabi saw. tentang Addukh, yaitu mengenai ayat, "Far taqib
yauma ta'tissamaa'u bi dukhaanin mubin". Juga ketika ia marah dapat
memenuhi jalanan sehingga dipukul oleh Abdullah bin Umar r.a.
Juga hadis yang meriwayatkan
Dajjal yang akan terjadi di tangannya, beberapa kejadian yang luar biasa,
sehingga dapat menyuruh langit untuk menurunkan hujan dan bumi supaya
menumbuhkjan tumbuh-tumbuhannya dan ia akan membunuh pemuda dan menghidupkannya
kembali dan lain-lainnya.
Asy-Syafii dan al-Laits bin Sa'ad
kcduanya berkata, "Jika kalian melihat seseorang yang dapat berjalan di
atas air atau terbang di udara maka kalian jangan tertipu (terpengaruh) padanya
sehingga kamu perhatikan (sesuaikan) amal kelakuannya pada kitab Allah dan
sunnaturrasul.
(وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ
الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ) 35
(فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا
فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ
وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ) 36
dan Kami
berfirman: "Wahai Adam! Tinggalah Engkau dan isterimu Dalam syurga, dan
makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai, dan janganlah
kamu hampiri pokok ini; (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu
dari golongan orang-orang Yang zalim". setelah itu maka Syaitan
menggelincirkan mereka berdua dari syurga itu dan menyebabkan mereka
dikeluarkan dari nikmat Yang mereka telah berada di dalamnya dan Kami
berfirman: "Turunlah kamu! sebahagian dari kamu menjadi musuh kepada
sebahagian Yang lain dan bagi kamu semua disediakan tempat kediaman di bumi,
serta mendapat kesenangan hingga ke suatu masa (mati)". (Surah al Baqarah,
2 : 35)
Dalam ayat ini Allah memberitakan
kemuliaan yang diberikannya kepada Adam, sesudah menyuruh Malaikat sujud pada
Adam, lalu diperintahkan pada Adam tinggal serta makan, minum dengan leluasa,
sepuas-puasnya di surga.
Abu Dzar r.a. bertanya, Ya Rasulullah
apakah Adam itu seorang Nabi? Jawab Nabi saw., "Ya, seorang Nabi dan Rasul
yang langsung berkata-kata dengan Allah, yaitu ketika Allah berkata kepadanya,
Tinggallah anda serta istrimu di dalam surga!"
Ahlussunnah berpendapat bahwa
surga itu di langit sedang kaum Muktazilah dan Qadariyah berpendapat di bumi. Keterangan lebih jauh dalam surat al-A'raf.
Dalam susunan ayat ini menunjukkan bahwa
Hawa telah dijadikan sebelum Adam masuk surga. Dan ada pendapat yang menyatakan
bahwa Hawa dijadikan sesudah Adam masuk surga, sebagaimana keterangan Ibnu
Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat yang menyatakan bahwa iblis diusir dari
surga dan Adam ditempatkan di surga, maka ia berjalan-jalan kesepian di surga,
sendirian. Tiba-tiba ia ketiduran dan ketika ia bangun, sudah ada wanita di
dekat kepalanya. Wanita itu sedang duduk. Wanita ini telah dijadikan oleh Allah
dari tulang rusuk Adam. Kemudian wanita itu disapa oleh Adam, "Siapakah Anda?"
Jawabnya, "Wanita." Lalu ditanya, "Untuk apa Anda
di-ciptakan?" Jawabnya, "Supaya Anda jinak kepadaku." Lalu para
Malaikat mendatangi Adam untuk mengetahui sampai di mana ilmunya dan bertanya,
"Siapakah namanya, hai Adam?" Jawab Adam, "Hawa!" Ditanya
lagi, "Mengapakah Hawa!" Jawabnya, "Karena ia dijadikan dari
benda hidup!"
( وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ) Dan
kalian berdua jangan mendekati pohon ini. Ini berupa ujian Allah kepada Adam.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud menyebutkan pohon
anggur. Orang Yahudi menyebutkan pohon gandum. Ibnu Abbas juga
menyebut pohon itu Assunbullah (tiap biji yang bertangkai seperti beras,
gandum atau jagung). Sufyan ats-Tsauri dari Hushain dari Abu Malik menyebutkan pohon
kurma. Mujahid menyebut buah tin.
Ibnu Jarir at-Thabari berpendapat
bahwa kesimpulannya, Allah melarang adam dan istrinya makan suatu buah yang
tertentu di surga, tetapi keduanya kemudian makan buah pohon itu, karena Allah
tidak menyebutkan pohon apa.
Di dalam alQuran atau hadis yang
sahih, ada yang menga-takan bahwa gandum, tin, anggur dan mungkin salah satu
dari padanya, tetapi itu termasuk dari ilmu yang jika diketahui tidak penting
dan jika tidak tahu juga tidak apa-apa.
Dan Allah ketika melarang, disebutkan juga
bahayanya, akan menjadi zalim aniaya pada diri sendiri, berani merugikan dan
membinasakan.
(فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا) Maka setan telah
menggelincirkan keduanya, sehingga mengeluarkan keduanya dari berbagai
kesenangan. kepuasan dan kemewahan makan, minum dan pakaian.
( وَقُلْنَا
اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ
إِلَىٰ حِينٍ)
Kemudian Allah memerintahkan Adam, Hawa dan iblis supaya turun ke bumi, dengan
catatan satu dengan yang lain menjadi musuh, untuk tinggal selama hidup hingga
sampai pada ajal yang tertentu padanya.
Ubay bin Ka'ab r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda. "Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam
seorang tinggi lebat rambutnya bagaikan pohon kurma yang tinggi, maka ketika ia
makan dari pohon yang terlarang terlepas semua pakaiannya, sehingga terlihat
auratnya, ketika ia melihat auratnya, ia merasa malu dan berlari-lari di surga
sehingga rambutnya tersangkut pada pohon dan ketika terpaksa terhenti karena
rambutnya ia mendengar panggilan Allah, "Hai Adam apakah anda akan lari
dari pada-Ku?" Ketika Adam mendengar firman Allah ia menjawab, Tidak ya
Tuhanku tetapi aku malu. (R. Ib-nu Abi Hatim).
