AL-BAQARAH
Bismillahirrahmanirrahim
Surat
al-Baqarah diturunkan sesudah Hijrah disebut Madaniyah berisi 287 ayat, 6121
kata (kalimat) 25500 huruf. Termasuk surat pertama yang turun di Madinah.
Fadhilah
kelebihan surat al-Baqarah
1. Maqil bin
Yasar r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Surat
al-Baqarah bagaikan punggung al-Qunn, bahkan puncaknya, turun bersama tiap ayat
delapan puluh Malaikat, dan diambilkan ayat kursi dan bawah Arsy untuk
disambung di dalamnya. Dan surat Yaasiin bagaikan jantung al-Quran, tiada
seorang yang membaca Yaasiin dengan ikh las karena Allah dan mengharap pahala
akhirat melainkan pasti dtampunkan baginya, dan bacakan Yaasiin pada orang
matimu (akan mati).
(HR. Ahmad).
2. Abu
Hurairah r.a menyatakan, Nabi saw. bersabda:
31
Jangan kamu jadikan rumahmu bagaikan kubur. Sesungguhnya rumah yang dibaca
di dalamnya surat al-Baqarah tidak dimasuki setan. (HR. Muslim, Ahmad,
at-Tirmidzi, an-Nasa'i),
3. Sahl bin Sa'ad mengatakan, Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya segala sesuatu ada punggungnya yang tinggi dan punggung
al-Quran surat al-Baqarah, dan siapa yang membaca di rumahnya waktu malam tidak
akan dimasuki setan tiga malam, dan siapa yang membacanya siang hari tidak akan
dimasuki setan tiga hari. (HR. at-Thabrani. Ibnu Hibban, Ibnu Mardawath).
4. Abu Hurairah r.a. berkata:
32
Rasulullah saw. akan mengirim pasukan yang banyak, lalu menguji orang-orang
untuk membaca al-Quran apa yang dia hapal, tiba-tiba ada pemuda yang termuda
ditanya, "Anda hapal apa?" Jawabnya, "Beberapa surat dan juga
surat al-Baqarah". Nabi saw. bertanya, "Apakah anda hapal surat
uI-Baqarah?" Jawabnya, "Ya." Maka Nabi saw. bersabda,
"Pergilah dan anda sebagai pimpinan mereka". (HR. at-Tirmidzi,
an-Nasa'i, Ibnu Majah).
Daiam hadis ini ada tambahan, "Lalu ada seorang terkemuka dalam
pasukan itu yang berkata, Saya belum berani mempelajari surat al-Baqarah,
khawatir kalau tidak dapat menjalaninya".
Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Siapa yang membaca sepuluh ayat
dari surat al-Baqarah di waktu malam maka rumahnya tidak dimasuki setan malam
itu, yaitu empat ayat dari mutanya dan ayat kursi serta dua ayat berikutnya dan
tiga ayat terakhir."
Di lain riwayat, Pada hari itu tidak akan didekati setan atau sesuatu yang
tidak disukainya, bahkan jika dibacakan pada orang gila mungkin akan sembuh
(gila yakni kemasukan setan).
5. Usaid bin Hudhair r.a. berkata, "Ketika aku membaca surat
al-Baqarah sedang kudaku terikat, tiba-tiba kuda itu berlari-lari, maka aku
diam, maka diamlah kuda itu, kemudian aku baca dan bergerak kembali kuda itu,
kemudian aku bangun, kerana di dekat kuda itu ada putraku Yahya, khawatir kalau
diinjak kuda itu, dan ketika aku keluar melihat ke langit, terlihat seperti
payung berupa lampu sehingga aku hampir tidak dapat melihat langit. Dan pada pagi harinya
aku memberitahu kepada Nabi saw". Maka Nabi saw. bersabda kepadaku,
"Bacalah hai putra Hudhair." Jawabku, "Aku khawatir akan putraku
ya Rasulullah." Lalu Nabi saw. bertanya, "Tahukah anda apakah yang
anda lihat itu?" Jawabku, "Tidak." Maka sabda Nabi saw., "itulah
Malaikat mendekati suara bacaanmu, andaikan anda baca hingga pagi niscaya
orang-orang akan dapat melihatnya." (HR. Bukhari).
33
6. Abu Umamah r.a. mengatakan, Saya telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda:
Bacalah al-Quran sebab ia akan dapat membela (memberi syafaat) kepada yang
membacanya pada hari kiamat. Bacalah kedua surat yang bagai bintang terang
yaitu surat al-Baqarah dan Ali Imran, sebab keduanya akan datang di hari kiamat
bagaikan awan atau naungan atau rombongan burung yang berbaris, untuk membela
pada ahlinya (orang yang mengamalkannya, selalu membacanya) di hari kiamat.
Bacalah surat al-Baqarah, sebab mempelajarinya berarti berkat dan
meninggalkannya berarti rugi dan menyesal, dan tidak dapat melaksanakan dan
mempelajarinya orang yang curang tidak jujur (ahli sihir). (HR. Ahmad. Muslim).
7. An-Nawwas bin Sam'an r.a. mengatakan, saya telah mendengar Nabi saw.
bersabda: Kelak di hari kiamat akan dihadapkan al-Quran dan ahli-nya, yaitu
orang-orang yang mengamalkannya, didahului (dipimpin) oieh surat al-Baqarah dan
All Imran.
(HR. Ahmad. Muslim).
34
Dan Rasulullah saw. memberikan contoh kedua surat itu bagaikan awan atau
naungan (payung) atau rombongan burung yang berbaris untuk membela dan
mempertahankan orang-orang yang mengamalkannya.
Bismillahirrahmanirrahim, Alif, Laam, Miim.
Ahli-ahli tafsir berbeda pendapat mengenai huruf lepas yang tereantum dalam
permulaan surat.
1. Mengembalikan tafsir nya kepada Allah, hanya Allah yang mengetahuinya.
Demikian pendapat Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Ibnu Mas'ud r.a.
2. Nama surat atau sebagian dari nama Allah yang diletakkan dalam permulaan
surat. Tiap huruf menunjukkan nama Allah: Alif = Allah, Laam, = Lathif, Miim — Majid. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Alif, laam 1iim
termasuk ismullahil a'dham."
3. Ada yang berpendapat, Tujuan huruf-nuruf lepas itu menunjukkan i’jazul
Quran, kelebihan mukjizat al-Quran, meskipun al-Quran tersusun dari huruf
kalimat yang biasa dipergunakan oleh makhluk, tetapi makhluk takkan sanggup
menyusun, membuat seperti al-Quran, walaupun seperti surat yang
se-singkat-singkatnya sekalipun, demikian pendapat ar-Razi dari al-Mubarrid dan
al-Qurthubi, al-Farraa’, kemudian dibenarkan oleh az-Zamakhsyari dan diikuti
oleh Ibnu Taimiyah.
