Thursday, August 1, 2013

Surah al Baqarah ayat 26-50


Kepada Allah kami mengharap semoga menghimpun kami dalam golongan ahli surga. Dia-Iah Allah yang Maha Pemurah, Pcnyayang, dan Maha Pemberi.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Sesungguhnya Allah tidak malu membuat Perbandingan apa sahaja, (seperti) nyamuk hingga ke suatu Yang lebih daripadanya (kerana perbuatan itu ada hikmatnya), Iaitu kalau orang-orang Yang beriman maka mereka akan mengetahui Bahawa Perbandingan itu benar dari Tuhan mereka; dan kalau orang-orang kafir pula maka mereka akan berkata: "Apakah maksud Allah membuat Perbandingan Dengan ini?" (Jawabnya): Tuhan akan menjadikan banyak orang sesat Dengan sebab Perbandingan itu, dan akan menjadikan banyak orang mendapat petunjuk Dengan sebabnya; dan Tuhan tidak akan menjadikan sesat Dengan sebab Perbandingan itu melainkan orang-orang Yang fasik; (Surah al Baqarah:26)

(Iaitu) orang-orang Yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah sesudah diperteguhkannya, dan memutuskan perkara Yang disuruh Allah supaya diperhubungkan, dan mereka pula membuat kerosakan dan bencana di muka bumi. mereka itu ialah orang-orang Yang rugi. (Surah al Baqarah:27)

As-Suddi menyebut dalam tafsirnya:
Dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan sahabat-sahabat berka­ta, "Ketika Allah telah memberi perumpamaan dalam ayat 18, 19, 20 orang-orang munafik berkata, 'Allah Mahabesar, tidak mungkin akan membuat perumpamaan itu, maka Allah menurunkan ayat ke-26 ini.' Qatadah berkata, 'Ketika Allah menye­but contoh perumpamaan lalat dan laba-laba, tiba-tiba kaum musyrikin berkata, Untuk apakah Allah menyebut binatang-binatang serangga yang kecil-kecil itu, maka Allah menurunkan ayat ke-26 ini'. Sesungguhnya takkan segan untuk menyebut apa pun jua daripada hak kebenaran baik kecil ataupun besar."

Ar-Rabi' bin Anas berkata, "Ayat ini untuk mencontohkan dunia, sebab nyamuk itu tetap hidup selama ia lapar tetapi bila telah kekenyangan ia mati, demikianlah bila seseorang telah kekenyangan dunia maka ia akan mati hatinya sehingga sukar un­tuk menerima nasihat dan tuntunan yang menuju akhirat."

فَمَا فَوْقَهَا ۚ Ada dua pendapat yang berarti lebih rendah atau kecil, sebagaimana sabda Nabi saw., "Lau kaanatiddunya ta'dilu indal-lahi janaa ha ba'uu dhatin lamaa saqaa kafiran minha syarbata maa'in. = Andaikan dunia ini berharga senilai dengan sayap nyamuk pasti tidak diberikan pada orang kafir walau hanya seteguk air.

Ada juga pendapat, Dan yang lebih besar, sebagaimana sabda Nabi saw,, "Maa min muslimin yusyaa kti syaukatan fa-maa. fauqaha ilia kutiba lahu biha darajatan wa muhiyat anhu biha khathi'atun". = Tiada seorang muslim yang tercucuk duri atau yang lebih besar dari itu, melainkan dicatat untuknya satu derajat dan terhapus dari padanya satu dosa. (HR. Muslim dari Aisyah r.a.).

Maka Allah tidak segan mengadakan perumpamaan baik sekecil nyamuk atau lebih kecil atau lebih besar.

Firman Allah datam surat al-Hajj 73:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Wahai umat manusia, Inilah diberikan satu misal perbandingan, maka dengarlah mengenainya Dengan bersungguh-sungguh. sebenarnya mereka Yang kamu seru dan sembah, Yang lain dari Allah itu, tidak sekali-kali akan dapat mencipta seekor lalat Walaupun mereka berhimpun beramai-ramai untuk membuatnya; dan jika lalat itu mengambil sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat mengambilnya balik daripadanya. (Kedua-duanya lemah belaka), lemah Yang meminta (dari mendapat hajatnya), dan lemah Yang diminta (daripada menunaikannya). (Surah al Hajj:73)

Dan dalam surat al-Ankabut 41 dikatakan:
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang yang membuat wali (pelindung, pemimpin) selain dari Allah itu bagaikan laba-laba yang membuat rumah (perlindungannya). Sesungguhnya selemah-lemah rumah yaitu rumah laba-laba. Andaikata me-ngetahui.(al-Ankabut 41).

Sebagian ulama berkata, Jika aku membaca suatu maisal (contoh) dalam ayat al-Quran kemudian aku belum dapat melaksanakan aku menangisi diriku, sebab Allah berftrman:
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
(al-Ankabut 43).
Itulah contoh perumpamaan yang Kami adakan untuk ma­nusia, tetapi tidak dapat memahaminya kecuali orang yang alim.
(al-Ankabut 43).

 فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ Mengetahui bahwa semua contoh perumpamaan itu benar dari Tuhan Allah. Adapun orang-orang kafir, maka mereka berkata, "Apakah kehendak Allah dengan perumpama­an itu? Sebagaimana tersebut dalam surat al-Muddatstsir 31

وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
dan (ketahuilah Bahawa hikmat) Kami tidak menjadikan pengawal-pengawal neraka itu melainkan (dari kalangan) malaikat, (kerana merekalah sekuat-kuat dan sebenar-benar makhluk Yang menjalankan perintah kami); dan (hikmat) Kami tidak menerangkan bilangan mereka melainkan Dengan satu bilangan Yang menyebabkan kesesatan dan kesengsaraan orang-orang kafir itu, supaya orang-orang Yang diberi Kitab (Yahudi dan Nasrani) boleh percaya Dengan yakin (akan kebenaran Al-Quran), dan supaya orang-orang Yang beriman bertambah imannya; dan juga supaya orang-orang Yang diberi Kitab dan orang-orang Yang beriman itu tidak ragu-ragu (tentang kebenaran keterangan itu); dan (sebaliknya) supaya orang-orang (munafik) Yang ada penyakit (ragu-ragu) Dalam hatinya dan orang-orang kafir berkata: "Apakah Yang di maksudkan oleh Allah Dengan menyebutkan bilangan ganjil ini?" Demikianlah Allah menyesatkan sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya), dan memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan tiada Yang mengetahui tentera Tuhanmu melainkan Dia lah sahaja. dan (ingatlah, Segala Yang diterangkan berkenaan dengan) neraka itu tidak lain hanyalah menjadi peringatan bagi manusia. (Surah al Muddathir: 31)

 وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ Fasik orang yang melanggar perintah, ialah orang munafik.
Fasaqa berarti terlepas dari kulitnya, atau kulit terlepas da­ri isinya. Karena itu kata Fasik meliputi kafir, munafik dan yang maksiat.
Tikus disebut Fuwaisiqah karena ia keluar dari lubangnya untuk merusak.
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
Lima macam binatang fasik, yang harus dibunuh baik di daerah halal atau haram, yaitu: gagak, elang, kalajengking, tikus dan anjing gila. (HR. Bukhari, Muslim).

Sedang sifat-sifat orang fasik nyata-nyata sifat orang kafir yang berlawanan dengan sifat orang mukminin, sebagaimana yang tersebut dalam surat ar-Ra’d ayal 20 - 21 sifat orang muk­minin, sedang ayat 25 sifat orang fasik, munafik dan kafir.
(الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ) 20
(وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ) 21
orang-orang Yang menyempurnakan perjanjian Allah dan tidak merombak (mencabuli) perjanjian Yang telah diperteguhkan itu; dan orang-orang Yang menghubungkan perkara-perkara Yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, dan Yang menaruh bimbang akan kemurkaan Tuhan mereka, serta takut kepada kesukaran Yang akan dihadapi semasa soaljawab dan hitungan amal (pada hari kiamat); - (Surah ar Ra’d: 20-21)

(وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ)
dan orang-orang Yang sabar kerana mengharapkan keredaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang, serta mendermakan dari apa Yang Kami kurniakan kepada mereka, secara bersembunyi atau secara terbuka; dan mereka pula menolak kejahatan Dengan cara Yang baik; mereka itu semuanya adalah disediakan baginya balasan Yang sebaik-baiknya pada hari akhirat; - (Surah ar Ra’du: 22)

Sedang sebaliknya sifat orang yang bakal terkutuk:
(وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ)
dan (sebaliknya) orang-orang Yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah sesudah diperteguhkannya dan memutuskan perkara-perkara Yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, serta mereka pula membuat kerosakan dan bencana di muka bumi, - mereka itu beroleh laknat, dan mereka pula beroleh balasan hari akhirat Yang seburuk-buruknya. (Surah ar Ra’du: 25)

Menyalahi janji Allah, ialah melanggar perintah dan larangan Allah. Sebagian ulama berpendapat, Ayat ini mengenai orang kafir dan ahlil kitab dan kaum munafikin, karena Allah menyuruh mereka mengikuti wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tiba-tiba mereka menentangnya dan melanggarnya.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa umum untuk semua orang kafir, musyrik dan munafik, karena mereka menyalahi janji tauhid kepada Allah dalam ayat 172 al-A'raaf, (أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ) = Bukankah Aku Tuhanmu? Jawab mereka, Benar. Kemudian setelah melihat dunia yang di sekitarnya lalu berbuat syirik. Juga menyalahi ayat, (وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ) 2:40= Tepatilah perintah-Ku niscaya Aku tepati janji-Ku kepadamu.

Abul Aaliyah mengatakan bahwa enam yang ada pada orang munafik jika mereka merasa kuat dan menang maka tampaklah sifat-sifat itu, yakni: jika berkata dusta, dan jika berjanji menyalahi janji, jika dipercaya (diamanati) tetap berkhianat, dan menyalahi janji (kewajiban) terhadap Allah. Dan memutus­kan hubungan yang diperintah oleh Allah supaya disambung.

Dan merusak di atas bumi (menimbulkan kekacauan di atas bu­mi).
(وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ ) juga berarti memutus hubungan famili kerabat, sebagaimana tersebut dalam ayat 22 surat Muhammad saw.
(فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ) - Apakah ada kemungkinan jika kamu berkuasa di atas bumi lalu kamu berbuat kerusakan dan memutus hubungan famili kerabatmu? (Muhammad 22).

(أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ) Mereka yang rugi, sebab mestinya ia mendapat rahmat karunia Allah sekiranya tetap dalam taat, tetapi ia maksiat rahmat karunia Allah yang bakal ia terima berkurang dan rugi, terutama akan terasa di hari kiamat.

(كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ)
Bagaimana kamu tergamak kufur (mengingkari) Allah padahal kamu dahulunya mati (belum lahir), kemudian ia menghidupkan kamu; setelah itu ia mematikan kamu, kemudian ia menghidupkan kamu pula (pada hari akhirat); akhirnya kamu dikembalikan kepadanya (untuk diberi balasan bagi Segala Yang kamu kerjakan). (Surah al Baqarah: 28)

Padahal kamu mati dalam sulub ayahmu, kemudian menjadikan kamu, kemudian mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali sesudah mati, di mahsyar.
(أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ)
Apakah mereka dijadikan tanpa pencipta, ataukah mereka yang menjadikan diri sehdiri?. (at-Thur 35).

(هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا)
Bukankah telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang ia (masih belum wujud lagi, dan) tidak menjadi sesuatu benda Yang disebut-sebut, (maka mengapa kaum musyrik itu mengingkari hari akhirat)? (Surah Insan: 1)

Kaifa : Pertanyaan "Bagaimana?" menunjukkan bahwa kekafiran itu suatu penyelewengan terhadap jalannya pikiran yang lurus dan sehat. Sebab jika pikiran manusia digunakan untuk memperhatikan dirinya sendiri pasti akan percaya adanya Allah dan sifat-sifat kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya.

(وَاللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ)
Dia-Iah Allah yang menjadikan kamu dari tanah kemudian dari nuthfah (mani). (Fathir 11).

(هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)
Dia-Iah Allah yang menjadikan buat kamu apa yang di bu­mi semuanya, kemudian menjadikan langit dan dijadikan-nya tujuh petala. Dan Dia (Allah) terhadap segala sesuatu maha mengetahui. (29).

Ilmu pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Alaa ya'lamu man khalaqa = Bagaimana tidak akan mengetahui pa-dahal Dia yang menjadikan. (al-Mulk 14).

Dalam surat Fushshilat ayat 9, 10, 11:
(قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَادًا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ) 9
Katakanlah (Wahai Muhammad): "Sesungguhnya tidak patut kamu kufur kepada Tuhan Yang menciptakan bumi Dalam dua masa, dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya! Yang demikian (sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah Tuhan sekalian alam, (Surah Fusilat: 9)

(وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّائِلِينَ) 10
dan ia menjadikan di bumi gunung-ganang Yang menetapnya (tersergam tinggi) di atasnya, serta ia melimpahkan berkat padanya, dan ia menentukan ada padanya bahan-bahan keperluan hidup penduduknya, sekadar Yang menyamai hajat Yang diminta dan dikehendaki oleh keadaan mereka; (semuanya itu berlaku) Dalam empat masa. (Surah Fusilat: 10)

(ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ) 11
kemudian ia menunjukkan kehendakNya ke arah (bahan-bahan) langit sedang langit itu masih berupa asap; lalu ia berfirman kepadanya dan kepada bumi: "Turutlah kamu berdua akan perintahKu, sama ada Dengan sukarela atau Dengan paksa!" keduanya menjawab: "Kami berdua sedia menurut - patuh Dengan sukarela" (Surah Fusilat: 11)

(فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ) 12
lalu ia menjadikannya tujuh langit, Dalam dua masa; dan ia memberitahu kepada tiap-tiap langit akan urusan dan keperluannya masing-masing. dan Kami hiasi langit Yang dekat (pada pandangan mata penduduk bumi) Dengan bintang-bintang Yang bersinar cemerlang serta memelihara langit itu Dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha mengetahui. (Surah Fusilat: 12)

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat ketika menafsirkan ayat 29 ini berkata, "Pada mulanya Allah menjadikan air dan metetakkan arsy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan makhluk mcngeluarkan uap air dan naik di atasnya sehingga dinamakan samaa' (السَّمَاءِ ) kemudian mengeringkan air dan menjadikannya tanah kemudian membelahnya berupa tu­juh petala dalam masa dua hari; Ahad dan Senin. Lalu mcletakkan bumi di atas ikan yang tersebut dalam ayat: Nun walqa-lami. ikan di dalam air dan air di atas belabak yang di atas punggung Malaikat, sedang Malaikat di atas batu dan batu di atas angin, dan batu itulah yang disebut dalam surat Luqman ayat 16.
(يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ)
 (Luqman menasihati Anaknya Dengan berkata): "Wahai anak kesayanganku, Sesungguhnya jika ada sesuatu perkara (yang baik atau Yang buruk) sekalipun seberat bijih sawi, serta ia tersembunyi di Dalam batu besar atau di langit atau pun di bumi, sudah tetap akan dibawa oleh Allah (untuk dihakimi dan dibalasNya); kerana Sesungguhnya Allah Maha Halus pengetahuanNya; lagi amat meliputi akan Segala Yang tersembunyi. (Surah Luqman, 31 : 16)

Kemudian bergeraklah ikan dan goncanglah bumi, maka Allah memasang pasak yang berupa gunung-gunung, sehingga mantaplah bumi.

(وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ)
dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu Dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang Yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami sentiasa bertasbih Dengan memujiMu dan mensucikanMu?". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa Yang kamu tidak mengetahuinya". (Surah al Baqarah, 2 : 30)

Dalam ayat ini Allah mcmberitakan karuniaNya yang besar kepada anak Adam, sebab menyebut keadaan mereka sebelum diciptanya di hadapan para Malaikat.

Khalifah di sini berarti, kaum yang silih bergantian menghuni dan kekuasaannya, pembangunannya. Sebagaimana ayat, al-'Anaam 165:


(وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ)
dan Dia lah Yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan meninggikan setengah kamu atas setengahnya Yang lain beberapa darjat, kerana ia hendak menguji kamu pada apa Yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab seksaNya, dan Sesungguhnya ia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (Surah al An’am, 6 : 165)

Adapun pertanyaan Malaikat, (أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ) karena mereka mengambil kesimpulan dari asal kejadian anak Adam dari tanah liat, kemudian adanya perselisihan yang membutuhkan khalifah untuk memutuskan segala kejadian yang berupa penganiayaan, pelanggaran hak yang satu terhadap hak yang lain, maka timbullah perta­nyaan, "Apakah akan Tuhan jadikan manusia tukang merusak dan menumpahkan darah?"

Dan pertanyaan Malaikat itu bukan merupakan sanggahan, tantangan atau karena hasud, sekali-kali tidak. Tetapi pertanya­an Malaikat hanya ingin mengetahui hikmat Allah dalam semua kejadian itu, sebab jika menjadikan makhluk itu semata-mata untuk beribadat sudah cukup para Malaikat yang tidak berhenti-henti bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama Allah.

Karena itu Allah menjawab (إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ) Aku lebih mengetahui hikmat, maslahat apa yang ti­dak kamu ketahui, sebab Aku juga akan menjadikan para Nabi, Rasul, Siddiqin; Syuhada' dan Salihin yang benar-benar taat mengikuti ajaran Tuhan dan jejak Nabi-nabi a.s.

(إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ) Sungguh Aku lebih menge­tahui hikmat apa yang akan Aku laksanakan dalam menjadikan makhluk, dan kamu tidak mengetahui. Sungguh Aku mengeta­hui bahwa kalian lebih layak tetap di tangit, sedang untuk makhluk yang sebagaimana Aku kehendaki dari makhluk yang akan Aku jadikan itu. Atau, "Sungguh Aku lebiah mengetahui di antara kamu ada makhluk Iblis yang jiwanya tidak sama dengan kamu, meskipun kini berada di antara kamu".

Ibnu Abbasi Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berpendapat. (إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً). Malaikat bertanya, "Ya Tu­han bagaimana khalifah itu?" Dijawab, "Akan berketurunan yang merusak di bumi dan saling hasud menghasud sehingga bunuh membunuh setengah pada setengahnya.

Ibnu Jarir berkata, 'Tafsir ayat ini, Aku akan menjadikan khalifah di bumi menggantikan Aku dalam menjalankan hukum dengan adil di antara makhluk-Ku yakni menghukum dengan tuntunan-Ku, yaitu Adam dan siapa yang mengikuti jejaknya dalam melaksanakan bcnar-benar tuntunan wahyu dari Allah SWT.

Ibnu Abbas juga berkata, "Pertama yang di bumi ialah Jin, lalu mereka merusak dan menumpahkan darah, maka diutus Ib­lis untuk membunuh sebagian mereka dan mengusir sehingga mereka terpaksa tinggal di pulau-pulau dan di hutan-hutan serta di gunung-gunung, kemudian Allah berfirman, "Aku akan men­jadikan seorang khalifah di bumi". Sehingga ada pertanyaan, "Apakah tidak mungkin akan timbul lagi perusuh yang merusak dan bunuh membunuh di antara mereka?"

Abdullah bin Umar berkata, "Dahulu sebelum Adam bera­da di bumi, bumi sudah ditempati Jin kira-kira dua ribu tahun sebelum Adam, dan terjadilah berbagai kerusuhan dan pembunuhan, maka Allah mengutus tentara Malaikat di bawah pim-pinan Iblis sehingga menghalau mereka ke pulau-pulau di laut dan di gunung-gunung, kemudian Allah berfirman, akan menja­dikan khalifah. Malaikat bertanya, "Apakah tidak mungkin ada pengacau dan pembunuhan?" Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui?

( وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ) Mengakui kesucianMu serta memuja, memuji kepadaMu, mengakui kesucianmu ya Allah dari segala sifat yang dikatakan oleh kaum musyrikin, dan hanya memuja memuji. kepadaMu atas semua sifat kesucianMu.

Abu Dzar r.a. herkata, "Rasulullah saw. ditanya, Apakah kalimat yang afdhal (terutama, terbaik)? Jawab Nabi saw., "Apa yang dipilihkan oleh Allah kepada Malaikat-Nya yaitu: Subhanallahi wabihamdihi". (HR. Muslim).

Dan pada malam Isra' Nabi saw. telah mendengar di tangit tasbih yang berbunyi: Subhanal aliyil a'la, subhanahu wata'ala. (HR. Baihaqi). Qatadah dalam tafsir ayat ini إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ. Maka nyata dalam ilmu Allah telah lahir dari khalifah itu orang-orang yang menjadi Nabi, Rasul dan orang shalih yang akan menjadi penghuni surga.

Al-Qurthubi berdalil dengan ayat ini wajib mengangkat khalifah yang dapat memutuskan berbagai perselisihan, pertengkaran yang tcrjadi dan membela orang yang teraniaya dan menegakkan hukum dan melarang segala perbuatan yang keji haram, dan lain-lain urusan yang tidak dilaksanakan, kecuali dengan adanya hakim pimpinan khalifah. Dan sesuatu yang ti­dak dapat terlaksana kewajiban, kecuali dengan itu, maka se­suatu itu juga menjadi wajib adanya.