Di lain riwayat, setelah Adam berkata,
"Tidak Tuhanku, tetapi malu kepada-Mu. Firman Allah, "Hai Adam,
keluarlah dari sisi-Ku, maka demi kemuliaan-Ku tidak boleh berada di sisi-Ku
orang yang durhaka (melanggar) perintah-Ku. Andaikan Aku menjadikan orang yang
serupa dengan anda sepenuh bumi lalu berbuat maksiat, pasti akan Aku tempatkan
mereka di tempat orang-orang yang maksiat". (Hadis Gharib putus sanad
antara Qatadah dengan Ubay bin Ka'ab).
Ibnu Abbas berkata, "Adam tinggal di
surga hanya kira-kira waktu Ashar hingga Maghrib. (Yakni sekira 130 tahun
menurut hitungan hari-hari dan tahun dunia).
Ulama berbeda paham dalam menentukan surga
di langit ataukah di bumi. Tetapi sekiranya kita percaya kepada Allah di surga
itu cukup, terserah pada Allah apakah di langit ataukah di bumi, Allah juga
berkuasa. Supaya tidak terganggu membicarakan bagaimana iblis dapat menipu Adam
hingga diperintahkan turun dari surga. Jika Allah telah menentukan Adam harus
turun ke bumi sebagai khalifah, dan di dalam ketentuan harus tinggal di surga
sementara melalui ketentuan-ketentuan yang akan terjadi peristiwa yang bakal
terjadi padanya.
Maka lebih baik kita terima apa
adanya dalam ayat, kemudian kita perhatikan hikmat untuk menjadi peringatan
bagi diri sendiri jangan sampai kita nanti kehilangan kesenangan sendiri
disebabkan oleh pelanggaran terhadap tuntunan Allah.
Ar-Razi berkata, "Ketahuilah bahwa
ayat ini merupakan ancaman yang berat bagi tiap orang yang berbuat dosa dan
maksiat."
(فَتَلَقَّىٰ
آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
Kemudian Adam menerima tuntunan kalimat
dari Tuhan, maka Allah member! tobat padanya. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi
tobat dan mengasihani. (37).
Kalimat dalam ayat ini dijelaskan dalam
surat al-A'raaf 23,
(قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ)
Keduanya berkata, "Ya Tuhan
kami, kami telah berbuat zalim (aniaya) terhadap diri sendiri, jika Tuhan tidak
mengampunkan memberi rahmat kepada kami niscaya kami termasuk orang yang rugi. (al-A'raaf
23).
Mujahid dari Ubaid bin Umair
mengatakan bahwa Adam bertanya, "Ya, Tuhanku, dosa yang telah aku lakukan
apakah sesuatu yang telah Engkau tetapkan pasti padaku ataukah hanya sesuatu
yang baru aku perbuat?" Jawab Allah, "Bahkan itu telah
Aku tentukan atasmu sebelum Aku menjadikanmu". Adam berkata,
"Sebagaimana Tuhan telah menentukannya padaku maka ampunkanlah aku."
Maka itulah artinya "Fatalaqqa min rabbihi kalimaatt".
Abul Aliyah menanggapi ayat
"Fatalaqqa Aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba alathi"; Ketika Adam
telah melakukan dosa maka ia bertanya, "Ya Tuhan bagaimana jika aku
bertobat dan memperbaiki?" Firman Allah, "Jika demikian
maka akan Aku masukkan ke surga". Inilah kalimat yang diterima oleh Adam,
sehinga diterima tobatnya.
Mujahid berkata, "Kalimat yang
diterima oleh Adam dari Tuhan untuk diterima tobatnya ialah:
Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau,
Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, ya Tuhan aku telah berbuat aniaya
(zalim) pada diriku, maka ampunkan bagiku, sungguh Engkau sebaik-baik
pengampun. Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji
bagi-Mu, ya Tuhan aku berbuat zalim (aniaya) pada diriku maka kasihanilah aku,
sungguh Engkau sebaik-baik pengasih (penyayang). Ya Allah, tiada Tuhan kecuali
Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu aku telah berbuat zalim
(aniaya) pada diriku maka tobatilah aku sungguh Engkau pemberi/penerima tobat
dan pengasih.
Inna Allaha huwa yaqbalut taubata an ibaa
dihi = Sesung-guhnya Allah yang menerima tobat para
hamba-Nya.
(وَمَن
يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ
اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا)
Dan siapa ber-buat kejahatan atau aniaya dirinya, kemudian
istighfar minta ampun kepada Allah akan mendapatkan Allah Maha Pengampun
lagi Penyayang. (an-Nisa' 110).
(قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ) 38
(وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 39
Kami berfirman lagi: "Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! kemudian
jika datang kepada kamu petunjuk dariKu (melalui Rasul-rasul dan Kitab-kitab
Yang diturunkan kepada mereka), maka sesiapa Yang mengikuti petunjukKu itu
nescaya tidak ada kebimbangan (dari sesuatu Yang tidak baik) terhadap mereka,
dan mereka pula tidak akan berdukacita". dan orang-orang kafir Yang
mendustakan ayat-ayat keterangan kami, mereka itu ialah ahli neraka, mereka
kekal di dalamnya. (Surah al Baqarah, 2 : 38)
Perintah pada Adam, Hawa dan iblis, tetapi
lanjutan khit-habnya kepada turunan mereka.
Hudan berarti para Nabi dan Rasul, juga
berarti al-Quran.
( فَمَن
تَبِعَ هُدَايَ)
Maka siapa yang mengikuti apa yang Aku tunjnkan berupa kitab dan yang Aku utus
dari para Rasul.
( فَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ)
Maka tiada sesuatu kekhawatiran atas mereka dari apa yang akan mereka hadapi di
akhirat, dan mereka pun tidak akan menyesal terhadap apa yang terlepas atau
tidak tercapai dari keduniaan. Ayat tni bersamaan dengan ayat 123 surat Thaha.
(قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ
بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ
اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ) taha:123
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari syurga itu, bersama-sama,
Dalam keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengahnya Yang lain; kemudian
jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa Yang mengikut petunjukKu
itu nescaya ia tidak akan sesat dan ia pula tidak akan menderita azab sengsara.
(Surah Taha, 20 : 123)
(وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) Sedang mereka yang kafir ingkar dan mcndustakan
ayat-ayat Kami, mereka ahli neraka, mereka di dalamnya kekal untuk selamanya.
Abu Said al-Khudri r.a. mengatakan bahwa
Nabi saw. bersabda:
Ada pun ahli neraka yang memang ahlinya,
maka tidak mati dan tidak hidup di dalam nya, tetapi ada kaum yang masuk neraka
karena dosa-dosa mereka, maka mereka ini dimatikan sementara sehingga bila
telah berupa arang diizin-kan untuk diberi syafaat (pembelaan). (Muslim).
(يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ)
40
(وَآمِنُوا
بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ
ۖ
وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ)
41
Wahai Bani Israil! Kenangkanlah kamu akan Segala nikmat Yang telah
Kuberikan kepada kamu, dan sempurnakanlah perjanjian (kamu) denganKu, supaya
Aku sempurnakan perjanjianKu Dengan kamu; dan kepada Akulah sahaja hendaklah
kamu merasa gerun takut, (bukan kepada sesuatu Yang lain). dan berimanlah kamu
Dengan apa Yang Aku turunkan (Al-Quran) Yang mengesahkan benarnya Kitab Yang
ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang-orang Yang mula-mula kafir
(ingkar) akan dia; dan janganlah pula kamu menjadikan ayat-ayatKu (sebagai
harga untuk) membeli kelebihan-kelebihan Yang sedikit faedahnya; dan kepada
Akulah sahaja hendaklah kamu bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 : 40-41)
Ayat ini nyata menyuruh Bani
Israil. supaya masuk Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw. bahkan mereka
dimuliakan dengan menyebut turunan mercka dari Nabi Israil (Yaqub a.s.)
seakan-akan Allah memanggil mereka, "Wahai turunan hamba yang saleh, yang
taat kcpada Allah, ikutilah jejak ayahmu dalam mengikuti hak kebenaran, jangan
sampai kamu menjadi orang yang pertama kafir karena mengutamakan kepentingan
keuntungan dunia yang sedikit".
Ibnu Abbas r.a. berkata. "Israil
berarti Abdullah (hamba Allah)."
(اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ
عَلَيْكُمْ ) Ingatlah
nikmat yang Aku berikan kepadamu.
Mujahid berkata, "Nikmat yang disebut,
dan lain-lainnya. Memancarkan air dari batu, dan turunnya al-manna dan salwa,
dan menyelamatkan mereka dari penjajahan (perbudakan) Fir'aun."
Abul Aliyah berkata, "Nikmat yang
menjadikan di antara mereka Nabi dan Rasul serta menurunkan kitab pada mereka.
Ini sebagaimana yang tersebut dalam ayat 20 al-Maidah:
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ
اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاءَ
وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ)
dan (ingatkanlah mereka Wahai Muhammad), ketika Nabi Musa berkata kepada
kaumnya: "Wahai kaumku! kenanglah nikmat Allah (yang diberikan) kepada
kamu ketika ia menjadikan Dalam kalangan kamu beberapa orang Nabi, dan ia
menjadikan kamu bebas merdeka (setelah kamu diperhamba oleh Firaun dan
orang-orangnya), dan ia memberikan kepada kamu barang Yang tidak pernah
diberikan kepada seseorang pun dari umat-umat (yang ada pada masa itu)".
(Surah al Maidah, 5 : 20)
Seisi alam di masa itu.
(أَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ ) Tepatilah janji-Ku yang telah Aku tugaskan kepadamu
ialah jika datang Nabi Muhammad saw. yang Aku janjikan kepadamu supaya percaya
kepada-nya dan mengikutinya, yaitu Aku akan meringankan dari padamu segala
yang berat dan belenggu yang mengikat kamu karena dosa yang kamu lakukan.
Al-Hasan al-Bashri berkata, "Janji
Allah itu ialah yang tersebut dalam ayat 12 surat al-Maidah."
(وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا ۖ وَقَالَ
اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ ۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ
الزَّكَاةَ وَآمَنتُم بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ
قَرْضًا حَسَنًا لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ
سَوَاءَ السَّبِيلِ)
dan Demi
sesungguhnya! Allah telah mengambil perjanjian setia Bani Israil (supaya mereka
menjunjung perintahNya dan menjauhi laranganNya), dan Kami telah utuskan dari
kalangan mereka dua belas ketua (untuk memimpin golongan masing-masing); dan
Allah berfirman (kepada mereka): "Bahawa Aku adalah beserta kamu
(memerhati segala-galanya). Demi Sesungguhnya jika kamu dirikan sembahyang,
serta kamu tunaikan zakat, dan kamu beriman Dengan Segala Rasul (utusanku)
serta menolong bantu mereka (dalam menegakkan ugama Allah), dan kamu pinjamkan
Allah (dengan sedekah dan berbuat baik pada jalanNya) secara pinjaman Yang baik
(bukan kerana riak dan mencari keuntungan dunia), sudah tentu Aku akan ampunkan
dosa-dosa kamu, dan Aku akan masukkan kamu ke Dalam syurga Yang mengalir di
bawahnya beberapa sungai. oleh itu, sesiapa Yang kufur ingkar di antara kamu
sesudah Yang demikian, maka Sesungguhnya sesatlah ia dari jalan Yang betul"
(Surah al Maidah, 5 : 12)
Ada juga pendapat yang mengatakan
bahwa janji Allah itu ialah yang disebut oleh Allah dalam kitab Taurat bahwa
Allah akan mengutus Nabi dari turunan Ismail a.s. Nabi yang besar yang akan
diikuti oleh semua bangsa, yaitu Nabi Muhammad saw. Maka
siapa yang mengikutinya Allah akan memasukkannya ke surga dan mengampunkan
scmua dosanya, dan memberinya pahala lipat dua kali.
Abu Aliyah berkata, أَوْفُوا بِعَهْدِي = Tepatilah janji-Ku!" Yaitu pesan Allah kepada
hamba-Nya supaya mengikuti agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Ibnu Abbas berkata, أُوفِ بِعَهْدِكُمْ = Aku rela kepadamu dan akan memasukkan kalian ke
dalam surga".
فَارْهَبُونِ
"Hendaklah kalian takut kepada-Ku.
Jangan sampai Aku menurunkan atasmu apa
yang pernah Aku turunkan pada umat yang sebelummu dari nenek moyangmu dart
berbagai siksa pembalasan".
Pada mulanya Allah mengajak mereka kembali
dengan penggemar, kemudian dengan ancaman supaya mereka segera kembali
mengikuti yang hak dan Rasulullah saw. dan melaksa-nakan ajaran al-Quran.
وَآمِنُوا
بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ
Percayalah pada apa
yang Aku turunkan yaitu al-Quran kepada Muhammad saw. Nabi yang ummi dari bangsa Arab untuk
menyampaikan kabar gembira dan mengancam dan sebagai pelita yang menerangi,
mengandung hak yang sesuai dengan isi Taurat dan Injil.