Az-Zamakhsyari berkata, "Dan sengaja semua huruf-huruf itu tidak
dijadikan satu, tetapi diulang dalam beberapa surat, supaya lebih kuat dan
hebat tantangannya, juga ada kalanya hanya satu huruf atau dua huruf, tiga
huruf, empat huruf dan lima huruf, sebagaimana kebiasaan susunan kata-kata
dalam bahasa Arab seperti: Nun haa mim, alif lam mini, alif lam mim shad, kaf
ha ya' ain shad.
Ibn Katsier berkata, "Karena itu setiap surat yang dimulai dengan
huruf- huruf lepas ini, maka langsung menyebut kelebihan, kebesaran keagungan
al-Quran, dan ini dapat dirasakan dan diketahui oleh orang yang benar-benar memperhatikan al quran yang tersebut
dalam dua puluh sembilan surat seperti: Alif laam mim Dzalikal kitabu laa raiba
fihi.
Alif lam mim tanzilulkitab. Alif lam mim shad, Kitabun
35
(ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ) (2). = Inilah kitab yang tiada mengandung keraguan
di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (2).
Kitab al-Quran ini tidak ragu bahwa ia benar-benar diturunkan oleh Allah. Tidak
ragu bahwa semua beritanya benar, tuntunannya benar, hukumnya adil dan
bijaksana, tidak ragu bahwa ia akan mencapai hajat tujuan hidup manusia dunia
dan akhirat. Seperti tersebut dalam ayat:
Katakanlah bahwa al-Quran ini bagi orang yang beriman (pcrcaya) menjadi
petunjuk dan penyembuh.
Dan kami telah menurunkan dalam al-Quran apa-apa yang mengandung obat
penyembuh dan rahmat bagi orang mukminin, dan tidak menambah apa-apa bagi orang
zalim kecuali rugi semata-mata.
Hai semua manusia, kini telah datang kepadamu nasihat (tuntunan) dari
Tuhanmu dan obat penyembuh dari berba-gai penyakit da!am dada, dan sebagai
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin (yang percaya).
36
Hudan berarti nur cahaya. Litmuttaqiin = Orang mukmin yang berhati-hati
dari syirik, menjauhi syirik dan melakukan taat. Demikian keterangan Ibnu
Abbas.
Al-Hasan al-Bashri berkata, "Takut dan menghindari apa yang diharamkan
Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Takwa kewaspadaan,
menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan. Athiyah as-Sa'di
mengatakan, Rasulullah saw. bersabda:
Seorang hamba tidak dapat mencapai Mutaqqin (derajat takwa), sehingga meninggalkan
apa yang tidak berdosa semata-mata karena khawatir terjerumus dalam dosa. (HR.
at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Hasan Gharib).
Kewaspadaan. ini ialah sebagaimana ketika Umar bin al-Khatthab r.a.
bertanya kepada Ubay bin Ka'ab tentang takwa. Jawab Ubay, "Apakah anda
tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?" Jawab Umar,
"Ya." Pertanyaan, "Lalu anda berbuat apa?" Jawab Umar,
"Saya sangat waspada dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri
itu." Ubay berkata, "Itulah contoh takwa (kewaspadaan dengan
kecermatan)."
Ibnul Mu'tazz berkata, "Khali dzunuba shaghiraha waka-biraha. Dzaa kat
tuqa. Wash-na' kamaa syin fauga. Ardhisy-syauki yah dzaru maa yara. Laa
tahqiranna shaghiratan, innal jibala minalhasha, artinya: "Tinggalkan
semua dosa yang kecil maupun yang besar, itulah takwa. Dan berbuatlah seperti
orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada dari apa yang
dilihatnya. Jangan meremehkan dosa kecil, ingatlah gunung yang besar tersusun
dari batu-batu yang kecil (kerikil).
Abu Umamah r.a. mengatakan, Rasulullah saw. bersabda:
37
Seorang tidak pernah mendapat keuntungan setelah ia bertakwa kepada Allah
yang lebih baik daripada mendapat istri shalihah, yaitu jika dilihat
menyenangkan, jika disuruh taat, dan jika disumpah menepatinya, jika ditinggal
menjaga dirinya dan hartanya. (HR. Ibnu Majah).
(الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ) = Orang
muttaqin ialah, mereka yang percaya pada ajaran yang gaib tidak dapat dicapai
oleh panca indera dan menegakkan salat, dan dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, mereka membelanjakan (mendermakan). (3).
Iman ialah percaya yang dilengkapi dengan rasa takut, lalu beramal. Sifat
pertama dari orang-orang muttaqin. Beriman, percaya pada segala berita dan
ajaran yang gaib, percaya ada-nya Allah, malaikat, Kitab Allah dan utusan
Allah, Hari Kern udi an, Akhirat, surga dan neraka.
Iman tidak cukup dengan hati harus diucapkan, tidak cukup diucapkan, harus
diamalkan, dan iman dapat bertambah dan berkurang. Dan rasa takut kepada Allah
termasuk intisari iman.
Abdurrahman bin Yazid berkata, "Ketika kami duduk di majelis Abdullah
bin Mas'ud r.a. kami membicarakan sahabat Nabi saw. dan kelebihan mereka dari
kami, lalu Abdullah bin Mas'ud berkata, 'Ajaran Nabi Muhammad saw. jelas bagi
orang yang melihat dan bertemu padanya. Demi Allah yang tiada Tun an
lain-Nya tiada seorang beriman yang lebih utama
38
(afdhal) dari pa da beriman dengan gaib, lalu Abdullah bin Mas'ud
membacakan, alif laam miim dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudan Hlmuttaqiin
hingga almufiihuun".
Ibn Muhairiz berkata kepada Abu Jum'ah, "Ceriterakan kepada kami apa
yang telah kamu dengar dari Rasulullah saw!" Jawab Abu Jum'ah,
"Baiklah akan aku ceriterakan kepadamu hadis yang baik, yaitu, Kami makan
siang bersama Nabi saw. dan bersama kami juga Abu Ubaidah bin at-Jarrah. Lalu
dia bertanya, 'Ya Rasulullah apakah ada orang yang lebih baik dari pada kami,
padahal kami telah Islam dan berjuang bersama-mu?' Jawab, Nabi saw., "Ya,
yaitu kaum (orang-orang) yang akan datang sesudahmu, mereka percaya kepadaku
padahal mereka tidak melihat (bertemu) dengan ku". (HR. Ahmad).
Salih bin Jubair berkata, Abu Jum'ah al-Anshari r.a. sahabat Nabi saw.
datang untuk sembahyang di Baitil Maqdis, sedang bersama kami Rajaa bin Hayaat
r.a. Kemudian ia akan kembali, kami mengantarkannya. Lalu ia berkata, 'Kalian berhak
menerima jaizah (hadiah). Aku akan ceriterakan kepadamu hadis yang aku dengar
dari Rasulullah saw. Kami berkata, Sila-kan. semoga Allah memberi rahmat
kepadamu. Kemudian ia berkata, 'Ketika kami bersama Rasulullah saw. 'dan Mu'adz
bin Jabal orang yang kesepuluh di antara kami, kami bertanya, Ya Rasulullah,
apakah ada kaum yang lebih besar pahalanya dari kami, kami telah percaya kepada
Allah dan taat kepadamu?" Jawab Nabi saw., "Apakah yang dapat menghalangi
kamu untuk beriman sedang Rasulullah di sisimu dan wahyu masih tu-run dari
langit di tengah-tengah kamu, tetapi ada kaum yang akan datang sesudahmu,
mereka hanya percaya pada kitab (buku yang dibendel, lalu percaya dan
mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, mereka lebih afdhal (utama)
dari kalian, mereka lebih afdhal daripada kamu, mereka lebih besar pahalanya
daripada kamu". (HR. Abu Bakar bin Mardawaih).