Dan pimpinan imamah itu diangkat dengan nash atau isyarat, atau dengan pengangkatan oleh khalifah yang pertama tcrhadap yang kedua (sesudahnya) sebagaimana yang dilakukan oleh Abubakar terhadap Umar r.a. atau diserahkan pada beberapa orang yang dianggap layak sebagaimana dilakukan Umar r.a. Atau dengan kesepakatan orang-orang yang ahli yang berhak menentukan untuk membai'at kepada mereka yang ia sepakati, maka wajib pada rakyat, masyarakat menurut dan mengikutinya. Demikian keterangan Imamul haramain sebagai putusan ijmak.

Sedang khalifah (imam) yang diangkat harus lelaki, merdeka, dewasa (baligh), berakal, Muslim, adil, pandai berijtihad, waspada, sehat anggota badannya, berpengalaman dalam perang.

Andaikan imam itu berbuat fasik apakah langsung gugur kedudukannya atau jatuh haknya? Jawabnya, Tidak jatuh karena sabda Nabi saw., "Kecuali jika kalian melihat perbuatan kufur yang terang-terangan, yang nyata bertentangan dengan kitab Allah".

Dan seseorang dapat meletakkan jabatan dan menyerahkannya kepada yang berwenang jika dipandang lebih baik un­tuk maslahat kepentingan kaum muslimin, sebagaimana yang terjadi pada al-Hasan bin Ali r.a. ketika menyerahkan kepada Muawiyah untuk mencegah pertumpahan darah di antara kaum muslimin. Dan ternyata perbuatan sangat terpuji. Adapun mengangkat dua imam atau lebih maka tidak boleh karena sabda Nabi saw., "Man jaa'akum wa amrukum jami'u yuridu an yufarriqa bainakum faq tuluhu kaa'inan man kaana" = Siapakah yang datang ketika urusanmu bersatu, lalu ia ingin berusaha akan memecah bclah di antara kamu maka bunuhlah ia siapa pun juga adanya. Demikian:

(وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) 31
(قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ) 32
dan ia telah mengajarkan Nabi Adam, akan Segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu ia berfirman: "Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan Yang benar". malaikat itu menjawab: "Maha suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa Yang Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana". (Surah al Baqarah, 2 : 31-32)
(قَالَ يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ)
Allah berfirman: "Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka". maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: "Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui Segala rahsia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa Yang kamu nyatakan dan apa Yang kamu sembunyikan?". (Surah al Baqarah,2 : 33)

Di sini Allah menyebut kemuliaan kedudukan Nabi Adam a.s. karena Allah memberinya ilmu nama dari segala benda dan itu terjacli sesudah sujudnya para Malaikat kepada Adam, dan didahului pasal ini sesuai dengan pertanyaan para malaikat tentang hikmat pengangkatan khalifah di bumi yang langsung bahwa Allah mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Juga untuk menerangkan kelebihan Adam dengan ilmunya itu.

(وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ) Ibnu Abbas berkata, "Mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda yang akan dijadikan manusia, binatang dan lain-lainnya dari segala keperluan hajat manusia di dunia ini.

Anas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan berkumpul semua kaum mukminin, kemudian me­reka berkata, Andaikan kita mendapat syafi' yang dapat menyampaikan hal kita kepada Tuhan, lalu mereka pergi kepada Adam dan berkata, Engkau ayah dari semua manusia, Allah te­lah menjadikan engkau langsung dengan tanganNya, dan memerintahkan kepada Malaikat supaya sujud kepadamu, dan mengajarkan kepadamu nama segala sesualu maka berikan syafaatmu kepada Tuhan untuk meringankan kami dari penderitaan ini. Jawab Nabi Adam, "Bukan bagianku. (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah).

Dengan hadis ini nyata bahwa Allah telah mengajarkan ke­pada Adam semua nama dari segala sesuatu.

(إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) Jika kalian benar mengetahui apa yang akan Aku jadikan maka coba terangkan nama bend aben­da ini. Demikian keterangan Qatadah dan al-Hasan.

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Jika kamu benar dalam perkataanmu, jika aku mengangkat khalifah dari lainmu akan berbuat rusuh menumpahkan darah, bila dari golonganmu tidak akan berbuat dosa, maka coba terangkan nama benda-benda yang ada di hadapanmu itu, maka jika nyata kalian tidak mengetahui maka terhadap hal yang gaib tentu lebih tidak tahu.

Jawab para Malaikat (سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ) Makasud Engkau Tuhan, tiada kami mengetahui kecuali apa yang Tuhan ajarkan kepada kami, sungguh Engkau Maha Mengetahui lagi Bijaksana. (32).

Maha mengetahui terhadap segala sesuatu, maha bijaksana dalam semua ciptaanMu, perintahMu dan ajaranMu dan penolakanMu terhadap apa yang Engkau kehendaki sangat bijak­sana dan adil.

Ibnu Abbas berkata, "Subhanallah", ialah menyucikan Al­lah dari segala kerendahan kebusukan.
Firman Allah, "Hai Adam, beritakan pada malaikat nama benda-benda itu", maka memberitakan nama-nama itu. Allah berfirman, "Tidakkah Aku berkata kepadamu bahwa Aku me­ngetahui semua yang gaib di langit dan bumi bahkan mengeta­hui apa yang kalian terangkan dan yang kamu sembunyikan". (33).

Maka setelah nyata kelebihan Adam dari semua Malaikat, karena ia telah menyebut nama-nama yang diberitahukan Allah kepadanya itu, maka Allah berfirman kepada malaikat, Tidak­kah Aku telah berfirman kepada kamu bahwa Aku mengetahui semua gaib yang terang dan yang samar tersembunyi".

Ibnu Abbas berkata, "Mengetahui yang rahasia. sebagaimana mengetahui yang terang, yakni yang tersembunyi dalam hati Iblis daripada kesombongan dan bangga diri."

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Yang terang ialah pertanyaan, Apakah akan ada orang yang merusuh dan menumpahkan darah, sedang yang tersembunyi ialah kesombongan iblis."

Ar-Rabi bin Anas berkata, "Mengetahui yang terang, ia­lah yang mereka tanyakan; Apakah akan Engkau jadikan orang-orang yang merusak dan menumpahkan darah, sedang yang mereka sembunyikan ialah perasaan mereka tidak mungkin Allah menjadikan makhluk yang lebih mulia dari mereka atau lebih pandai dari mereka. Sehingga kini mereka mengakui kelebihan pengetahuan Adam a.s.

Allah berfirman kepada Malaikat, "Sebagaimana kamu ti­dak mengetahui nama-nama itu, demikian pula Aku sembunyi­kan dari kamu apa yang Aku jadikan dari makhluk yang akan berlaku taat atau maksiat, scbab Allah telah menetapkan akan memenuhi jahanam dari bangsa manusia dan jin, sedang kalimat yang kamu sembunyikan hanya mengenai niat jahat dan kcsombongan iblis. Dan cara ini berlaku dalam kebiasaan bahasa Arab, sebagaimana dalam surat al-Hujurat; sesungguhnya mcreka yang memanggilmu dari balik kamar, padahal yang memanggil-manggil itu hanya seorang dari Bani Tamim.

Dalam majelis sahabat, tiba-tiba Umar r.a. berkata, "Kalimat Laa ilaha illallah telah kami ketahui arah tujuan dan arti-nya, maka Subhanallah itu untuk apakah?" Jawab Ali, "Itu kalimat pilihan Allah untuk memuja padaNya dan menyatakan kesucianNya."
(وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ)
Ingatlah ketika Kami perintahkan kepada malaikat, "Su­judlah kalian kepada Adam!" Maka sujudlah mereka, kecuali iblis menolak dan sombong dan tergolong dari orahg-orang kafir. (34).

Ini suatu kehormatan yang besar yang Allah berikan kepa­da anak Adam ketika memberitahu bahwa Allah telah menyu­ruh Malaikat bersujud kepada Adam.

Nabi saw. bersabda, "Nabi Musa a.s. meminta kepada Tu­han; Ya Tuhan perlihatkan kepadaku Adam yang telah mengeluarkan kami dari surga. Kemudian setelah bertemu ia berkata; Engkau Adam yang telah dicipta Tuhan dengan tanganNya, dan meniupkan ruhNya dan menyuruh Malaikat bersujud padamu."

Ibnu Abbas berkata, "Iblis termasuk salah satu suku dari Malaikat yang disebut al-Jin, mereka telah dijadikan dari api samum, bernama al-Harits, bahkan ia termasuk penjaga surga, sedang Malaikat yang lainnya dijadikan dari Nur, selain golongan ini.

Di dalam al-Quran disebut bahwa jin dijadikan dari maarij min nar dari ujung sulatan api jika dinyalakan, sedang manusia dijadikan dari tanah liat, dan pertama yang tinggal di bumi ialah jin, talu mereka berbuat kerusuhan dan menumpahkan darah, yang satu membunuh yang lain. Lalu Allah mengutus ke­pada mereka Iblis dengan tentara Malaikat yang membunuh mereka dan menghalau sebagian mereka ke pulau di tengah laut dan ke gunung-gunung, sesudah itu iblis mulai merasa som­bong dan berkata, "Aku telah berbuat sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh lain orang". Allah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis yang tidak diketahui oleh Malai­kat, karena itu ketika Malaikat bertanya, apakah khalifah yang akan dijadikan itu kelak akan merusak dan menumpahkan darah? Jawab Allah, "Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, yakni Aku telah mengetahui apa yang terkandung di dalam hati iblis dari kesombongannya".

Kemudian Allah menyuruh Malaikat mengambil dari tanah yang akan dijadikan Adam, sesudah dibentuk dibiarkan sctama empat puluh hari, berupa tanah liat yang kering, berlubang, sehingga bila iblis berjalan, menendangnya lalu bersuara ialah yang tersebut "Min shal shaalin kal fakh-khar" (dari benda yang bersuara bagaikan tembikar). Berlubang sehingga iblis dapat masuk dari lubang mulut dan keluar dari dubur, lalu berka­ta iblis, "Jika aku berkuasa atasmu aku binasakan kamu, dan bila kamu berkuasa atasku aku akan menentang maksiat kepadamu."

Maka ketika telah ditiupkan oleh Allah ruh yang dimulai dari ubun-ubun kepalanya maka tiap anggota badan yang telah dimasuki ruh langsung berubah menjadi darah daging, maka ketika telah sampai di pusarnya ia dapat melihat badannya dan kagum atas keindahannya, sehingga segera akan berdiri, tetapi tidak dapat.