Abul Aliyah menafsirkan ayat; وَآمِنُوا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا
مَعَكُمْ
Hai para ahlil kitab percayalah kalian pada apa
yang Aku turunkan sesuai dengan apa' yang ada padamu. Sebab
mereka mengetahui nama Muhammad da-lam kitab Taurat dan Injil.
(وَلَا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ) Ibnu Abbas berkata,
"Kamu jangan sampai menjadi orang yang pertama kali kafir, sebab kamu
mempunyai ilmu mengenai Nabi Muhammad saw. yang tidak ada pada selain
kamu".
Abu Aliyah berkata, "Kamu
jangan menjadi orang pertama yang kafir dari golonganmu ahlil kitab padahal
kamu telah mendengar berita akan diutusnya Nabi Muhammad saw. itu".
Awwala kaafirin bihi; "Yang
pertama-tama kafir terhadap al-Quran ialah dari golongan Bani Israil dart
golongan ahlil ki-lab."
(وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا) "Jangan kamu tukarkan
imanmu terhadap ayat-ayat-Ku dan percaya kepada utusan-Ku dengan harta dan
syahwat yang akan musnah dan sangat sedikit".
Al-Hasan al-Bashri berkata, "Harga
yang sedikit ialah dunia seisinya, atau dunia dengan segala kesenangan
syahwatnya."
Ada juga yang mengartikan, "Jangan
kalian menukarkan penjelasan keterangan yang sebenarnya dengan menyembunyikan
dan untuk mempertahankan kedudukan dan pimpinan dunia yang sementara dan
sedikit.
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
Siapa yang belajar ilmu yang
biasa dicari untuk mencapai rida Allah, tetapi ia tidak mempelajahnya kecuali
untuk mencapai kepentingan dunia (kekayaan dunia), maka tidak akan mendapat bau
surga di hari kiamat. (HR. Abu Dawud).
Adapun mengajar agama dengan
mendapat upah, jika ia sudah mendapat bayaran (upah) yang tertentu dari baitul
mal untuk mencukupi kebutuhan keluarganya maka tidak boleh menerima upah lagi,
tetapi jika tidak ada penghasilan atau ketentuant maka boleh
menerima upah, demikian pendapat Syafii, Malik, Ahmad dan jumhurul ulama
berdasarkan hadis Bukhari dari Abu Said al-Kudhri mengenai orang yang digigit
binatang berbisa, sehingga Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu terima
upahnya ialah mengajar kitab Allah.
Juga ketika Nabi saw. mengawinkan
seorang; Zawwajtuka-ha bimaa ma'aka minal Qur'an - Aku kawinkan anda
dengan apa yang anda ketahui dari ayat al-Quran. Yakni
jika dapat di-jadikan mahar (seri kawin, maka itu halal).
ا
وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ "Kepada-Kulah
kalian harus takut dan bertakwa".
Thalq bin Habib berkata, Takwa ialah
mengerjakan taat kepada Allah, karena mengharap rahmat dari Allah dengan
tuntunan (ajaran) Allah. Dan meninggalkan larangan Allah karena ajaran
tuntunan Allah karena takut dari siksa Allah".
Wa iyyaaya fattaquuni = Peringatan ancaman terhadap yang sengaja akan menyembunyikan ajaran Allah
atau menya-lahi ajaran Rasulullah saw.
(وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) 42
(وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) 43
Dan janganlah kalian menyelubungi yang hak
dengan yang batil, dan menyembunyikan yang hak padahal kamu mengetahui. (42).
Dan tetap tegakkan shalat dan keluarkan zakat dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk. (Bersalatlah berjamaah). (43).
Dalam ayat ini Allah melarang
orang Yahudi dari kebiasaan mereka menyelubungi yang hak dengan yang batil dan
mencampuradukkan yang hak dengan yang batil serta menyembunyikan yang hak dan
menonjolkan yang batil.
Ibnu Abbas berkata, "Jangan kalian
menyelubungi hak dengan batil jangan mencampuradukkan antara hak dengan batil,
antara yang benar dengan yang dusta palsu."
Qatadah berkata, "Kalian
jangan mencampuradukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam, sedang kalian
mengetahui bahwa agama Allah ialah Islam, sedang Yahudi dan Kristen itu buatan
manusia bukan dari agama Allah."
Ibnu Abbas mengartikan "Wa
taktumul haqqa wa antum ta'lamuun" = Jangan kamu sembunyikan apa yang
telah kamu ketahui terhadap utusanKu Muhammad dan apa yang diajarkannya sedang
kamu telah mendapatkan keterangan dari kitab Allah yang ada di tanganmu."
Qatadah dan ar-Rabi' bin Anas berkata, (وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ) = Dan kamu sembunyikan kebenaran Nabi Muhammad
saw."
(وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) Sedang kalian mengetahui hak itu.
Sedang kamu mengetahui bahaya
menyesatkan orang dari hak dan petunjuk yang akan menyebabkan masuk dalam
neraka, jika orang mengikuti penyesatanmu dalam cara menyelubungi yang batil
dengan hak, dan menyembunyikan yang hak dan menerangkan yang batil.
(وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) Allah menyuruh mereka
supaya sembahyang bersama Nabi Muhammad saw. serta salat jamaah bersama kaum
muslimin (umat Muhammad saw.) supaya bersama tergolong dari mereka.
(وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) Sebagai
dalil wajib salat jamaah.
Jadilah kalian bersama orang mukminin
dalam berbagai cara ibadat mereka dan amal kebaikan mereka.
(أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ)
Apakah kalian menyuruh orang-orang berbuat
baik, pada-hal kalian lupa (melupakan) diri sendiri, sedang kalian membaca
kitab Allah, apakah kamu tidak berakal (tidak berpikir). (44).
Dalam ayat ini Allah memperingatkan ahlil
kitab, "Bagai-manakah kalian menganjurkan orang lain supaya berbuat segala
kebaikan, sedang kamu melalaikan diri sendiri, tidak mengerjakan kebaikan itu,
sedang kamu tetap membaca kitab Allah dan mengetahui bahayanya orang yang
mengabaikan perintah Allah, apakah kalian tidak mengerti, tidak menyadari apa
yang kamu perbuat terhadap dirimu, untuk segera sadar dari tidurmu dan melihat
dari kebutaanmu.
Qatadah berkata, "Dahulu Bani Israil
suka menganjurkan orang berbuat taat, takwa tetapi mereka sendiri menyalahinya,
maka Allah menempelak perbuat an mereka itu."