Wa yuqiimuunas shalaata = Menegakkan salat. Ibnu Abbas berkata,
"Iqamatus shalat yaitu menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan dan
khusyuk."
Qatadah berkata, "Menjaga waktunya, wudunya dan rukuk,
sujudnya."
Salat dalam arti bahasa yakni berdoa. Tetapi dalam istilah agama, berarti
beberapa bacaan dan gerak perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dengan syarat-syarat yang tertentu.
39
Wa mimma razaqnaahum yunfiquun. Ibnu Abbas berkata, "Zakat
harta." Ibnu Mas'ud berkata, "Belanja untuk keluarga. Dan itu sebelum
diwajibkan berzakat."
Qatadah berkata, "Belanjakan apa yang diberikan Allah kepadamu, sebab
harta keKayaan hanya titipan sementara pada-mu, dan tidak lama akan
terpisah."
Seringkali Allah menggandeng (membarengkan) perintah salat dengan zakat
atau infak, sebab salat ibadat yang meliputi tauhid, pujian dan doa serta menyerah
diri pada Allah, sedang infak berupa uluran tangan dan budi kepada sesama
manusia, yakni amal kebaikan yang menjalar dan berguna bagi makhluk, karena itu
yang utama kepada keluarga, kerabat, buruh kemu-dian yang lain-lainnya.
Infak di sini meliputi semuanya yang wajib maupun yang sunat.
(وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن
قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ) (4) = Dan mereka yang beriman (percaya) pada apa yang diturunkan kepadamu
dan apa yang diturunkan sebelummu dan terhadap akhirat mereka yakin benar.
(4).
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Mereka yang percaya pada apa yang diturunkan
Allah kepadamu daripada wahyu, juga percaya pada apa yang diturunkan Allah pada
Rasul-rasul yang sebelummu, dan kepada akhirat mereka yakin, terhadap bangkit
sesudah mati, kiamat, surga, neraka, hisab dan mizan timbangan amal."
Ibn Jarir menerangkan tiga pendapat ulama tafsir mengenai tujuan ayat tiga
dan empat ini:
1. Kedua ayat ini sama-sama ditujukan kepada semua orang mukmin dari bangsa
Arab maupun ahli kitab.
2. Keduanya sama tertuju kepada orang mukmin dari ahli kitab saja.
3. Ayat ketiga untuk orang mukmin dari bangsa Arab, sedang yang keempat
tertuju kepada orang mukmin ahlil kitab.
Bersamaan dengan ayat 199 surat All Imran:
40
Sesungguhnya ada di antara orang ahli kitab yang pereaya (beriman) pada Allah dan apa yang diturunkan kepadamu, dan
apa yang diturunkan kepada mereka, mereka khusyuk, tunduk, taat kepada Allah.
Dan surat al-Qashash ayat 52, 53, 54 yang berbunyi:
Mereka yang telah Kami turuni kitab sebelum al-Quran ini, mereka juga telah
beriman. Dan bila dibacakan kepada mereka al-Quran mereka berkata, "Kami
telah beriman dengan al-Quran ini, sungguh itu hak dan benar dari Tuhan kami,
sungguh kami dan sebelum turunnya al-Quran telah Islam. Mereka yang sedemikian akan
diberi pahala lipat dua kali karena kcsabaran mereka. (al-Qashash 52, 53, 64).
Abu Musa r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tiga macam orang
yang akan diberi pahala mereka lipat dua kali: 1. Seorang ahlil kitab yang
telah beriman kepada Na-
41
binya, kemudian beriman kepadaku; 2. Seorang hamba sahaya yang menunaikan
kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap majikannya; 3. Seorang yang
mendidik hambanya (wanita) dengan baik, kemudian dimerdekakan dan dikawininya.
(HR. Bukhari, Muslim).
Mujahid berkata, "Allah telah menyebut dalam permulaan surat al-Baqarah
sifat orang mukmin dalam empat ayat, dan sifat orang kafir dalam dua ayat. Dan
tiga belas ayat sifat orang muriafik.
Maka tiap orang mukmin harus bersifat dengan semua sifat yang tersebut
dalam ayat-ayat itu, sehingga tidak sah iman jika hanya bersifat dengan satu
tanpa yang lain, maka harus beriman bilghaib dan mendirikan salat, dan
berzakat dan percaya pada apa yang diturunkan, diajarkan oleh Rasulullah saw.
dan apa yang diajarkan oleh Nabi-nabi yang sebelumnya, serta yakin terhadap
akhirat sebagaimana firman Allah dalam ayat 136 an-Nisa:
Hai orang-orang yang beriman, percayalah kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya juga kitab yang diturunkan sebelumnya. (an-Nisa
136). Dan ayat 46 al-Ankabut:
Katakanlah, "Kami beriman (percaya) kepada apa yang diturunkan pada
kami dan apa yang diturunkan kepada kamu, Tuhan kami dan Tuhanmu hanya satu. (al-Ankabut 46).
42
Di dalam hadis sahih Nabi saw. bersabda:
Jika orang-orang ahlil kitab berceritera kepadamu, maka jangan kamu
dustakan dan jangan kamu percaya, tetapi kamu katakan; Kami percaya pada apa
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.
Rasulullah telah percaya pada apa yang diturunkan Tuhan kepadanya, juga
orang-orang mukminin, masing-masing percaya pada Allah, Malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya, kami tidak membeda-bedakan antara seorang
pun dan Rasul-rasuI-Nya. (al-Baqarah 285).
(أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ) (5) = Mereka yang mendapat
hidayat dan Tuhan mereka, dan mereka pula orang-orang. yang bahagia (untung). (5).
Mereka yang bersifat sebagaimana tersebut dalam ayat ke-dua dan ketiga,
merekalah yang mendapat petunjuk hidayat, nur dan penerangan dart Allah dan
merekalah yang akan bahagia dan untung di dunia dan akhirat.
Ibnu Abbas berkata, ketika orang-orang mengeluh kepada Nabi saw., 'Ya
Rasulullah, kami membaca alQ-uran, maka timbul harapan. Tetapi ada kalanya kami
membaca al-Quran, lalu timbul rasa patah harapan.' Jawab Nabi saw.,
"Sukakah aku beritakan kepadamu ahli surga dan ahli neraka?" Jawab
saha-
43
bat, 'Baiklah ya Rasulullah.' Lalu Nabi saw. membaca, "Alif laam miim,
Dzaalikalkitaabu laa raiba fiihi sampai Almuflihuun ayat kelima, mereka ini
ahli surga". Sahabat berkata, 'Kami mengharap semoga termasuk golongan
mereka itu.' Kemudian Nabi saw. membaca ayat keenam: Innal ladznna kafaru
sa-waa'un alaihim hingga adhiim (ayat keenam ketujuh), mereka ini ahli neraka".