Firman Allah, Wa khuliqal insaanu ajuu la = Dan dijadi­kan manusia itu terburu-terburu. Lekas jemu dan tidak sabar, baik da­lam menghadapi suka ataupun duka. Maka sesudah setesai, ruh dalam jasadnya lalu bersin, lalu berkata, "Alhamdu 1ill ah rabbil aalamiin", disambut Allah, "Yarhamuka Allah ya Adam". Ke­mudian Allah menyuruh Malaikat yang bersama kepada iblis itu supaya sujud kepada Adam, maka sujudlah semua malaikat, kecuali iblis yang sombong dan menolak perintah, ketika ia me­nolak langsung Allah memutuskannya dari rahmat-Nya yaitu bernama iblis, yakni putus dari rahmat Allah.

Iblis menolak dengan alasan; Ana khairun minhu. Aku lebih baik dari padanya, lcbih tua, sebab api lebih kuat dari ta­nah. Ketika itu ia dijadikan setan terkutuk sebagai hukuman atas maksiatnya.

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Ketika Allah telah selesai mcnjadikan apa yang dikehendaki-Nya, maka mengangkat iblis mcnguasai Malaikat langit dunia, sedang ia termasuk golongan jin dan bertugas menjaga surga, maka karena mendapat kedudukan itu ia merasa bangga dan berkata, "Allah tidak mengangkatku di atas lain-lain Malaikat, kecuali karena kelebihan, dan timbullah rasa sombong,"

Setelah itu Allah menyatakan akan menjadikan khalifah, sehingga timbul tanya-jawab antara Allah dengan Malaikat. Ke­mudian Allah menyuruh Jibrtl mengambil tanah, tiba-tiba tanah berlindung kepada Allah; "Audzu billahi minka" = Jangan engkau mengambil atau merusakku. Maka kembali Jibril berkata kepada Allah, "Ya Allah ia telah bertindung kepada-Mu, maka aku tidak berani melanggar orang yang berlindung kepada-Mu, lalu mengutus Mikail, dah kembali seperti Jibril, kemudian Al­lah mengutus Izrail (malakul maut) dan ketika bumi berlindung kepada Allah, maka jawab Malakul maut, "Aku berlindung ke­pada Allah dan tidak akan kembali sebelum melaksanakan perintahNya, maka ia langsung mengambil beberapa tanah merah, putih dan hitam dan dicampur sehingga terjadilah anak Adam bermacam-macam dan berbeda warna dan tabiainya."

Ketika Allah menyuruh malaikat bersujud kepada Adam, maka termasuklah iblis dalam perintah, karena ia berada bersama mereka dan mengikuti ibadat mereka, karena itu ia tercela dan terkutuk, karena melanggar perintah.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Dahulunya iblis sebelum melak­sanakan pelanggaran dosa bernama Azazil, dan ia termasuk makhluk yang rajin beribadat dan luas ilmunya, karena itulah ia merasa sombong."

Said bin al-Musayyab berkata, "Iblis termasuk pimpinan Malaikat dunia."

(وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ) Ujian Allah ke­pada hamba-Nya untuk mencontohkan arti taat yang sesung-guhnya, yaitu menurut kepada semua perintah Allah tanpa ragu, karena itu meskipun sujudnya kepada makhluk, tetapi kare­na taatnya menurut perintah Allah. Supaya dalam taat tidak boleh pilih-pilih, perintah ini diturut, perintah itu tidak diturut, ini tidak boleh dan menyalahi arti taat. Dan menyalahi taat itu bcrarti kafir, maksiat.

Muadz r.a. berkata, "Ketika saya sampai di Syam, saya melihat orang-orang sujud kepada pendeta dan uskup mereka, maka engkau ya Rasulullah lebih layak untuk disujudi, jawab Nabi saw., "Tidak, andaikan aku dapat menyuruh seorang ber­sujud kepada seseorang, niscaya aku akan menyuruh istri sujud kepada suaminya, karena besar jasanya kepadanya."

Ada pendapat; Sujud itu kepada Allah, tetapi Adam sebagai kiblatnya.
Qatadah berkata, "فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ = Pada mulanya iblis hasud terhadap karunia Allah yang diberikan kepada Adam, lalu berkata, "Aku terjadi dari api sedang Adam dari tanah."

Dan permulaan dosa itu karena sombong. Dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda, "Tidak dapat masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan".

Sebagian ulama berpendapat, jika Allah memberikan kekeramatan kepada seseorang, maka yang demikian, belum tentu ia sebagai waliyullah. Bahkan ada kalanya scsuatu yang luar biasa itu (dikeramatkan) terjadi pada seseorang yang bukan wa­liyullah, bahkan di tangan orang kafir atau penipu. Sebagai mana yang terjadi pada Ibnu Shayyad ketika ditanya oleh Nabi saw. tentang Addukh, yaitu mengenai ayat, "Far taqib yauma ta'tissamaa'u bi dukhaanin mubin". Juga ketika ia marah dapat memenuhi jalanan sehingga dipukul oleh Abdullah bin Umar r.a.

Juga hadis yang meriwayatkan Dajjal yang akan terjadi di tangannya, beberapa kejadian yang luar biasa, sehingga dapat menyuruh langit untuk menurunkan hujan dan bumi supaya menumbuhkjan tumbuh-tumbuhannya dan ia akan membunuh pemuda dan menghidupkannya kembali dan lain-lainnya.

Asy-Syafii dan al-Laits bin Sa'ad kcduanya berkata, "Jika kalian melihat seseorang yang dapat berjalan di atas air atau terbang di udara maka kalian jangan tertipu (terpengaruh) padanya sehingga kamu perhatikan (sesuaikan) amal kelakuannya pada kitab Allah dan sunnaturrasul.

(وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ) 35
(فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ) 36

dan Kami berfirman: "Wahai Adam! Tinggalah Engkau dan isterimu Dalam syurga, dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini; (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari golongan orang-orang Yang zalim". setelah itu maka Syaitan menggelincirkan mereka berdua dari syurga itu dan menyebabkan mereka dikeluarkan dari nikmat Yang mereka telah berada di dalamnya dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebahagian dari kamu menjadi musuh kepada sebahagian Yang lain dan bagi kamu semua disediakan tempat kediaman di bumi, serta mendapat kesenangan hingga ke suatu masa (mati)". (Surah al Baqarah, 2 : 35)

Dalam ayat ini Allah memberitakan kemuliaan yang diberikannya kepada Adam, sesudah menyuruh Malaikat sujud pada Adam, lalu diperintahkan pada Adam tinggal serta makan, minum dengan leluasa, sepuas-puasnya di surga.
Abu Dzar r.a. bertanya, Ya Rasulullah apakah Adam itu seorang Nabi? Jawab Nabi saw., "Ya, seorang Nabi dan Rasul yang langsung berkata-kata dengan Allah, yaitu ketika Allah berkata kepadanya, Tinggallah anda serta istrimu di dalam sur­ga!"

Ahlussunnah berpendapat bahwa surga itu di langit sedang kaum Muktazilah dan Qadariyah berpendapat di bumi. Keterangan lebih jauh dalam surat al-A'raf.

Dalam susunan ayat ini menunjukkan bahwa Hawa telah dijadikan sebelum Adam masuk surga. Dan ada pendapat yang menyatakan bahwa Hawa dijadikan sesudah Adam masuk sur­ga, sebagaimana keterangan Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat yang menyatakan bahwa iblis diusir dari surga dan Adam ditempatkan di surga, maka ia berjalan-jalan kesepian di surga, sendirian. Tiba-tiba ia ketiduran dan ketika ia bangun, sudah ada wanita di dekat kepalanya. Wanita itu sedang duduk. Wanita ini telah dijadikan oleh Allah dari tulang rusuk Adam. Kemudian wanita itu disapa oleh Adam, "Siapakah An­da?" Jawabnya, "Wanita." Lalu ditanya, "Untuk apa Anda di-ciptakan?" Jawabnya, "Supaya Anda jinak kepadaku." Lalu pa­ra Malaikat mendatangi Adam untuk mengetahui sampai di mana ilmunya dan bertanya, "Siapakah namanya, hai Adam?" Ja­wab Adam, "Hawa!" Ditanya lagi, "Mengapakah Hawa!" Ja­wabnya, "Karena ia dijadikan dari benda hidup!"

( وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ) Dan kalian berdua jangan mendekati pohon ini. Ini berupa ujian Allah kepada Adam.

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud menyebutkan pohon anggur. Orang Yahudi menyebutkan pohon gandum. Ibnu Abbas juga menyebut pohon itu Assunbullah (tiap biji yang bertangkai seperti beras, gandum atau jagung). Sufyan ats-Tsauri dari Hushain dari Abu Malik menyebutkan pohon kurma. Mujahid me­nyebut buah tin.

Ibnu Jarir at-Thabari berpendapat bahwa kesimpulannya, Allah melarang adam dan istrinya makan suatu buah yang tertentu di surga, tetapi keduanya kemudian makan buah pohon itu, karena Allah tidak menyebutkan pohon apa.

Di dalam alQuran atau hadis yang sahih, ada yang menga-takan bahwa gandum, tin, anggur dan mungkin salah satu dari padanya, tetapi itu termasuk dari ilmu yang jika diketahui tidak penting dan jika tidak tahu juga tidak apa-apa.

Dan Allah ketika melarang, disebutkan juga bahayanya, akan menjadi zalim aniaya pada diri sendiri, berani merugikan dan membinasakan.

(فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا) Maka setan telah menggelincirkan keduanya, sehingga mengeluarkan keduanya dari berbagai kesenangan. kepuasan dan kemewahan makan, minum dan pakaian.

( وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ) Kemudian Allah memerintahkan Adam, Hawa dan iblis supaya turun ke bumi, dengan catatan satu dengan yang lain menjadi musuh, untuk tinggal selama hidup hingga sampai pada ajal yang tertentu padanya.

Ubay bin Ka'ab r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda. "Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam seorang tinggi lebat rambutnya bagaikan pohon kurma yang tinggi, maka ketika ia makan dari pohon yang terlarang terlepas semua pakaiannya, sehingga terlihat auratnya, ketika ia melihat auratnya, ia merasa malu dan berlari-lari di surga sehingga rambut­nya tersangkut pada pohon dan ketika terpaksa terhenti karena rambutnya ia mendengar panggilan Allah, "Hai Adam apakah anda akan lari dari pada-Ku?" Ketika Adam mendengar firman Allah ia menjawab, Tidak ya Tuhanku tetapi aku malu. (R. Ib-nu Abi Hatim).