Ibnu Abbas mengartikan (وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ) Sedang kamu membiarkan dirimu tidak beramal padahal
kalian melarang orang kafir ingkar terhadap kenabian dan janji Allah dalam
Taurat, sedang kamu sendiri kafir, ingkar terhadap pesan janjiKu kepadamu
supaya mempercayai UtusanKu Muhammad saw. dan ingkar terhadap yang telah kamu
ketahui dalam kitabKu".
Ibnu Abbas juga berkata,
"Apakah kamu menyuruh orang mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw. tetapi kamu melupakan dirimu sendiri."
Abu Darda' r.a. berkata,
"Seorang tidak mengerti agama Allah sehingga membenci orang karena Allah
(yakni jika melihat orang melanggar agama Allah), kemudian mengoreksi dirinya
jika masih melanggar agama Allah maka ia harus lebih membenci pada dirinya
sendiri.
Abdurrahman bin Zaid berkata,
"Dahulu orang Yahudi jika ditanyai tentang sesuatu yang tidak ada
kepentingan bagi mereka dan tanpa suap maka dijawab dengan hak benar, maka
Allah mencela perbuatan mereka yang dapat menyuruh orang lain berbuat benar,
tetapi lupa diri sendiri. Dan teguran ini bukan karena
menyuruh berbuat baik tetapi karena melupakan dirinya sendiri. Sebab Amar
Makruf itu wajib terhadap orang lain, tetapi si alim berkewajiban mengerjakan
makruf itu bersama orang yang diajarinya sebagaimana penjelasan Nabi Syuatb
a.s. dalam surat Hud ayat 88.
(قَالَ
يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَرَزَقَنِي
مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا
أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ
ۚ
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ) 11:88
Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! Bagaimana fikiran kamu, jika Aku
berdasarkan Bukti Yang nyata dari Tuhanku, dan ia pula mengurniakan daku
pangkat Nabi sebagai pemberian daripadanya, (Patutkah Aku berdiam diri dari
melarang kamu) sedang Aku tidak bertujuan hendak melakukan sesuatu Yang Aku
melarang kamu daripada melakukannya? Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki
sedaya upayaku; dan tiadalah Aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya
melainkan Dengan pertolongan Allah. kepada Allah jualah Aku berserah diri dan
kepadaNyalah Aku kembali. (Surah Hud, 11: 88)
Maka Amar Makruf dan melakukan
kebaikan itu sama-sama wajib, yang satu tidak dapat menggugurkan yang lain,
yakni jika ia telah melakukan amar makruf tetap wajib mengerjakan makruf itu,
atau jika ia telah berbuat kebaikan tetap ia wajib amar makruf sekuat tenaganya
karena itu Nabi Muhammad saw. bersabda, "Ballighu anni walau
aayah" —
Sampaikan apa yang kalian dapatkan dari padaku meskipun bam satu ayat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa
seseorang yang telah berbuat dosa tidak boleh melarang orang lain dari dosa
itu. Tetapi pendapat ini sangat daif. Sedang pendapat yang sahih ialah bahwa
seorang alim harus amar makruf meski pun tidak mengerjakannya dan harus
melarang dari mungkar meskipun ia masih berbuat mungkar.
Said bin Jubair berkata,
"Andaikan seseorang tidak boleh amar makruf dan nahi mungkar kecuali jika
ia telah mengerjakan makruf itu dan menjauhi yang mungkar itu, niscaya tiadalah
seorang pun yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar."
Malik berkata, "Dan siapakah orang
yang tidak berdosa samasekali?" Jundub bin Abdillah mengatakan bahwa
Rasulultah saw. bersabda:
Contoh (perumpamaan) orang alim yang
mcngajar kebaikan kepada manusia, tetapi ia sendiri tidak berbuat kebaikan
itu, bagaikan lampu lilin yang menerangi pada lain orang tetapi membakar dirinya
sendiri.
Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Ketika aku israk berjalan melewati suatu kaum yang digunting
bibir mereka dengan gunting dari api neraka. Dan ketika aku bertanya, Siapakah
mereka itu? Jibril menjawab bahwa mereka ahli khutbah dari umatmu yang biasa
menganjurkan orang berbuat baik tetapi lupa dirinya sendiri padahal mereka
membaca kitab Allah, apakah mereka tidak berpikir. Ada riwayat yang menyebut
digunting bibir dan lidah mereka".
Usamah bin Zatd r.a. berkata, Saya telah
mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Kelak di hari kiamat akan
dihadapkan seorang dan segera dilempar ke api neraka, maka keluar ususnya, maka
ia terputar di dalam neraka sebagaimana bcrputamya himar di penggilingannya,
maka dikerumuni oleh orang-orang neraka dan bertanya, "Ya Fulan
mcngapakah anda? Tidakkah anda selalu menganjurkan
kami supaya berbuat baik dan mencegah kami dari mungkar?" Jawabnya,
"Dahulu aku menganjurkan kamu supaya berbuat baik sedang aku tidak
mengerjakannya, dan melarang kalian dari mungkar, tetapi aku
melakukannya".(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim).
Juga Nabi saw. bersabda, "Inna
Allaha yu'afil ummiyyina maa laa yu'afil ulamaa' = Allah akan memaafkan
orang-orang ummiyyin (yang bodoh) apa yang tidak memaafkan para ulama. Sebab tidak dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang
bodoh."
Bahkan ada keterangan bahwa Allah akan
mengampunkan tujuh puluh dari yang bodoh sebelum memaafkan satu dari si alim.
Firman Allah, ( ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ
لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ) (az-Zumar, 39: 9).
Katakanlah, apakah
dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya yang sadar
hanyalah mereka yang sehat pikirannya. (az-Zumar 9).
Al-walid bin Uqbah mengatakan bahwa Nabi
saw. bersabda, "Sesungguhnya ada beberapa orang ahli surga yang melihat
orang-orang ahli neraka ? Padahal demi Allah kami tidak masuk surga kecuali
dengan apa yang kalian ajarkan kepada kami?" Jawab mereka. Kami dahulu
berkata dan tidak mengerjakan", (HR. Ibnu Asakir).