Sahabat berkata, 'Kami bukan golongan mereka ini ya Rasulullah. Jawab Nabi
saw., "Benar". (HR. Abi Hatim).
(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ
تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ) (6) =
Sesunggtihnya mereka yang kafir, sama saja terhadap mereka engkau peringatkan
atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman. (6).
Kafaru berarti tertutup dari kebenaran oleh kepentingan mereka, sehingga
karena kepentingan maka tidak menghirau-kan kebenaran tuntunan Allah, tidak
menaati ajaran Allah dan Rasulutlah saw. merasa jika menurut ajaran Allah dan
Rasulullah tidak akan tercapai kepuasan nafsunya.
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Tadinya Rasulullah saw. berhasrat
sungguh-sungguh supaya semua orang mendapat hidayat dan mengikutinya, maka diberitahu
oleh Allah, bahwa manusia takkan beriman, kecuali yang tercatat bahagia dalam
Lauh Mahfudh, demikian pula takkan tersesat kecuali yang tercatat sial dalam
Lauh Mahfudh, tersebut dalam ayat 96-97 surat Yunus:
(إِنَّ الَّذِينَ
حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ) 96. (وَلَوْ
جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ) 97
Sesungguhnya mereka yang selayaknya menerima siksa Tuhan tidak akan
beriman. Meskipun telah sampai kepada mereka segala bukti tuntunan sehingga
melihat dengan nyata siksa yang sangat pedih. (Yunus 96 - 97).
44
Di lain ayat. Fa innama alaikal balaaghu wa alainal hisab = Sesungguhnya
kewajibanmu hanya menyampaikan dan Kami yang akan mengadakan hisab perhitungan.
Maka siapa yang tercatat di sisi Allah, celaka maka takkan ada yang dapat
menolongnya, memperbaikinya atau menasihati-nya, karena itu engkau jangan sedih
memikirkan mereka dan jangan hiraukan terhadap mereka yang tidak suka menerima
ajaranmu.
(خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ
أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ) (7) = Allah telah menutup hati mereka, dan tetinga mereka,
sedang mata mereka kabur, dan untuk mereka siksa yang berat. (7).
Karena dikuasai, dipengaruhi oleh setan sehingga penuh dengan dosa dan
pelanggaran maka akhirnya tertutup hati oleh banyaknya dosa sebagaimana firman
Allah, "Wa aha that bihi khathi'atuhu = Dosa-dosanya telah meliputinya
(menutupinya).
Sebagian ulama tafsir mengatakan, Khatamallahu alaaquluubihim. Dalam ayat
ini, Allah memberitahukan tentang kesombongan mereka sehingga mengabaikan hak
dan enggan mendengarkan ajaran tuntunan yang baik.
Dan Allah telah menutup hati mereka sebagai alasan yang setimpal sesuai
dengan merajalela mereka dalam kebatilan dan menolak hak, sebagaimana tersebut
di lain ayat: Bal thaba Al-lahu alaiha bikufri Him = Bahkan Allah telah menutup
hati mereka karena kekafiran mereka.
Hudzaifah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda:
45
Ujian fitnah itu selalu ditawarkan ke dalam hati manusia, satu persatu
bagaikan daun tikar sehelai-helai, maka yang mana yang termakan oleh hati itu bertitik
hitam di dalamnya, dan tiap hati yang menolaknya bertitik putih, sehingga ada
dua bentuk hati, yang putih bagaikan marmar yang putih, yang tidak terpengaruh
oleh fitnah yang bagai-manapun juga adanya selama adanya langit dan bumi,
sedang yang kedua hitam kelam bagaikan dandang (periuk untuk menanak nasi) yang
terbalik tidak mengenal ma'ruf dan tidak menolak mungkar.
Abu Hurairah r.a. mengatakan, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
seorang mukmin jika berbuat dosa berbintik hitam dalam hatinya, kemudian jika
ia tobat dan menghentikan dosa itu, kembali bersih mengkilat hatinya, tetapi
bila ia menambahnya, maka bertambah bintik hitamnya sehingga menutupi hatinya,
maka itulah yang bernama Arraan yang tersebut dalam ayat: Kallaa bal raana alaa
quluubihim maa kaanu ygksibun = Tidak demikian tetapi telah kotor (keruh) hati
mereka karena perbuatan mereka sendiri. (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu
Majah).
46
Dalam hadis dan ayat ini nyata Allah menyatakan bahwa dosa itu jika terus
menerus diperbuat dapat menutup hati dan jika telah diliputi oleh dosa yang
demikian Allah menutupnya, sehingga tidak ada jalan untuk beriman dan tidak
dapat terlepas dari kekafirannya. Maka itulah yang disebut Khatama Allah alaa quluubihim
wa alan sam'ihim.
(وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ) (8)- Dan
sebagian dari manusia ada yang berkata, "Kami beriman pada Allah dan hari
kemudian (akhirat)", padahal mereka tidak beriman. (8).
(يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا
أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ) (9) = Mereka akan menipu Allah dan kaum mukminin, padahal mereka tiada
menipu kecuali dirinya sendiri, sedang mereka tidak merasa. (9).
Kemudian sesudah hijrah ke Madinah dan mulai terlihat kekuatan Islam
sesudah mencapai kemenangan dalam perang Badar, barulah ada orang-orang yang
berpura-pura Islam padahal hatinya masih tetap kafir seperti Abdullah bin Ubay
bin Salul tokoh Khazraj yang pernah akan dinobatkan sebagai Presiden di
Madinah, tetapi gagal karena tiba-tiba Nabi saw. datang di kota Madinah. Demikian pula kawan
setianya Abdullah bin Ubay.
Setelah Allah menyebut sifat orang mukminin, munafiqin dalam empat ayat
lalu orang-orang kafir dalam dua ayat, maka di sini Allah akan menyebut sifat
orang-orang munafik yang berusaha menunjukkan iman dan menyembunyikan kafir,
oleh karena keadaan mereka ini sangat berbahaya maka Allah me-
47
nyebutkan sifat mereka secara luas dalam berbagai macam cara siasat mereka
yang licin dan penakut itu, supaya orang Muslim menghindari sifat-sifat itu dan
juga waspada terhadap orang yang bersifat sedemikian, sebagaimana tersebut
dalam surat Bara'ah, al-Munafiqun, an-Nur, sengaja Allah menyebutkan sifat
orang munafik secara meluas supaya kaum mukminin jangan tertipu oleh siasat dan
perangkap mereka. Mereka dengan perbuatan nifaknya seakan-akan menipu Allah dan
kaum mukminin, padahal akibat bahaya nifak itu hanya akan menimpa diri mereka
sendiri, sedang mereka tidak merasa dan mengerti yang demikian itu.
(فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ) (10) = Di dalam hati mereka ada penyakit ragt, maka Allah menambah
penyakit mereka. Dan bagi mereka siksa yang pedih karena mcreka berdusta. (10)
Yakdzibuun; berdusta dalam ucapan syahadatnya dan kata imannya.
Yukhadz-dzibuun herarti mendustakan segala berita yang gaib, ajaran yang dibawa
oleh Nabi saw.
Dalam surat Bara'ah (at-Taubah) ayat 124 - 125 disebutkan:
(وَإِذَا مَا
أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا
ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ) 124. (وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ
رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ) 125.
Adapun orang-orang yang beriman maka bertambahlah iman mereka dan mereka
selalu gembira (selalu mendapat kabar gembira). (124). Adapun orang yang dalam
hati mereka ragu (munafik) maka akan bertambah keruh (sesat bahaya) di samping
kekeruhan yang telah ada pada mereka. (125).
Memang demikian jika ia dari semula telah beriman maka
48
tiap ajaran wahyu yang baru akan menambah imannya, sebalik-nya jika ia dari
semula ragu, sesat maka tiap ayat surat yang turun akan menambah keraguan dan
kejengkelan dan kekeruhan pikiran serta kesesatannya.
Al-Qurtubhi ketika ditanya tentang hikmat mengapa Nabi saw. tidak membunuh
mereka padahal ia mengetahui keadaan mereka, maka jawabnya adalah sebagaimana
yang tersebut di dalam sahih Bukhari, Muslim: Rasulullah saw. berkata kepada
Umar r.a., "Saya tidak suka orang-orang menyiarkan bahwa Muhammad membunuh
kawan-kawannya".
Khawatir kalau-katau orang-orang Arab yang tidak mengetahui sebab
pembunuhan itu, mungkin mundur dan takut masuk Islam.
Imam Malik berkata, "Rasulullah saw. tidak membunuh orang munafik untuk
menjelaskan pada umatnya bahwa seorang hakim tidak boleh menghukum menurut
pengetahuannya sendiri."
Imam Syafii berkata, "Yang menahan Nabi saw. untuk tidak membunuh
orang-orang munafik padahal ia mengetahui keadaan mereka, karena mereka telah
menunjukkan apa yang dapat menahan (memetihara) darah dan harta mereka, sebagai
tersebut dalam hadis sahih."
Aku diperintah memerangi orang-orang sehingga mereka mengucap, "Laa
ilaha illallah", maka bila mereka telah mengucapkannya terpelihara dari
padaku darah dan harta mereka kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka
terserah kepada Allah Azza wa Jalla. (Bukhari, Muslim).
Allah menyebut keadaan orang munafik di Masyhar, dalam surat al-Hadid ayat
14:
49
(يُنَادُونَهُمْ
أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ
وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَاءَ أَمْرُ
اللَّهِ وَغَرَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ)
Mereka berseru, kepada kaum mukminin: Tidakkah kami tadi bersama kamu?
Dijawab: "Benar, tetapi kamu telah
merusak (membinasakan) dirimu, dan menanti-nanti (kebinasaan kami), dan kamu ragu, dan
kamu tertipu oleh angan-angan sehingga tiba apa yang dikehendaki oleh Alalh
(putusan Allah). (al-Hadid 14).
(وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا
نَحْنُ مُصْلِحُونَ) (11). (أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ)
(12). (Jika dikatakan kepada mereka: "Kamu jangan menisak di atas
bumi". Jawab mereka: "Sesungguhnya kami memperbaiki". (11).
Ingatlah itulah yang menisak, tetpai mereka tidak merasa. (12).
Laa tufsidu fil ardhi: "Jangan berbuat maksiat di atas bumi, sebab
kebaikan bumi ini hanya tercapai dengau taat maka tiap perbuatan maksiat atau
anjuran untuk berbuat maksiat maka itu berarti menisak, mengacau.
Ibn Jarir berkata: "Orang munafik menrusak di atas bumi karena maksiat
dan pelanggaran mereka terhadap larangan Allah serta mengabaikan perintah
Allah dan ragu terhadap ajaran agama yang mengharuskan percaya dan yakin, juga
mereka membantu pada orang-orang yang mendustakan ajaran Allah dan Rasulullah
saw. Dan orang-orang munafik itu selalu merasa bahwa perbuatan kejahatan mereka
itu sebagai perbaikan dan kebaikan".
Innamaa nahnu mush-lihuun: "Sesungguhnya kami hanya memperbaiki antara
kedua golongan kafir dengan mukmin, dan kami dapat berdamai dan baik dengan
keduanya. Ingatlah justru usaha untuk mencampur aduk antara iman dengan kufur
itulah pengnisakan dan pengacaubalauan, hanya karena kebodohan mereka maka
mereka tidak mengetahui dan tidak dapat merasakan".
50
(وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ) (13).
Jika dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagai-mana imannya
orang-orang yang taat." Maka jawab mereka, "Apakah akan disuruh
beriman seperti orang-orang yang bo-doh-bodoh?" Ingatlah mereka itulah
yang bodoh, tetapi tidak menyadari kebodohannya. (13).
Orang munafik selalu merasa lebih bijaksana atau modern, sebab mereka tidak
mempunyai keyakinan dan selalu ragu, karena itu mereka menganggap tiap orang
yang percaya dan yakin itu bodoh, tidak maju pikirannya. Padahal keraguan
mereka terhadap ajaran Allah dan Rasulullah saw. itulah kebodohan dan kesesatan
yang jelas, tetapi mereka tidak mengetahui, tidak merasa, tidak sadar terhadap
kesesatan dan kebodohan yang mencolok itu. Orang sekarang mengatakan orang yang
taat patuh pada tuntunan Allah tanpa ragu itu dengan istilah kolot, tidak
maju, kurang modern.
Safih jamaknya suffahaa ialah orang bodoh yang lemah pikiran dan tidak
dapat membedakan antara baik dengan buruk, yang berguna dengan yang berbahaya.
(وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ
شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ) (14), (اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ
وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ) (15). = Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang mukmin mereka berkata,
"Kami juga beriman seperti kamu. " Dan jika mereka
51
kembali menyendiri dengan setan-setan (tokoh, pemimpin) mereka berkata,
"Kami tetap setia kepadamu, kami hanya mempermainkan orang mukmin." (14). Allah akan
membalas ejekan mereka, dan membiarkan mereka dalam kesesatan mereka bingung.
(15).
Jika bertemu dengan kaum mukminin mereka berpura-pura beriman, tetapi jika
mereka telah kembali kepada pemimpin, tokoh mereka, mereka mehyatakan tetap
setia, tetap sependirian dengan mereka, dan mereka hanya akan mempermainkan
orang mukmin.
Fii thugh yanihim ya'mahuun = Dalam kesesatan mereka buta bingung, tidak
mendapatkan jalan untuk keluar, sebab Allah telah menutup hati, telinga dan
mata penglihatan kabur, mereka tetap tidak mendapat petunjuk.
(أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت
تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ) (16) = Mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk hidayat maka tidak
untung (laba) perdagangan mereka, dan mereka tidak mendapat hidayat (petunjuk).
(16).
Isytarau = Mengambil, memilih, mengutamakan kesesatan daripada petunjuk
ajaran Allah dan Rasulullah saw.
Mereka telah keluar dari petunjuk hidayat menuju kepada kesesatan, dari
jama'atul muslimin kepada perpecahan, daripada keamanan kepada ketakutan,
daripada sunnaturrasul kepada bid'ah yang berlawanan dengan ajaran Rasulullah
saw.
Yang demikian itu karena mereka telah beriman kemudian kafir, maka
tertutuplah hati mereka.
52
(مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا
فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي
ظُلُمَاتٍ لَّا يُبْصِرُونَ)(17).
(صُمٌّ
بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ) (18) = Contoh perumpamaan mereka bagaikan seorang yang menyalakan
api, maka keti-ka telah terang apa yang di sekitarnya, tiba-tiba Allah
me-madamkan cahaya penerangan mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan
tidak melihat apa-apa. (17). Mereka pekak, bisu dan buta, maka mereka takkan dapat kembali kepada
kebenaran. (18).
Contoh perumpamaan ini diumpamakan ketika mereka telah memilih kesesatan
sesudah ia mertgenal petunjuk hidayat, sehingga menjadi buta setelah ia
melihat, bagaikan orang yang menyalakan api, maka ketika terang, apa yang ada
di sekitarnya tampak dengan nyata, dan dapat mempergunakan apa yang dapat
dilihat di kanan-kirinya. Tiba-tiba padamlah api, dan ber-ada dalam getap
gulita, sehingga tidak dapat melihat apa-apa, bahkan ia menjadi pekak, bisu.
Andaikan ada penerangan lagi, sudah tidak dapat melihat lagi, karena itu ia
tidak mungkin da-pat kembali sebagaimana sediakala ketika masih beriman. Ayat
ini menunjukkan bahwa mereka tadinya beriman kemudian ingkar dan kafir.
Ar-Razi berkata, "Contoh perumpamaan ini sangat tepat, sebub mereka
pada mulanya mendapat nur iman, kemudian di-batalkan dengan keraguan nifaknya
sehingga menjadi bingung karena kehilangan pegangan agama."
(ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ) = Allah memadamkan cahayanya yang sangat berguna bagi mereka
dan tinggal tetap panas dan asap api itu yang akan mencemaskan mereka daiam
suasana ge-lap, panas dan sesak napas dengan asapnya.
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat berkata, "Sesungguhnya
ada beberapa orang ketika Nabi saw. baru hijrah ke Madinah yang masuk Islam,
kemudian mereka menjadi munafik meragukan ajaran tuntunan Islam, sehingga
tadinya ia mengenal halal, haram, baik dan buruk, kemudian karena ragu maka
kembali dalam kegelapan bingung.
53
(أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ
يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ
وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ) (19). (يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ
لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ
لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ) (20). = Atau bagai-kan hujan
yang turun dari langit, diliputi dengan gelap, petir dan kilat, mereka meletakkan
jari-jarinya dalam telinga, karena kerasnya suara haiilintar, khawatir mati.
Dan Allah tetap mengurung orang-orang kafir. (19). Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka, tiap mereka mendapat penerangan berjalan di
dalamnya, dan bila telah gelap kembali mereka berdiri/berhenti, andaikan Allah
herkehendak niscaya menghapus/melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka,
sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha kuasa. (20).
Di dalam ayat ini Allah mengumpamakan ajaran Islam dengan turunnya
al-Quran, bagaikan air hujan yang turun dari langit, yakni hajat jiwa manusia
kepada al-Quran sama dengan hajat jasmani manusia kepada hujan sedang kegelapan
yang meliputi hati (jiwa) manusia ialah kufur (ingkar) ragu dan nifak. Di dalam
al-Quran cukup dijelaskan kesemuanya itu, ada kalanya disertai ancaman terhadap
orang kafir atau munafik, dan ada kalanya berupa panggilan supaya segera
bertobat kembali kepada tuntunan ajaran Allah untuk diampuni dan diberi rahmat.
Ada kalanya penerangan hak yang dibawakan al-Quran menerangi hati mereka
sehingga mereka ikutinya, tetapi kemudian oleh kepentingan tiba-tiba mereka
ragu dan bingung, sebab hati mereka menjadi gelap dan terpaksa mereka berhenti.
Yakni jika mereka melthat kemenangan Islam, merasa tenang dan senang,
tetapi sebatiknya bila melihat musibah menimpa pada Islam mereka bingung antara
tetap mengikuti atau melepaskan diri dari Islam sebagaimana firman Allah dalam
ayat 11 surat al-Hajj.
(وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ
اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ)
Sebagjan dari manusia ada yang menyembah Allah (taat pada Allah) dengan
ragu, maka jika mendapat keuntungan ia tenang dalam agama tetapi jika ditimpa
ujian balak berbalik muka. Dia rugi dunia dan akhirat, itulah kerugian yang
nyata. (11).
Tetapi orang munafik menutup telinganya dengan semua jari-jarinya takut
mati, demikian Allah memberi contoh sifat munafik, ragu terhadap ajaran Allah
sehingga ia mengira ajaran tuntunan Allah berbahaya terhadap dirinya dan ia
mengira jika menurut tuntunan hidayat petunjuk Allah akan binasa dan mati.
Adapun penerangan al-Quran cukup terang dan gamblang sehingga hampir
menyambar penglihatan pandangan mereka, hampir mempengaruhi mereka, sehingga
jika terlihat terang mengikuti terpaksa mengikutinya, tetapi jika kembali
menjadi gelap mereka bingung hilang akal terpaksa berdiri tegak, tidak tahu ke
mana harus pergi dan bagaimana harus berbuat sebab ia tidak tetap beriman
percaya kepada Allah dan Rasulullah saw.
Abu Said r.a. mengatakan, bahwa Rasulullah saw. Bersabda
Hati manusia ada empat, 1. Hati yang bersih di dalamnya terang bagaikan
lampu, 2. Hati yang tertutup dan terikat tutupnya, 3. Hati yang tengkurap, 4.
Hati yang berlapis-lapis. Adapun hati yang bersih maka itu adalah hati orang
mukmin, lampunya ialah nur imannya. Adapun hati yang tertutup adalah hati orang
kafir. Adapun hati yang tengkurap adalah hati orang munafik yang asal ia
mengetahui kemudian mungkir. Adapun hati yang berlapis, maka hati yang ada iman
dan nifak, perumpamaan iman di dalamnya bagaikan biji yang disirami air yang
baik dan contoh nifak bagaikan luka yang mengeluarkan darah dan nanah, maka
benda yang mana lebih banyak (kuat mengalahkan yang lain).
(يَوْمَ تَرَى
الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِم بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ)
Dalam surat al-Hadid ayat 12, Allah berfirman yang arti-nya, "Pada
hari kiamat kelak anda akan dapat melihat orang mukmin laki dan wanita diliputi
oleh cahaya penerangan dari depan dan kanan mereka dan mereka disambut dengan
ucapan, 'Bergembiralah kalian hari ini, mendapat surga yang di bawahnya
mengalir sungais-ungai, kekal di dalamnya dan itulah keuntungan yang
besar".