Di lain riwayat, setelah Adam berkata, "Tidak Tuhanku, tetapi malu kepada-Mu. Firman Allah, "Hai Adam, keluarlah dari sisi-Ku, maka demi kemuliaan-Ku tidak boleh berada di sisi-Ku orang yang durhaka (melanggar) perintah-Ku. Andaikan Aku menjadikan orang yang serupa dengan anda sepenuh bumi lalu berbuat maksiat, pasti akan Aku tempatkan mereka di tempat orang-orang yang maksiat". (Hadis Gharib putus sanad antara Qatadah dengan Ubay bin Ka'ab).

Ibnu Abbas berkata, "Adam tinggal di surga hanya kira-kira waktu Ashar hingga Maghrib. (Yakni sekira 130 tahun menurut hitungan hari-hari dan tahun dunia).

Ulama berbeda paham dalam menentukan surga di langit ataukah di bumi. Tetapi sekiranya kita percaya kepada Allah di surga itu cukup, terserah pada Allah apakah di langit ataukah di bumi, Allah juga berkuasa. Supaya tidak terganggu membicarakan bagaimana iblis dapat menipu Adam hingga diperintahkan turun dari surga. Jika Allah telah menentukan Adam harus turun ke bumi sebagai khalifah, dan di dalam ketentuan harus tinggal di surga sementara melalui ketentuan-ketentuan yang akan terjadi peristiwa yang bakal terjadi padanya.

Maka lebih baik kita terima apa adanya dalam ayat, kemudian kita perhatikan hikmat untuk menjadi peringatan bagi diri sendiri jangan sampai kita nanti kehilangan kesenangan sendiri disebabkan oleh pelanggaran terhadap tuntunan Allah.

Ar-Razi berkata, "Ketahuilah bahwa ayat ini merupakan ancaman yang berat bagi tiap orang yang berbuat dosa dan maksiat."

(فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
Kemudian Adam menerima tuntunan kalimat dari Tuhan, maka Allah member! tobat padanya. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi tobat dan mengasihani. (37).

Kalimat dalam ayat ini dijelaskan dalam surat al-A'raaf 23,
(قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ)
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah berbuat zalim (aniaya) terhadap diri sendiri, jika Tuhan tidak mengampunkan memberi rahmat kepada kami niscaya kami termasuk orang yang rugi. (al-A'raaf 23).

Mujahid dari Ubaid bin Umair mengatakan bahwa Adam bertanya, "Ya, Tuhanku, dosa yang telah aku lakukan apakah sesuatu yang telah Engkau tetapkan pasti padaku ataukah ha­nya sesuatu yang baru aku perbuat?" Jawab Allah, "Bahkan itu telah Aku tentukan atasmu sebelum Aku menjadikanmu". Adam berkata, "Sebagaimana Tuhan telah menentukannya pa­daku maka ampunkanlah aku." Maka itulah artinya "Fatalaqqa min rabbihi kalimaatt".

Abul Aliyah menanggapi ayat "Fatalaqqa Aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba alathi"; Ketika Adam telah melakukan dosa maka ia bertanya, "Ya Tuhan bagaimana jika aku bertobat dan memperbaiki?" Firman Allah, "Jika demikian ma­ka akan Aku masukkan ke surga". Inilah kalimat yang diterima oleh Adam, sehinga diterima tobatnya.

Mujahid berkata, "Kalimat yang diterima oleh Adam dari Tuhan untuk diterima tobatnya ialah:

Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, ya Tuhan aku telah berbuat aniaya (zalim) pada diriku, maka ampunkan bagiku, sungguh Engkau sebaik-baik pengampun. Ya Allah tiada Tuhan kecuali Engkau, Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, ya Tuhan aku berbuat zalim (aniaya) pada diriku ma­ka kasihanilah aku, sungguh Engkau sebaik-baik pengasih (penyayang). Ya Allah, tiada Tuhan kecuali Engkau, Ma­hasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu aku telah berbuat zalim (aniaya) pada diriku maka tobatilah aku sungguh Engkau pemberi/penerima tobat dan pengasih.

Inna Allaha huwa yaqbalut taubata an ibaa dihi = Sesung-guhnya Allah yang menerima tobat para hamba-Nya.
(وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا)
Dan siapa ber-buat kejahatan atau aniaya dirinya, kemudian istighfar minta ampun kepada Allah akan mendapatkan Allah Maha Pengam­pun lagi Penyayang. (an-Nisa' 110).

(قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ) 38
(وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) 39
Kami berfirman lagi: "Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu (melalui Rasul-rasul dan Kitab-kitab Yang diturunkan kepada mereka), maka sesiapa Yang mengikuti petunjukKu itu nescaya tidak ada kebimbangan (dari sesuatu Yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita". dan orang-orang kafir Yang mendustakan ayat-ayat keterangan kami, mereka itu ialah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. (Surah al Baqarah, 2 : 38)

Perintah pada Adam, Hawa dan iblis, tetapi lanjutan khit-habnya kepada turunan mereka.
Hudan berarti para Nabi dan Rasul, juga berarti al-Quran.
( فَمَن تَبِعَ هُدَايَ) Maka siapa yang mengikuti apa yang Aku tunjnkan berupa kitab dan yang Aku utus dari para Rasul.

( فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ) Maka tiada sesuatu kekhawatiran atas mereka dari apa yang akan mereka hadapi di akhirat, dan mereka pun tidak akan menyesal terhadap apa yang terlepas atau tidak tercapai dari keduniaan. Ayat tni bersamaan dengan ayat 123 surat Thaha.
(قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ) taha:123

Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari syurga itu, bersama-sama, Dalam keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengahnya Yang lain; kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa Yang mengikut petunjukKu itu nescaya ia tidak akan sesat dan ia pula tidak akan menderita azab sengsara. (Surah Taha, 20 : 123)

(وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) Sedang mereka yang ka­fir ingkar dan mcndustakan ayat-ayat Kami, mereka ahli nera­ka, mereka di dalamnya kekal untuk selamanya.

Abu Said al-Khudri r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda:

Ada pun ahli neraka yang memang ahlinya, maka tidak mati dan tidak hidup di dalam nya, tetapi ada kaum yang masuk neraka karena dosa-dosa mereka, maka mereka ini dimatikan sementara sehingga bila telah berupa arang diizin-kan untuk diberi syafaat (pembelaan). (Muslim).
(يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ) 40
(وَآمِنُوا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ ۖ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ) 41
Wahai Bani Israil! Kenangkanlah kamu akan Segala nikmat Yang telah Kuberikan kepada kamu, dan sempurnakanlah perjanjian (kamu) denganKu, supaya Aku sempurnakan perjanjianKu Dengan kamu; dan kepada Akulah sahaja hendaklah kamu merasa gerun takut, (bukan kepada sesuatu Yang lain). dan berimanlah kamu Dengan apa Yang Aku turunkan (Al-Quran) Yang mengesahkan benarnya Kitab Yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang-orang Yang mula-mula kafir (ingkar) akan dia; dan janganlah pula kamu menjadikan ayat-ayatKu (sebagai harga untuk) membeli kelebihan-kelebihan Yang sedikit faedahnya; dan kepada Akulah sahaja hendaklah kamu bertaqwa. (Surah al Baqarah, 2 : 40-41)

Ayat ini nyata menyuruh Bani Israil. supaya masuk Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw. bahkan mereka dimuliakan dengan menyebut turunan mercka dari Nabi Israil (Yaqub a.s.) seakan-akan Allah memanggil mereka, "Wahai turunan hamba yang saleh, yang taat kcpada Allah, ikutilah jejak ayahmu dalam mengikuti hak kebenaran, jangan sampai kamu men­jadi orang yang pertama kafir karena mengutamakan kepentingan keuntungan dunia yang sedikit".

Ibnu Abbas r.a. berkata. "Israil berarti Abdullah (hamba Allah)."
(اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ ) Ingatlah nikmat yang Aku berikan kepadamu.

Mujahid berkata, "Nikmat yang disebut, dan lain-lainnya. Memancarkan air dari batu, dan turunnya al-manna dan salwa, dan menyelamatkan mereka dari penjajahan (perbudakan) Fir'aun."

Abul Aliyah berkata, "Nikmat yang menjadikan di antara mereka Nabi dan Rasul serta menurunkan kitab pada mereka. Ini sebagaimana yang tersebut dalam ayat 20 al-Maidah:
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاءَ وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ)
dan (ingatkanlah mereka Wahai Muhammad), ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku! kenanglah nikmat Allah (yang diberikan) kepada kamu ketika ia menjadikan Dalam kalangan kamu beberapa orang Nabi, dan ia menjadikan kamu bebas merdeka (setelah kamu diperhamba oleh Firaun dan orang-orangnya), dan ia memberikan kepada kamu barang Yang tidak pernah diberikan kepada seseorang pun dari umat-umat (yang ada pada masa itu)". (Surah al Maidah, 5 : 20)



Seisi alam di masa itu.
(أَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ ) Tepatilah janji-Ku yang telah Aku tugaskan kepadamu ialah jika datang Nabi Muham­mad saw. yang Aku janjikan kepadamu supaya percaya kepada-nya dan mengikutinya, yaitu Aku akan meringankan dari pada­mu segala yang berat dan belenggu yang mengikat kamu karena dosa yang kamu lakukan.

Al-Hasan al-Bashri berkata, "Janji Allah itu ialah yang ter­sebut dalam ayat 12 surat al-Maidah."
(وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا ۖ وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ ۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنتُم بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ)
dan Demi sesungguhnya! Allah telah mengambil perjanjian setia Bani Israil (supaya mereka menjunjung perintahNya dan menjauhi laranganNya), dan Kami telah utuskan dari kalangan mereka dua belas ketua (untuk memimpin golongan masing-masing); dan Allah berfirman (kepada mereka): "Bahawa Aku adalah beserta kamu (memerhati segala-galanya). Demi Sesungguhnya jika kamu dirikan sembahyang, serta kamu tunaikan zakat, dan kamu beriman Dengan Segala Rasul (utusanku) serta menolong bantu mereka (dalam menegakkan ugama Allah), dan kamu pinjamkan Allah (dengan sedekah dan berbuat baik pada jalanNya) secara pinjaman Yang baik (bukan kerana riak dan mencari keuntungan dunia), sudah tentu Aku akan ampunkan dosa-dosa kamu, dan Aku akan masukkan kamu ke Dalam syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai. oleh itu, sesiapa Yang kufur ingkar di antara kamu sesudah Yang demikian, maka Sesungguhnya sesatlah ia dari jalan Yang betul" (Surah al Maidah, 5 : 12)

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa janji Allah itu ialah yang disebut oleh Allah dalam kitab Taurat bahwa Allah akan mengutus Nabi dari turunan Ismail a.s. Nabi yang besar yang akan diikuti oleh semua bangsa, yaitu Nabi Muhammad saw. Maka siapa yang mengikutinya Allah akan memasukkannya ke surga dan mengampunkan scmua dosanya, dan memberinya pahala lipat dua kali.