Seseorang datang kepada Ibnu Abbas r.a.
dan berkata, "Hai Ibnu Abbas saya ingin melakukan dakwah amar makruf dan
nahi mungkar". Ibnu Abbas bertanya kepadanya, "Apakah anda telah
mencapai derajat itu?" Jawabnya, "Semoga begitu." Ibnu Abbas
berkata, "Jika anda tidak khawatir kecewa dengan tiga ayat dalam al-Quran
maka laksanakan!" Dia bertanya, "Apakah itu?" 1- Jawab Ibnu
Abbas, (أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ ) Apakah kamu menyuruh orang
berbuat baik, padahal kamu melalaikan diri sendiri". (al-Baqa-rah 44) 2- .( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا
تَفْعَلُونَ) (كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا
لَا تَفْعَلُونَ) Mengapakah
kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. (ash-Shaf, 61: 2 - 3).
Ditanya apakah anda telah melaksanakan ini, Jawabnya, belum. 3. Penjelasan Nabi
Syuaib, ( وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا
أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ
ۚ
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ) Dan aku
tidak akan menyalahi kamu sehingga mengerjakan apa yang aku melarang kamu dari
padanya, Aku hanya ingin memperbaiki sekuat tenagaku. (Hud 88). "
Apakah anda telah melaksanakan ini?"
Jawab orang itu, "Belum." Ibnu Abbas berkata padanya, "
Dahulukan memperbaiki dirimu! "
Ibrahim an-Nakha'i juga berkata,
"Saya menghindari ceramah itu juga takut dari tiga ayat itu; 1. ayat 44
surat al-Baqa-rah, 2. Surat ash-Shaf ayat 2 - 3 dan 3. Surat Hud ayat 88.
(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ
وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ)
dan
mintalah pertolongan (kepada Allah) Dengan jalan sabar dan mengerjakan
sembahyang; dan Sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada
orang-orang Yang khusyuk; (Surah al Baqarah, 2: 45)
(الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ
وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ)
(Iaitu)
mereka Yang percaya Dengan yakin Bahawa mereka akan menemui Tuhan mereka, dan
Bahawa mereka akan kembali kepadaNya. (Surah al Baqarah, 2 : 46)
Dalam ayat ini Allah menyuruh hambaNya
untuk mencapai keinginan mereka dunia dan akhirat supaya bersandar dan
mempergunakan sabar dan salat. Sabar berarti tetap berusaha dan tidak jemu,
tidak malas, tidak berhenti. Sabar juga berarti puasa, kuat menahan diri.
Muqatil bin Hayyan berkata, "Untuk
mencapai bahagia di akhirat harus sabar mengerjakan kewajiban dan salat."
Nabi saw. bersabda, "Asshaumu nish
fus shabri = Puasa itu separuh dari sabar (kesabaran)".
Sabar berarti menahan diri dari maksiat,
karena itu Allah menggandeng dengan salat yang merupakan ibadat yang utama.
Umar bin al-Khathab r.a. berkata,
"Sabar ada dua, sabar menghadapi bala itu baik, tctapi lcbih baik lagi
sabar menahan diri dari dosa maksiat."
Said bin Jubair berkata,
"Sabar itu ialah pengakuan seorang hamba bahwa penderitaannya itu dari
Allah, lalu sabar karena mengharap pahala dari Allah, dan ada kalanya seorang
mengeluh sambil menyabarkan diri, itu pun masih dinamakan sabar."
Abul Aliyah berkata,
"Ista'iinu bis shabiri wasshalaati = Pergunakanlah untuk mencapai rida
Allah dengan sabar dalam taat, dan salat itu sebesar-besar alat untuk dapat
tabah dalam menjalankan perintah, sebagaimana firman Allah dalam surat
al-Ankabut ayat 45:
(اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
bacalah
serta Ikutlah (Wahai Muhammad) akan apa Yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran,
dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); Sesungguhnya sembahyang itu mencegah
dari perbuatan Yang keji dan mungkar; dan Sesungguhnya mengingati Allah adalah
lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa
Yang kamu kerjakan. (Surah al Ankabur, 29 : 45)
Hudzaifah bin al-Yaman r.a. berkata,
"Kebiasaan Nabi saw. jika menghadapi kesukaran (keruwetan) segera
salat". (HR. Ahmad, Abu Dawud).
Hudzaifah r.a. juga berkata, "Ketika
saya kembali kepada Nabi saw. pada malam perang Ahzab (Khandaq) sedang Nabi
saw. berkemul sambil salat. Dan biasa Nabi saw. jika menghadapi kesukaran
bersalat".
Ali r.a. berkata, "Pada malam yang
esoknya perang Badr, tiada seorang di antara kami, melainkan ia tidur, kecuali
Nabi saw. yang salat dan berdoa hingga pagi".
Ibnu Jarir berkata, "Ketika Nabi saw.
berjalan melihat Abu Hurairah sedang tengkurap sambil menekankan perut ke
tanah. Nabi saw. bertanya, "Apakah anda sakit perut?" Jawab-nya, Ya.
Nabi saw. bersabda, "Bangunlah untuk salat, karena salat itu adalah
penyembuh!"
Ibnu Abbas ketika ia dalam
bepergian diberitahu bahwa saudaranya yang bernama Qutsam meninggal dunia, maka
ia berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un, kemudian ia
menghentikan kendaraannya, turun, kemudian menepi untuk salat dua rakat dan
lama duduk, kemudian berdiri, berjalan sambil membaca, "Was ta'iinu
bisshabri was shalati wa innaha lakabiiratun ilia alal kha syi'iin".
Ibnu Juraij berkata, "Sabar dan salat
itu keduanya penuntun untuk mencapai rahmat Allah."
Wa innaha lakabiiratun = Sungguh berat dan sukar kecuali pada orang yang khusyuk sungguh percaya
pada apa-apa yang diajarkan oleh Allah.
Abul Aliyah berkata, "Alkhaasyi’iin (yang
takut),
Muqatil berkata, "Alkhaasyi'iin"
- Yang tawadhu' merendahkan diri).
Adh-Dhahak berkata, "Wa
innaha lakabiiratun ilia alal khaasyi'iin" = Sembahyang itu sangat
berat kecuali terhadap orang yang khusyuk dalam taatnya, takut dari
pembalasanNya, percaya pada janjiNya dan ancamanNya".
Ibnu Jarir berkata, "Hai
ulama ahlil kitab pergunakanlah usaha menahan nafsu dengan melakukan taat
kepada Allah dan menegakkan salat yang dapat menahan kalian dari perbuatan
curang, keji dan mungkar, salat itu juga dapat mendekatkan kalian kepada Allah,
dan mendirikan salat itu tidak dapat dikerjakan kecuali oleh orang yang
khusyuk, tekun, tunduk dan takut kepada Allah."
(الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ
وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) Mereka yang merasa
dan mengetahui bahwa mereka akan dihadapkan kepada Tuhan di hari kiamat, kembali
sepenuhnya kepada kehendak peraturan dan ketentuan Allah, memutuskan segala
hukum dengan keadilannya
Yadhunnuuna berarti yakin,
percaya, benar, tiada ragu, karena mereka percaya pada akhirat maka ringan bagi
mereka melakukan taat dan meninggalkan segala yang mungkar, keja-hatan.
(وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا
أَنَّهُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا) (al-Kahfi 53). = Ketika orang-orang
yang durhaka melihat api neraka, mereka yakin akan masuk ke dalamnya. (al-Kahfi
53).
Di sini Dhannu berarti yakin. Mujahid
mengatakan bahwa tiap kalimat Dhann dalam ayat maka artinya yakin dan
tiap kata dhann dalam ayat al-Quran maka berarti pengetahuan,
mengetahui.
Dalam hadis yang sahih, Sesungguhnya Allah
akan bertanya kepada hambaNya pada hari kiamat; Tidakkah Aku telah mengawinkan
anda. Tidakkah Aku telah memuliakan anda? Tidakkah Aku telah menundukkan
kepadamu kuda, unta, kendaraan dan membiarkan anda mcngetuai, mcmimpin,
berkuasa? Jawab hambaNya, Ya, benar. Lalu ditanya, Apakah anda merasa percaya
akan bertemu kcpadaKu? Jawabnya, Tidak. Maka Allah berfirman kepadanya, Kini
Aku melupakan anda sebagaimana anda melupakan Aku dahulu itu.
(يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ
الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ)
Hai Bani Israil, ingatlah nikmat
yang telah Aku karuniakan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kalian dari
mamtsia seisi alam. (47).
Dalam ayat ini Allah mcngingatkan
Bani Israil alas nikmat yang telah diberikan Allah kepada ayah-ayah, nenek-nenek
mereka yang berupa kelebihan seperti mengutus Nabi-nabi dan menurunkan kitab
atas mereka sehingga, mereka menjadi umat yang termulia di atas bumi.
Allah melebihkan mereka dari pad
a umat-umat di masanya, sebab pada tiap masa ada umat yang mendapat kelebihan
dari Allah, sedang umat Muhammad saw. tetap lebih afdhal dari mereka
sebagaimana firman Allah:
Kuntum khaira ummatin ukh rijat linnaasi =
Kamulah se-baik-baik umat yang dikeluarkan untuk
manusia".
Juga sabda dari Nabi saw., "Antum
tufuna sab'ina ummat-an, antum khairuha wa akramuha ala Allah = Kalian
menggenapi tujuh puluh umat dan kamulah yang terbaik dan termulia di sisi Allah".
(وَاتَّقُوا
يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا
شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ)
dan peliharalah diri kamu dari
(azab sengsara) hari (akhirat), Yang padanya seseorang tidak dapat melepaskan
orang lain (yang berdosa) sedikitpun (dari balasan azab), dan tidak diterima
syafaat daripadanya, dan tidak pula diambil daripadanya sebarang tebusan; dan
mereka (yang bersalah itu) tidak akan diberi sebarang pertolongan. (Surah al
Baqarah,2: 48)
Sesudah diingatkan dengan
nikmat-nikmat karunia-Nya lalu diancam dengan adanya perhitungan atas segala
amal perbuatan d! hari kiamat pada hari di mana tiap jiwa bertanggung jawab
sendiri-sendiri atas perbuatannya sendiri, sebagaimana firman Allah, "Li
kullim ri in min hum yau ma idzin sya'nun yugh nihi — Setiap orang
mempunyai kesibukan/kepentingan sendiri-sendiri pada hari itu, urusan yang
harus diselesaikan sendiri. Da-lam surat Luqman ayat 33 disebutkan:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ
وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ
عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ ) Hai semua manusia hendaklah kalian waspada akan tibanya suatu hari di mana
seorang ayah tidak dapat membela anaknya dan anak tidak dapat membantu ayah-nya
meskj sedikit pun. (Luqman,31: 33).
Dalam surat asy-Syu'araa, 26 : 100 - 101:
(فَمَا لَنَا مِن شَافِعِينَ) 100, (وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ) 101 Maka
tiadalah bagi kami seorang pun yang dapat menolong (membantu) atau kawan akrab
yang sangat sayang".
Dalam surat Ali Imran 91 disebutkan:
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ
كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ
افْتَدَىٰ بِهِ)
(91). — Sesungguhnya mereka yang
kafir hingga mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima dari mereka,
meskipun akan rnenebus diri dengan emas sepenuh bumi ini. (Ali Imran,3 : 91).
Dalam surat al-Maidah ayat 36 disebutkan:
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا
فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
Sesungguhnya mereka yang kafir,
andaikan mereka memiliki kekayaan sepenuh bumi ini scmuanya, dan lipat dua kali
dart itu untuk digunakan menehus diri dari siksa di hari kiamat, tidak akan
diterima dari mereka, dan tetap bagi mereka siksa yang sangat pedih". (al-Maidah,
5: 36).
Dalam surat al-Hadid, ayat 15 discbutkan:
(فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا
مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ مَأْوَاكُمُ النَّارُ ۖ هِيَ مَوْلَاكُمْ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ) Pada hari
tidak akan diterima dari kamu (orang munafik) juga tidak akan diterima dari
orang-orang kafir, suatu tebusan, tcmpatmu tctap dalam api neraka. (al-Hadid,
57: 15).
Adlun dapat berarti: ganti, tebusan,
dcnda.
Allah memheritahu, "Jika
mereka tidak percaya sepenuhnya kepada Rasulullah saw. dan mengikutmya menurut
apa yang diwahyukan Allah kcpadanya, kernudtan mereka akan bcrhadapan dengan
Allah di hari kiamat, maka tidak akan diterima tebusan meskipun emas sepenuh
bumi".
( وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ) Dan tiada yang mcmbcla mereka".
Famaa lahu min quwwatin walaa naa shir = Tiada bagi-nya kekuatan dan
tiada pcmbcla".