56
Pada hari kiamat kelak orang munafik laki dan wanita akan berkata kepada
orang-orang mukmin, "Lihatlah kami dapat mengambil penerangan dari cahaya
nurmu." Kemudian mereka diperintah, "Kembalilah ke belakangmu
untuk mencari nur cahaya," Kemudian ditutup dt antara keduanya desigan
din-ding yang di dalamnya berisi rahmat, sedang yang di luarnya siksa. (13). Kemudian mereka
berseru dari luar, "Tidakkah kami tadi bersama kamu?" Dijawab oleh
orang-orang mukmin, "Benar tetapi kalian telah merusak dirimu sendiri dan
menanti-nanti kegagalan kami dan ragu terhadap ajaran agama kami, dan kalian telah
tertipu oleh angan-angan (kepentingan) sehingga tiba ketentuan takdir Allah,
dan kalian tertipu oleh kemurahan Allah sehingga mempermainkan agama Allah.
(14).
Maka kesimpulan dari semua ayat-ayat yang telah tersebut bahwa kaum
mukminin terbagi dua, muqarrabin dan abrar. Orang kafir juga dua pimpinan dan
pengikut. Orang munafik juga dua yang seratus persen dan yang ada sebagian dari
nifak.
Setelah semua keterangan itu maka kini ayat berupa pang-gilan Allah kepada
semua manusia, 21 - 22:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (21). (الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا
لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ) (22). = Wahai semua manusia sembahlah Tuhanmu, yang
menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelummu, semoga kamu
bertakwa. (21).
57
Tuhan yang menjadikan untukmu bumi ini sebagai hamparan dan langit sebagai
atap, dan menurunkan air dari langit, maka menumbuhkan dengan air itu berbagai
macam buah-buahan sebagai makananmu (rezekimu), maka kalian jangan mengadakan
sekutu (bandingan) bagi Allah jika kamu mengetahui. (22).
Dalam kedua ayat ini Allah menunjukkan kepada semua manusia sifat Tuhan
yang sesungguhnya yaitu yang mencipta dan menjadikan semua makhluk dan terutama
diri manusia sendiri dan bapak ibunya, nenek moyangnya, dijadikan dan tidak ada
sehingga berwujud (ada). Inilah alat pertama untuk mencapai iman dan takwa,
bila mengenal Allah sebagai pencipta dirinya dan semua manusia yang ada di
kanan-kirinya setelah itu dilanjutkan ajaran Allah untuk memperhatikan alam
sekitarnya bumi sebagai hamparan tempat berpijak, berdiri, duduk dan tidur, dan
langit sebagai atapnya, lalu menurunkan air hujan dari langit dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan untuk makanan manusia maupun ternak. Dengan ini nyata
bahwa Allah itu pencipta yang menjadikan, yang memiliki, yang memberi makan dan
minum (rezeki).
Jika kalian telah mengetahui sedemikian maka jangan mempersekutukanNya
dengan sesuatu apa pun, jangan membanding-bandingkan-Nya dengan apa pun.
Ibnu Mas'ud r.a. bertanya, Ya Rasulullah, apakah dosa yang terbesar di sisi
Allah? Jawab Nabi saw., "Jika anda mengadakan sekutu bagi Allah, padahal
Allah yang menjadikan anda". (Bukhari, Muslim).
Mu'adz bin Jaba) r.a. ditanya oleh Nabi saw., "Tahukah anda, apakah
hak Allah yang diwajibkan atas hamba-hamba-Nya?" Jawab Mu'adz, 'Allah dan
Rasulullah yang lebih mengetahui'. Maka sabda Nabi saw., "Supaya manusia
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apa pun".
(Bukhari, Muslim).
Ibnu Abbas r.a. mengatakan, bahwa ada orang berkata kepada Nabi saw., 'Maa
sya Allahu wa syi'ta = Sekehendak Allah dan kehendakmu'. Maka Nabi saw.
bersabda kepadanya, "Apakah anda akan menjadikan aku sekutu bagi
Allah". (HR. Ibnu Mardawaih, an-Nasa'i, Ibnu Majah).
Rasulullah saw. juga bersabda, "Jangan ada seseorang mengatakan, 'Maa
sya Allah wa sya'a Fulan' = Sekehendak Allah dan kehendak Fulan, tetapi harus
mengatakan, 'Maa sya Allah tsumma sya'a Fulan' = Sekehendak Allah kemudian
kehendak Fulan".
58
Semua tuntunan itu, ini semata-mata untuk menjaga kemurnian tauhid, jangan
sampai merasa ada sesuatu lain Allah yang dapat membantu atau menolongnya
terlepas dari kehendak Allah.
Firman Allah, "Wamaa tasyaa'uuna ilia an yasya'AIlah in-nallaha kaana
alieman hakiema - Dan tiadalah sekehendakmu kecuali apa yang dikehendaki Allah,
sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Bijaksana". (al-Insan 30).
'Sebab arti syirik ialah mempersekutukan Allah dalam kekuasaanNya dalam
Dzat Sifat dan AfalNya.
Harus benar-benar dalam pernyataannya lyyaka na'budu dan lyyaka nasta'in -
Hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku minta bantuan,
pertolongan dalam segala. urusan hidup hingga matiku.
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Jangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apa pun, sedang kalian mengetahui bahwa Tuhan yang menjadikan, memelihara,
menjamin rezekimu, hanya Allah, sedang segala sesuatu selain Allah tidak
berguna dan tidak merugikan kalian, juga kalian mengetahui bahwa ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. itu benar, tiada ragu."
AI-Andad ialah syirik, dan syirik itu lebih halus (samar) dari jalannya
semut hitam di atas batu hitam di dalam gelap malam, contohnya, "Demi
kehidupanmu Fulan, atau demi kehidupanku atau andaikata tiada angsa pasti telah
kemasukan pencuri atau karena kehendak Allah dan kehendakmu (pertolonganmu) semua
itu syirik, demikian keterangan Ibnu Abbas r.a."
Sedang kalian telah mengetahui bahwa Tuhan itu hanya satu Allah tiada lain
sebagaimana tersebut dalam Taurat dan Injil
AI-Harits al-Asy'ari r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah SWT. menyuruh Yahya bin Zakariya a.s. supaya
mengerjakan lima macam dan menyuruh Bani Israil melaksanakannya tetapi kemudian
ia lambat menyampaikannya kepada Bani Israil sehingga ditegur oleh Isa a.s.,
"Sungguh Allah telah menyuruhmu melaksanakan lima macam dan menyuruh Bani
Israil supaya melaksanakannya jika anda tidak dapat menyampaikannya, maka aku
akan menyampaikannya". Jawab Yahya, "Hai saudaraku, saya khawatir
jika anda yang menyampaikannya saya akan disiksa atau dibinasakannya."