Abu Aliyah berkata, أَوْفُوا بِعَهْدِي = Tepatilah janji-Ku!" Yaitu pesan Allah kepada hamba-Nya supaya mengikuti agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Ibnu Abbas berkata, أُوفِ بِعَهْدِكُمْ = Aku rela kepadamu dan akan memasukkan kalian ke dalam surga".

فَارْهَبُونِ "Hendaklah kalian takut kepada-Ku.
Jangan sampai Aku menurunkan atasmu apa yang pernah Aku turunkan pada umat yang sebelummu dari nenek moyangmu dart berbagai siksa pembalasan".
Pada mulanya Allah mengajak mereka kembali dengan penggemar, kemudian dengan ancaman supaya mereka segera kembali mengikuti yang hak dan Rasulullah saw. dan melaksa-nakan ajaran al-Quran.

وَآمِنُوا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ Percayalah pada apa yang Aku turunkan yaitu al-Quran kepada Muhammad saw. Nabi yang ummi dari bangsa Arab untuk menyampaikan kabar gembira dan mengancam dan sebagai pelita yang menerangi, mengandung hak yang sesuai dengan isi Taurat dan Injil.

Abul Aliyah menafsirkan ayat; وَآمِنُوا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ Hai para ahlil kitab percayalah kalian pada apa yang Aku turunkan sesuai dengan apa' yang ada padamu. Sebab mereka mengetahui nama Muhammad da-lam kitab Taurat dan Injil.

(وَلَا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ) Ibnu Abbas berkata, "Kamu jangan sampai menjadi orang yang pertama kali kafir, sebab kamu mempunyai ilmu mengenai Nabi Muhammad saw. yang tidak ada pada selain kamu".

Abu Aliyah berkata, "Kamu jangan menjadi orang perta­ma yang kafir dari golonganmu ahlil kitab padahal kamu telah mendengar berita akan diutusnya Nabi Muhammad saw. itu".

Awwala kaafirin bihi; "Yang pertama-tama kafir terhadap al-Quran ialah dari golongan Bani Israil dart golongan ahlil ki-lab."

(وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا) "Jangan kamu tukarkan imanmu terhadap ayat-ayat-Ku dan percaya kepada utusan-Ku dengan harta dan syahwat yang akan musnah dan sangat sedikit".

Al-Hasan al-Bashri berkata, "Harga yang sedikit ialah dunia seisinya, atau dunia dengan segala kesenangan syahwatnya."

Ada juga yang mengartikan, "Jangan kalian menukarkan penjelasan keterangan yang sebenarnya dengan menyembunyikan dan untuk mempertahankan kedudukan dan pimpinan du­nia yang sementara dan sedikit.

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Siapa yang belajar ilmu yang biasa dicari untuk mencapai rida Allah, tetapi ia tidak mempelajahnya kecuali untuk mencapai kepentingan dunia (kekayaan dunia), maka tidak akan mendapat bau surga di hari kiamat. (HR. Abu Dawud).

Adapun mengajar agama dengan mendapat upah, jika ia sudah mendapat bayaran (upah) yang tertentu dari baitul mal untuk mencukupi kebutuhan keluarganya maka tidak boleh menerima upah lagi, tetapi jika tidak ada penghasilan atau ketentuant maka boleh menerima upah, demikian pendapat Syafii, Malik, Ahmad dan jumhurul ulama berdasarkan hadis Bukhari dari Abu Said al-Kudhri mengenai orang yang digigit binatang berbisa, sehingga Nabi saw. bersabda:

Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu terima upahnya ialah mengajar kitab Allah.

Juga ketika Nabi saw. mengawinkan seorang; Zawwajtuka-ha bimaa ma'aka minal Qur'an - Aku kawinkan anda dengan apa yang anda ketahui dari ayat al-Quran. Yakni jika dapat di-jadikan mahar (seri kawin, maka itu halal).

ا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ "Kepada-Kulah kalian harus takut dan bertakwa".
Thalq bin Habib berkata, Takwa ialah mengerjakan taat kepada Allah, karena mengharap rahmat dari Allah dengan tuntunan (ajaran) Allah. Dan meninggalkan larangan Allah ka­rena ajaran tuntunan Allah karena takut dari siksa Allah".

Wa iyyaaya fattaquuni = Peringatan ancaman terhadap yang sengaja akan menyembunyikan ajaran Allah atau menya-lahi ajaran Rasulullah saw.
(وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) 42
(وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) 43

Dan janganlah kalian menyelubungi yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan yang hak padahal kamu me­ngetahui. (42). Dan tetap tegakkan shalat dan keluarkan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (Bersalatlah berjamaah). (43).

Dalam ayat ini Allah melarang orang Yahudi dari kebiasaan mereka menyelubungi yang hak dengan yang batil dan mencampuradukkan yang hak dengan yang batil serta menyembu­nyikan yang hak dan menonjolkan yang batil.

Ibnu Abbas berkata, "Jangan kalian menyelubungi hak de­ngan batil jangan mencampuradukkan antara hak dengan batil, antara yang benar dengan yang dusta palsu."

Qatadah berkata, "Kalian jangan mencampuradukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam, sedang kalian mengeta­hui bahwa agama Allah ialah Islam, sedang Yahudi dan Kristen itu buatan manusia bukan dari agama Allah."

Ibnu Abbas mengartikan "Wa taktumul haqqa wa antum ta'lamuun" = Jangan kamu sembunyikan apa yang telah kamu ketahui terhadap utusanKu Muhammad dan apa yang diajarkannya sedang kamu telah mendapatkan keterangan dari kitab Allah yang ada di tanganmu."

Qatadah dan ar-Rabi' bin Anas berkata, (وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ) = Dan kamu sembunyikan kebenaran Nabi Muhammad saw."

(وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) Sedang kalian mengetahui hak itu.

Sedang kamu mengetahui bahaya menyesatkan orang dari hak dan petunjuk yang akan menyebabkan masuk dalam neraka, jika orang mengikuti penyesatanmu dalam cara menyelubungi yang batil dengan hak, dan menyembunyikan yang hak dan menerangkan yang batil.

(وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) Allah menyuruh mereka supaya sembahyang bersama Nabi Muhammad saw. serta salat jamaah bersama kaum muslimin (umat Muhammad saw.) supaya bersama tergolong dari mereka.

(وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ) Sebagai dalil wajib salat ja­maah.
Jadilah kalian bersama orang mukminin dalam berbagai ca­ra ibadat mereka dan amal kebaikan mereka.
(أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ)
Apakah kalian menyuruh orang-orang berbuat baik, pada-hal kalian lupa (melupakan) diri sendiri, sedang kalian membaca kitab Allah, apakah kamu tidak berakal (tidak berpikir). (44).

Dalam ayat ini Allah memperingatkan ahlil kitab, "Bagai-manakah kalian menganjurkan orang lain supaya berbuat segala kebaikan, sedang kamu melalaikan diri sendiri, tidak mengerja­kan kebaikan itu, sedang kamu tetap membaca kitab Allah dan mengetahui bahayanya orang yang mengabaikan perintah Al­lah, apakah kalian tidak mengerti, tidak menyadari apa yang kamu perbuat terhadap dirimu, untuk segera sadar dari tidurmu dan melihat dari kebutaanmu.

Qatadah berkata, "Dahulu Bani Israil suka menganjurkan orang berbuat taat, takwa tetapi mereka sendiri menyalahinya, maka Allah menempelak perbuat an mereka itu."

Ibnu Abbas mengartikan (وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ) Sedang kamu membiarkan dirimu tidak beramal padahal kalian melarang orang kafir ingkar terhadap kenabian dan janji Allah dalam Taurat, sedang kamu sendiri kafir, ingkar terhadap pesan janjiKu kepadamu supaya mempercayai UtusanKu Muhammad saw. dan ingkar terhadap yang telah kamu ketahui dalam kitabKu".

Ibnu Abbas juga berkata, "Apakah kamu menyuruh orang mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. teta­pi kamu melupakan dirimu sendiri."

Abu Darda' r.a. berkata, "Seorang tidak mengerti agama Allah sehingga membenci orang karena Allah (yakni jika melihat orang melanggar agama Allah), kemudian mengoreksi dirinya jika masih melanggar agama Allah maka ia harus lebih membenci pada dirinya sendiri.

Abdurrahman bin Zaid berkata, "Dahulu orang Yahudi ji­ka ditanyai tentang sesuatu yang tidak ada kepentingan bagi mereka dan tanpa suap maka dijawab dengan hak benar, maka Allah mencela perbuatan mereka yang dapat menyuruh orang lain berbuat benar, tetapi lupa diri sendiri. Dan teguran ini bukan karena menyuruh berbuat baik tetapi karena melupakan di­rinya sendiri. Sebab Amar Makruf itu wajib terhadap orang lain, tetapi si alim berkewajiban mengerjakan makruf itu bersama orang yang diajarinya sebagaimana penjelasan Nabi Syuatb a.s. dalam surat Hud ayat 88.
(قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ) 11:88
Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! Bagaimana fikiran kamu, jika Aku berdasarkan Bukti Yang nyata dari Tuhanku, dan ia pula mengurniakan daku pangkat Nabi sebagai pemberian daripadanya, (Patutkah Aku berdiam diri dari melarang kamu) sedang Aku tidak bertujuan hendak melakukan sesuatu Yang Aku melarang kamu daripada melakukannya? Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki sedaya upayaku; dan tiadalah Aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya melainkan Dengan pertolongan Allah. kepada Allah jualah Aku berserah diri dan kepadaNyalah Aku kembali. (Surah Hud, 11: 88)

Maka Amar Makruf dan melakukan kebaikan itu sama-sama wajib, yang satu tidak dapat menggugurkan yang lain, yakni jika ia telah melakukan amar makruf tetap wajib mengerjakan makruf itu, atau jika ia telah berbuat kebaikan tetap ia wajib amar makruf sekuat tenaganya karena itu Nabi Muhammad saw. bersabda, "Ballighu anni walau aayah" — Sampaikan apa yang kalian dapatkan dari padaku meskipun bam satu ayat.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa seseorang yang te­lah berbuat dosa tidak boleh melarang orang lain dari dosa itu. Tetapi pendapat ini sangat daif. Sedang pendapat yang sahih ialah bahwa seorang alim harus amar makruf meski pun tidak mengerjakannya dan harus melarang dari mungkar meskipun ia masih berbuat mungkar.