Ibnu Jarir bcrkata, "Wa laa
hum yun sharuun - Pada saal itu tiada yang dapat membela mereka. liada yang membantu
mereka, bahkan tidak diterima amal dan tebusan, sobab pada saat itu telah
hilang segala suap dan pembelaan dan tiada tolong mcnolong, scdang hukum
scmuanya hanya di tangan Allah yang adil dan memaksa perkasa, tidak ada di
samping Allah pembelaan atau syafaat, Allah akan mcmbalas sctiap orang sebagaimana
yang tclah dinyulakan di dalam al-Quran:
(وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ
نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ) 49.
dan (kenangkanlah) ketika Kami selamatkan kamu dari Firaun dan
orang-orangnya, Yang sentiasa menyeksa kamu Dengan seksa Yang seburuk-buruknya;
mereka menyembelih anak-anak lelaki kamu dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan kamu; sedang kejadian Yang demikian itu mengandungi bala bencana dan
cubaan Yang besar dari Tuhan kamu. (Surah al Baqarah, 2 : 49)
(وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ
فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ) 50
dan (kenangkanlah) ketika Kami belahkan laut (Merah) untuk kamu lalui
(kerana melarikan diri dari angkara Firaun), maka Kami selamatkan kamu dan Kami
tenggelamkan Firaun bersama-sama tenteranya, sedang kamu semua menyaksikannya.
(Surah al Baqarah, 2 : 50)
Dalam ayat ini Allah mcngingatkan
Bani Israil supaya mcngingat nikmat Allah kepada mereka ketika Allah menyelamatkan
mereka dari jajahan aniaya dan siksaan Fir'aun.
Pada mulanya (kcsimpulannya)
Fir'aun bermimpi, suatu kejadian yang sangat menggetarkannya, yaitu ia bermimpi
melihat api yang kcluar dari Baitul Maqdis dan masuk kc setiap rumah orang Qibthi
kecuati rumah-rumah orang Bani Israil yang selamat tidak dimasuki api
itu,"yang menurut ahli tafsir mimpi hahwa kekuasaan kerajaan akan jatuh di
tangan Bani Israil yang rumahnya selamat tidak dimasuki api itu, yang menurut
ahli tat'sir mimpi bahwa kekuasaan kerajaan akan jatuh di tangan seorang Bani
Israil. Dan mimpi itu terjadi setelah mendapat berita bahwa orang-orang Bani
Israil menanti-nantikan lahirnya seseorang di tcngah-tcngah mereka yang dapat
mencapai kemuliaan dan kerajaan. Demikian yang tersebut dalam haditsul futun.
Karena itulah Fir'aun
memerintahkan supaya setiap anak laki-laki dari Bani Israil harus dibunuh
sedang wanita dibiarkan juga menyuruh supaya mempergunakan Bani Israil dalam
tiap pekerjuan yang berat-berat dan rendah.
(يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ ) Menyiksa kalian siksa yang berturut-turut tak kunjung
berhenti dengan siksa yang berat-berat.
Fir'aun, gelar dari setiap raja
yang berkuasa di Mesir yang kafir dari turunan Amaliq, sebagaimana Kaisar,
gelar raja Rum dan Syamr, dan Kisra gelar raja Persia dan Tubba' gelar raja Yaman,
dan Najasyi gelar raja Habasyah (Ethiopia), dan Peto-limus gelar raja India.
Fir'aun di masa Musa ialah al-Walid bin
Mush'ab bin Ar-rayan dari turunan Sam bin Nun, panggilannya Abu Murrah asal
dari Parsi.
Ibnu Jarir mcngartikan
"Balaa'un min rabbikum adhiem", sebagai nikmat bcsar dari Tuhanmu. Demikian pula pendapat Mujahid, Abul Aliyah dan Abu Malik dan as-Sudhi,
scbab asal arti Bala' adatah ujian, maka adakalanya khair dan ada
kalanya syar ada kalanya sehat atau sakit, kaya atau miskin sebagaimana firman
Allah:
( وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ) Dan aku menguji kamu dengan jahat dan baik
sebagai ujian. (al-Anbiya, 21: 35). Dan ayat, (وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Kami menguji mereka
dengan hasanat dan sayyi'at semoga mcreka kcmbali taat. (al-A'raf, 7: 168).
(وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ) Sedang kamu melihat supaya lebih memuaskan hatimu
dan jelas penghinaan terhadap musuhmu.
Ibnu Abbas r.a. mcngatakan bahwa
ketika Rasulullah saNv. telah hijrah ke Madinah, melihat orang-orang Yahudi
sedang puasa pada hari Asyura, maka Nabi saw. bertanya kepada mereka,
"Hari apakah yang kamu puasakan ini?" Jawab
mereka, 'Ini hari baik, Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka.
Maka Musa a.s. lalu berpuasa . Rasulullah saw. bcrsabda, "Aku lebih layak
inengikuti jejak Musa dari kamu, lalu Nabi saw. berpuasa dan menganjurkan
sahabat supaya berpuasa". (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah).
Amr bin Maimun mcngatakan bahwa
ketika Nabi Musa a.s. keluar membawa Bani Israil dan sampai berita itu pada
Fir'aun, segera ia memerintahkan, "Jangan kalian kejar mereka sehingga
berkokok ayam di waktu pagi." Tiba-tiba malam itu tidak ada ayam bcrkokok,
sehingga mereka bangun pagi hari, maka Fir'aun minta disembelihkan kambing dan
berkata, "Jangan aku selesai makan hati kambing melainkan sudah berkumpul
600,000 tentara Qibthi". Kemudian berkumpul, langsung mereka
bersiap untuk mengejar Musa dengan Bani Israil dan akan memusnahkan mereka
semuanya.
Adapun Nabi Musa a.s., ketika membawa
kaumnya dan sampai di tepi laut maka Yusya’ bin Nun bertanya kepada Musa,
"Ke mana anda diperintah oleh Tuhanmu?" Jawab Musa, "Terus ke
depan!" Sambil menunjuk ke laut, maka Yusya' tanpa ragu ia masuk dengan
kudanya ke laut sehingga hampir tenggelam, lalu ia kembali dan bertanya,
"Ke mana Tuhan menyuruhmu?" Jawab Musa, "Demi Allah, aku tidak
dusta dan tidak akan dusta!" Diulang ucapan itu tiga kali, kemudian Allah
mewahyukan kepada Musa, "Pukulkan tongkatmu ke laut, lalu dipukul dan
terbelah air laut sehingga di tengahnya kering sedang air di kanan kirinya
bagaikan gunung yang tinggi, lalu berjalanlah Musa dengan kaumnya yang diikuti
oleh Fir'aun dengan tentaranya sehingga ketika mereka telah masuk semuanya ke
dalam laut, kembalilah air laut yang terbelah tadi menelan mereka sehingga
mereka tenggelam semuanya, dan kejadian itu bertepatan dengan hari Asyura.
No comments:
Post a Comment