Said bin Jubair berkata, "Andaikan seseorang tidak boleh amar makruf dan nahi mungkar kecuali jika ia telah mengerja­kan makruf itu dan menjauhi yang mungkar itu, niscaya tiada­lah seorang pun yang melakukan amar makruf dan nahi mung­kar."

Malik berkata, "Dan siapakah orang yang tidak berdosa samasekali?" Jundub bin Abdillah mengatakan bahwa Rasulultah saw. bersabda:

Contoh (perumpamaan) orang alim yang mcngajar kebaik­an kepada manusia, tetapi ia sendiri tidak berbuat kebaik­an itu, bagaikan lampu lilin yang menerangi pada lain orang tetapi membakar dirinya sendiri.

Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Ketika aku israk berjalan melewati suatu kaum yang digunting bibir mereka dengan gunting dari api neraka. Dan ketika aku bertanya, Siapakah mereka itu? Jibril menjawab bahwa me­reka ahli khutbah dari umatmu yang biasa menganjurkan orang berbuat baik tetapi lupa dirinya sendiri padahal mereka membaca kitab Allah, apakah mereka tidak berpikir. Ada riwayat yang menyebut digunting bibir dan lidah mereka".

Usamah bin Zatd r.a. berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

Kelak di hari kiamat akan dihadapkan seorang dan segera dilempar ke api neraka, maka keluar ususnya, maka ia terputar di dalam neraka sebagaimana bcrputamya himar di penggilingannya, maka dikerumuni oleh orang-orang nera­ka dan bertanya, "Ya Fulan mcngapakah anda? Tidakkah anda selalu menganjurkan kami supaya berbuat baik dan mencegah kami dari mungkar?" Jawabnya, "Dahulu aku menganjurkan kamu supaya berbuat baik sedang aku tidak mengerjakannya, dan melarang kalian dari mungkar, tetapi aku melakukannya".(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim).

Juga Nabi saw. bersabda, "Inna Allaha yu'afil ummiyyina maa laa yu'afil ulamaa' = Allah akan memaafkan orang-orang ummiyyin (yang bodoh) apa yang tidak memaafkan para ulama. Sebab tidak dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang bodoh."

Bahkan ada keterangan bahwa Allah akan mengampunkan tujuh puluh dari yang bodoh sebelum memaafkan satu dari si alim.

Firman Allah, ( ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ) (az-Zumar, 39: 9).
Katakanlah, apakah dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya yang sadar hanyalah mereka yang sehat pikirannya. (az-Zumar 9).

Al-walid bin Uqbah mengatakan bahwa Nabi saw. bersab­da, "Sesungguhnya ada beberapa orang ahli surga yang melihat orang-orang ahli neraka ? Padahal demi Allah kami tidak masuk surga kecuali dengan apa yang kalian ajarkan kepada kami?" Jawab mereka. Kami dahulu berkata dan tidak mengerjakan", (HR. Ibnu Asakir).

Seseorang datang kepada Ibnu Abbas r.a. dan berkata, "Hai Ibnu Abbas saya ingin melakukan dakwah amar makruf dan nahi mungkar". Ibnu Abbas bertanya kepadanya, "Apakah anda telah mencapai derajat itu?" Jawabnya, "Semoga begitu." Ibnu Abbas berkata, "Jika anda tidak khawatir kecewa dengan tiga ayat dalam al-Quran maka laksanakan!" Dia bertanya, "Apakah itu?" 1- Jawab Ibnu Abbas, (أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ ) Apakah kamu menyuruh orang berbuat baik, padahal kamu melalaikan diri sendiri". (al-Baqa-rah 44) 2- .( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ) (كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ) Mengapakah kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. (ash-Shaf, 61: 2 - 3). Ditanya apakah anda telah melaksanakan ini, Jawabnya, belum. 3. Penjelasan Nabi Syuaib, ( وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ) Dan aku tidak akan menyalahi kamu sehingga mengerjakan apa yang aku melarang kamu dari padanya, Aku hanya ingin memperbaiki sekuat tenagaku. (Hud 88). "

Apakah anda telah me­laksanakan ini?" Jawab orang itu, "Belum." Ibnu Abbas berkata padanya, " Dahulukan memperbaiki dirimu! "

Ibrahim an-Nakha'i juga berkata, "Saya menghindari ceramah itu juga takut dari tiga ayat itu; 1. ayat 44 surat al-Baqa-rah, 2. Surat ash-Shaf ayat 2 - 3 dan 3. Surat Hud ayat 88.
(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ)
dan mintalah pertolongan (kepada Allah) Dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan Sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang Yang khusyuk; (Surah al Baqarah, 2: 45)

(الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ)
(Iaitu) mereka Yang percaya Dengan yakin Bahawa mereka akan menemui Tuhan mereka, dan Bahawa mereka akan kembali kepadaNya. (Surah al Baqarah, 2 : 46)

Dalam ayat ini Allah menyuruh hambaNya untuk mencapai keinginan mereka dunia dan akhirat supaya bersandar dan mempergunakan sabar dan salat. Sabar berarti tetap berusaha dan tidak jemu, tidak malas, tidak berhenti. Sabar juga berarti puasa, kuat menahan diri.

Muqatil bin Hayyan berkata, "Untuk mencapai bahagia di akhirat harus sabar mengerjakan kewajiban dan salat."

Nabi saw. bersabda, "Asshaumu nish fus shabri = Puasa itu separuh dari sabar (kesabaran)".
Sabar berarti menahan diri dari maksiat, karena itu Allah menggandeng dengan salat yang merupakan ibadat yang utama.

Umar bin al-Khathab r.a. berkata, "Sabar ada dua, sabar menghadapi bala itu baik, tctapi lcbih baik lagi sabar menahan diri dari dosa maksiat."

Said bin Jubair berkata, "Sabar itu ialah pengakuan seorang hamba bahwa penderitaannya itu dari Allah, lalu sabar ka­rena mengharap pahala dari Allah, dan ada kalanya seorang mengeluh sambil menyabarkan diri, itu pun masih dinamakan sabar."

Abul Aliyah berkata, "Ista'iinu bis shabiri wasshalaati = Pergunakanlah untuk mencapai rida Allah dengan sabar dalam taat, dan salat itu sebesar-besar alat untuk dapat tabah dalam menjalankan perintah, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ankabut ayat 45:

(اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
bacalah serta Ikutlah (Wahai Muhammad) akan apa Yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran, dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan Yang keji dan mungkar; dan Sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa Yang kamu kerjakan. (Surah al Ankabur, 29 : 45)

Hudzaifah bin al-Yaman r.a. berkata, "Kebiasaan Nabi saw. jika menghadapi kesukaran (keruwetan) segera salat". (HR. Ahmad, Abu Dawud).

Hudzaifah r.a. juga berkata, "Ketika saya kembali kepada Nabi saw. pada malam perang Ahzab (Khandaq) sedang Nabi saw. berkemul sambil salat. Dan biasa Nabi saw. jika mengha­dapi kesukaran bersalat".

Ali r.a. berkata, "Pada malam yang esoknya perang Badr, tiada seorang di antara kami, melainkan ia tidur, kecuali Nabi saw. yang salat dan berdoa hingga pagi".

Ibnu Jarir berkata, "Ketika Nabi saw. berjalan melihat Abu Hurairah sedang tengkurap sambil menekankan perut ke tanah. Nabi saw. bertanya, "Apakah anda sakit perut?" Jawab-nya, Ya. Nabi saw. bersabda, "Bangunlah untuk salat, karena salat itu adalah penyembuh!"

Ibnu Abbas ketika ia dalam bepergian diberitahu bahwa saudaranya yang bernama Qutsam meninggal dunia, maka ia berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un, kemudian ia menghentikan kendaraannya, turun, kemudian menepi untuk salat dua rakat dan lama duduk, kemudian berdiri, berjalan sambil membaca, "Was ta'iinu bisshabri was shalati wa innaha lakabiiratun ilia alal kha syi'iin".

Ibnu Juraij berkata, "Sabar dan salat itu keduanya penuntun untuk mencapai rahmat Allah."
Wa innaha lakabiiratun = Sungguh berat dan sukar kecuali pada orang yang khusyuk sungguh percaya pada apa-apa yang diajarkan oleh Allah.

Abul Aliyah berkata, "Alkhaasyi’iin (yang takut),
Muqatil berkata, "Alkhaasyi'iin" - Yang tawadhu' merendahkan diri).
Adh-Dhahak berkata, "Wa innaha lakabiiratun ilia alal khaasyi'iin" = Sembahyang itu sangat berat kecuali terhadap orang yang khusyuk dalam taatnya, takut dari pembalasanNya, percaya pada janjiNya dan ancamanNya".

Ibnu Jarir berkata, "Hai ulama ahlil kitab pergunakanlah usaha menahan nafsu dengan melakukan taat kepada Allah dan menegakkan salat yang dapat menahan kalian dari perbuatan curang, keji dan mungkar, salat itu juga dapat mendekatkan kalian kepada Allah, dan mendirikan salat itu tidak dapat dikerjakan kecuali oleh orang yang khusyuk, tekun, tunduk dan takut kepada Allah."

(الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) Mereka yang merasa dan mengetahui bahwa mereka akan dihadapkan kepada Tuhan di hari kiamat, kembali sepenuhnya kepada kehendak peraturan dan ketentuan Allah, memutuskan segala hukum dengan keadilannya

Yadhunnuuna berarti yakin, percaya, benar, tiada ragu, karena mereka percaya pada akhirat maka ringan bagi mereka melakukan taat dan meninggalkan segala yang mungkar, keja-hatan.

(وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا) (al-Kahfi 53). = Ketika orang-orang yang durhaka melihat api neraka, mereka yakin akan masuk ke dalamnya. (al-Kahfi 53).

Di sini Dhannu berarti yakin. Mujahid mengatakan bahwa tiap kalimat Dhann dalam ayat maka artinya yakin dan tiap kata dhann dalam ayat al-Quran maka berarti pengetahuan, mengetahui.
Dalam hadis yang sahih, Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada hambaNya pada hari kiamat; Tidakkah Aku telah mengawinkan anda. Tidakkah Aku telah memuliakan anda? Tidakkah Aku telah menundukkan kepadamu kuda, unta, kendaraan dan membiarkan anda mcngetuai, mcmimpin, berkuasa? Jawab hambaNya, Ya, benar. Lalu ditanya, Apakah anda merasa percaya akan bertemu kcpadaKu? Jawabnya, Tidak. Ma­ka Allah berfirman kepadanya, Kini Aku melupakan anda sebagaimana anda melupakan Aku dahulu itu.

(يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ)
Hai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku karuniakan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kalian dari mamtsia seisi alam. (47).

Dalam ayat ini Allah mcngingatkan Bani Israil alas nikmat yang telah diberikan Allah kepada ayah-ayah, nenek-nenek me­reka yang berupa kelebihan seperti mengutus Nabi-nabi dan menurunkan kitab atas mereka sehingga, mereka menjadi umat yang termulia di atas bumi.

Allah melebihkan mereka dari pad a umat-umat di masanya, sebab pada tiap masa ada umat yang mendapat kelebihan dari Allah, sedang umat Muhammad saw. tetap lebih afdhal dari mereka sebagaimana firman Allah:

Kuntum khaira ummatin ukh rijat linnaasi = Kamulah se-baik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia".

Juga sabda dari Nabi saw., "Antum tufuna sab'ina ummat-an, antum khairuha wa akramuha ala Allah = Kalian menggenapi tujuh puluh umat dan kamulah yang terbaik dan termulia di sisi Allah".

(وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ)
dan peliharalah diri kamu dari (azab sengsara) hari (akhirat), Yang padanya seseorang tidak dapat melepaskan orang lain (yang berdosa) sedikitpun (dari balasan azab), dan tidak diterima syafaat daripadanya, dan tidak pula diambil daripadanya sebarang tebusan; dan mereka (yang bersalah itu) tidak akan diberi sebarang pertolongan. (Surah al Baqarah,2: 48)

Sesudah diingatkan dengan nikmat-nikmat karunia-Nya lalu diancam dengan adanya perhitungan atas segala amal perbuatan d! hari kiamat pada hari di mana tiap jiwa bertanggung jawab sendiri-sendiri atas perbuatannya sendiri, sebagaimana firman Allah, "Li kullim ri in min hum yau ma idzin sya'nun yugh nihi — Setiap orang mempunyai kesibukan/kepentingan sendiri-sen­diri pada hari itu, urusan yang harus diselesaikan sendiri. Da-lam surat Luqman ayat 33 disebutkan:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ ) Hai semua manusia hendaklah kalian waspada akan tibanya suatu hari di mana seorang ayah tidak dapat membela anaknya dan anak tidak dapat membantu ayah-nya meskj sedikit pun. (Luqman,31: 33).

Dalam surat asy-Syu'araa, 26 : 100 - 101:
(فَمَا لَنَا مِن شَافِعِينَ) 100, (وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ) 101 Maka tiadalah bagi kami seorang pun yang dapat menolong (membantu) atau kawan akrab yang sangat sayang".

Dalam surat Ali Imran 91 disebutkan:

(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ) (91). Sesungguhnya mereka yang kafir hingga mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima dari mereka, meskipun akan rnenebus diri dengan emas sepenuh bumi ini. (Ali Imran,3 : 91).

Dalam surat al-Maidah ayat 36 disebutkan:
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
Sesungguhnya mereka yang kafir, andaikan mereka memiliki kekayaan sepenuh bumi ini scmuanya, dan lipat dua kali dart itu untuk digunakan menehus diri dari siksa di hari kiamat, ti­dak akan diterima dari mereka, dan tetap bagi mereka siksa yang sangat pedih". (al-Maidah, 5: 36).

Dalam surat al-Hadid, ayat 15 discbutkan:

(فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ مَأْوَاكُمُ النَّارُ ۖ هِيَ مَوْلَاكُمْ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ) Pada hari ti­dak akan diterima dari kamu (orang munafik) juga tidak akan diterima dari orang-orang kafir, suatu tebusan, tcmpatmu tctap dalam api neraka. (al-Hadid, 57: 15).

Adlun dapat berarti: ganti, tebusan, dcnda.
Allah memheritahu, "Jika mereka tidak percaya sepenuhnya kepada Rasulullah saw. dan mengikutmya menurut apa yang diwahyukan Allah kcpadanya, kernudtan mereka akan bcrhadapan dengan Allah di hari kiamat, maka tidak akan dite­rima tebusan meskipun emas sepenuh bumi".

( وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ) Dan tiada yang mcmbcla me­reka". Famaa lahu min quwwatin walaa naa shir = Tiada bagi-nya kekuatan dan tiada pcmbcla".

Ibnu Jarir bcrkata, "Wa laa hum yun sharuun - Pada saal itu tiada yang dapat membela mereka. liada yang membantu mereka, bahkan tidak diterima amal dan tebusan, sobab pada saat itu telah hilang segala suap dan pembelaan dan tiada tolong mcnolong, scdang hukum scmuanya hanya di tangan Allah yang adil dan memaksa perkasa, tidak ada di samping Allah pembelaan atau syafaat, Allah akan mcmbalas sctiap orang se­bagaimana yang tclah dinyulakan di dalam al-Quran:

(وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ) 49.
dan (kenangkanlah) ketika Kami selamatkan kamu dari Firaun dan orang-orangnya, Yang sentiasa menyeksa kamu Dengan seksa Yang seburuk-buruknya; mereka menyembelih anak-anak lelaki kamu dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kamu; sedang kejadian Yang demikian itu mengandungi bala bencana dan cubaan Yang besar dari Tuhan kamu. (Surah al Baqarah, 2 : 49)

(وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ) 50
dan (kenangkanlah) ketika Kami belahkan laut (Merah) untuk kamu lalui (kerana melarikan diri dari angkara Firaun), maka Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun bersama-sama tenteranya, sedang kamu semua menyaksikannya. (Surah al Baqarah, 2 : 50)

Dalam ayat ini Allah mcngingatkan Bani Israil supaya mcngingat nikmat Allah kepada mereka ketika Allah menyela­matkan mereka dari jajahan aniaya dan siksaan Fir'aun.

Pada mulanya (kcsimpulannya) Fir'aun bermimpi, suatu kejadian yang sangat menggetarkannya, yaitu ia bermimpi meli­hat api yang kcluar dari Baitul Maqdis dan masuk kc setiap rumah orang Qibthi kecuati rumah-rumah orang Bani Israil yang selamat tidak dimasuki api itu,"yang menurut ahli tafsir mimpi hahwa kekuasaan kerajaan akan jatuh di tangan Bani Israil yang rumahnya selamat tidak dimasuki api itu, yang menurut ahli tat'sir mimpi bahwa kekuasaan kerajaan akan jatuh di ta­ngan seorang Bani Israil. Dan mimpi itu terjadi setelah mendapat berita bahwa orang-orang Bani Israil menanti-nantikan lahirnya seseorang di tcngah-tcngah mereka yang dapat mencapai kemuliaan dan kerajaan. Demikian yang tersebut dalam haditsul futun.

Karena itulah Fir'aun memerintahkan supaya setiap anak laki-laki dari Bani Israil harus dibunuh sedang wanita dibiarkan juga menyuruh supaya mempergunakan Bani Israil dalam tiap pekerjuan yang berat-berat dan rendah.

(يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ ) Menyiksa kalian siksa yang berturut-turut tak kunjung berhenti dengan siksa yang be­rat-berat.

Fir'aun, gelar dari setiap raja yang berkuasa di Mesir yang kafir dari turunan Amaliq, sebagaimana Kaisar, gelar raja Rum dan Syamr, dan Kisra gelar raja Persia dan Tubba' gelar raja Yaman, dan Najasyi gelar raja Habasyah (Ethiopia), dan Peto-limus gelar raja India.

Fir'aun di masa Musa ialah al-Walid bin Mush'ab bin Ar-rayan dari turunan Sam bin Nun, panggilannya Abu Murrah asal dari Parsi.

Ibnu Jarir mcngartikan "Balaa'un min rabbikum adhiem", sebagai nikmat bcsar dari Tuhanmu. Demikian pula pendapat Mujahid, Abul Aliyah dan Abu Malik dan as-Sudhi, scbab asal arti Bala' adatah ujian, maka adakalanya khair dan ada kalanya syar ada kalanya sehat atau sakit, kaya atau miskin sebagaimana firman Allah:

( وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ) Dan aku menguji kamu dengan jahat dan baik sebagai ujian. (al-Anbiya, 21: 35). Dan ayat, (وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Kami menguji mereka dengan hasanat dan sayyi'at semoga mcreka kcmbali taat. (al-A'raf, 7: 168).

(وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ) Sedang kamu melihat supaya lebih memuaskan hatimu dan jelas penghinaan terhadap musuhmu.

Ibnu Abbas r.a. mcngatakan bahwa ketika Rasulullah saNv. telah hijrah ke Madinah, melihat orang-orang Yahudi sedang puasa pada hari Asyura, maka Nabi saw. bertanya kepada me­reka, "Hari apakah yang kamu puasakan ini?" Jawab mereka, 'Ini hari baik, Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh me­reka. Maka Musa a.s. lalu berpuasa . Rasulullah saw. bcrsabda, "Aku lebih layak inengikuti jejak Musa dari kamu, lalu Nabi saw. berpuasa dan menganjurkan sahabat supaya berpuasa". (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah).

Amr bin Maimun mcngatakan bahwa ketika Nabi Musa a.s. keluar membawa Bani Israil dan sampai berita itu pada Fir'aun, segera ia memerintahkan, "Jangan kalian kejar mere­ka sehingga berkokok ayam di waktu pagi." Tiba-tiba malam itu tidak ada ayam bcrkokok, sehingga mereka bangun pagi ha­ri, maka Fir'aun minta disembelihkan kambing dan berkata, "Jangan aku selesai makan hati kambing melainkan sudah berkumpul 600,000 tentara Qibthi". Kemudian berkumpul, langsung mereka bersiap untuk mengejar Musa dengan Bani Israil dan akan memusnahkan mereka semuanya.


Adapun Nabi Musa a.s., ketika membawa kaumnya dan sampai di tepi laut maka Yusya’ bin Nun bertanya kepada Mu­sa, "Ke mana anda diperintah oleh Tuhanmu?" Jawab Musa, "Terus ke depan!" Sambil menunjuk ke laut, maka Yusya' tanpa ragu ia masuk dengan kudanya ke laut sehingga hampir tenggelam, lalu ia kembali dan bertanya, "Ke mana Tuhan menyuruhmu?" Jawab Musa, "Demi Allah, aku tidak dusta dan ti­dak akan dusta!" Diulang ucapan itu tiga kali, kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, "Pukulkan tongkatmu ke laut, lalu dipukul dan terbelah air laut sehingga di tengahnya kering sedang air di kanan kirinya bagaikan gunung yang tinggi, lalu berjalanlah Musa dengan kaumnya yang diikuti oleh Fir'aun de­ngan tentaranya sehingga ketika mereka telah masuk semuanya ke dalam laut, kembalilah air laut yang terbelah tadi menelan mereka sehingga mereka tenggelam semuanya, dan kejadian itu bertepatan dengan hari Asyura.

No comments:

Post a Comment