59
Maka segera Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitul Makdis sehingga
memenuhi ruangan masjid, kemudian ia duduk di atas mimbar dan sesudah
mengucapkan puji syukur kepada Allah ia herkata. "Allah telah menyuruhku
melaksanakan lima macam dan kini saya anjurkan kepadamu untuk melaksanakannya:
1. Hendaknya kalian menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan
suatu apa pun, sebab contoh perumpamaannya bagaikan seorang yang membeli hamba
sahaya dengan hartanya sendiri yang berupa emas dan perak, tiba-tiba hamba itu
bekerja dan hasil pekerjaannya diberikan kepada orang lain, maka siapakah di
antara kalian yang suka bila hambanya sedemikian, sedang Allah yang menjadikan
dan memberi rezeki pada kamu, karena itu kamu menyembah kepadaNya dan jangan
mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun.
2. Dan menyuruh kalian mengerjakan salat (sembahyang), maka sesungguhnya
Allah menghadapi hambaNya langsung selama hamba itu tidak menoleh, karena itu
jika kalian salat maka jangan menoleh.
3. Dan menyuruh kalian berpuasa, perumpamaan puasa itu bagaikan orang yang
membawa pundi-pundi berisi misik (kasturi) di tengah-tengah rombongan yang
kesemuanya merasakan harumnya kasturi itu, sedang bau mulut orang yang berpuasa
lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi itu.
4. Dan menyuruh kalian bersedekah, maka perumpamaannya bagaikan orang yang
ditawan musuh kemudian diikat kedua tangannya ke lehernya lalu dimajukan untuk
dipenggal lehernya, lalu ia berkata kepada mereka, "Apakah kalian suka
jika aku menebus diriku dari padamu, lalu ia menebus dengan sedikit dan yang
banyak sehingga terbebas dirinya.
5. Dan menyuruh banyak berzikir kepada Allah, sedang perumpamaan itu
bagaikan seorang yang dikejar musuh dan selalu diikuti jejaknya, lalu ia masuk
ke dalam benteng yang sangat kukuh untuk berlindung di dalamnya, sesungguhnya
seorang hamba selama ia berzikir terlindung dari gangguan setan.
Rasulullah saw. bersabda, "Dan saya menyuruh kamu lima macam yang
diperintahkan Allah kepadaku; bersatu (berjamaah), mendengar dan taat pada
pimpinan, berhijrah dan jihad (fi sabilillah). Sesungguhnya siapa yang keluar
dari Jama'atul Muslimin walau hanya sejengkal berarti melepas ikatan Islam dari
lehernya kecuali jika kembali, dan siapa yang mengajak kembali kepada cara
jahiliyah maka ia termasuk penghuni jahanam". Sahabat bertanya, 'Ya Rasulullah
walaupun ia salat dan puasa?' Jawab Nabi saw., "Meskipun ia salat dan
puasa dan mengaku diri Muslim. Karena itu sebutlah kaum muslimm dengan nama
mereka menurut apa yang dinamakan oleh Allah SWT. yaitu al-MusIimin, al-Mukminin
dan Ibadullah". (Hadis Hasan Riwayat Ahmad).
Ayat ini menunjukkan dalil tauhid dalam ibadat kepada Allah yang Esa dan
tidak bersekutu.
Seorang Baduwi ketika ditanya, "Apakah yang menunjukkan adanya Allah
Ta'ala?" Jawabnya, 'Subhanallah jika ba'r (tai unta) menunjukkan adanya
unta, dan bekas kaki tanda adanya orang berjalan, maka langit yang berbintang,
bulan, matahari dan bumi yang bertetumbuhan dan laut yang bergelombang,
tidaklah semua itu cukup menjadi dalil adanya Dzaat ' Allah
yang Mahahalus dan Maha Mengetahui?"
Ar-Razi berkata, "Imam Malik ketika ditanya oleh Harun ar-Rasyid
tentang dalil adanya Allah. Maka ia menjawab dengan dalil perbedaan suara dan
bahasa, sebab lidah dan mulut bersamaan, tetapi suara dan bahasa menunjukkan
kekuasaan dan kebesaran Allah".
Abu Hanifah ketika ditanya oleh orang-orang zindiq tentang adanya Allah
menjawab, "Berilah aku kesempatan untuk memikirkan suatu berita yang
disampaikan kepadaku, yaitu ada sebuah perahu di laut yang penuh dengan muatan
dari berbagai barang dagangan, tetapi tidak ada kaptennya, jurumudinya, bahkan
tiada pengawalnya, tetapi berjalan lancar hilir mudik dan melalui gelombang
besar tanpa ada jurumudi dan nahkoda." Ketika Abu Hanifah berkata
demtkian, tiba-tiba orang-orang zindiq itu berkata kepadanya, "Itu berita
tidak masuk akal, bahkan orang yang memberitakan tidak berakal." Abu Hanifah berkata,
"Celaka kalian, masakan alam yang sedemikian indah dan rapinya, baik di
langit maupun di bumi, dari berbagai kejadian tidak ada penciptanya?" Maka
tercenganglah semua orang zindiq itu dan sadarlah mereka serta kembali percaya
adanya Allah, dan memperbarui Islam mereka di depan Abu Hanifah.
61
Asy-Syafii ketika ditanya dalil adanya Allah, jawabnya, "Perhatikan
daun arbei yang mempunyai satu rasa, jika dimakan oleh ulat mengeluarkan
sutera, dan dimakan lebah mengeluarkan madu, jika dimakan kambing atau lembu
keluarlah kotoran, jika dimakan rusa mengeluarkan misik kasturi. Tidakkah yang
demikian itu menunjukkan adanya Allah pencipta dari semua itu".
Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya dalil adanya Allah, menjawab,
"Ada suatu benteng yang kukuh, tiada berpintu atau lubang halus, luarnya
bagaikan perak, di dalamnya ada emas kuning, tiba-tiba pada suatu saat ia retak
dan pecahlah dindingnya, lalu keluarlah dari padanya seekor binatang yang
hidup, yang indah bentuknya, merdu suaranya tajam pandangan dan pendengarannya,
itulah telur." Demikianlah contoh dalil adanya Allah yang Mahakuasa.
Pendapat ulama-ulama, Siapa yang memperhatikan kejadian langit dengan
tingginya, luasnya dan semua bintang, bulan dan matahari, serta perjalanannya
setiap hari dan malam, kemudian memperhatikan laut yang mengurung bumi dari
segala penjuru dan gunung-gunung yang terletak di atas bumi serta berbagai
tanaman yang tumbuh di atas dan berbagai macam jenis makhluk yang di atasnya
dari jenis manusia, binatang, serta sungai-sungai yang mengalir di atasnya, dan
tumbuh-tumbuhan dari berbagai macam rasa dan kepentingannya, padahal tanah dan
air yang menyiraminya satu, maka pasti orang yang memperhatikan semua itu akan
terbukti padanya akan kebesaran kekuasaan Allah yang Mahaesa, serta rahmat,
kasih dan hikmat Allah kepada makhluk-Nya, tiada Tuhan kecuali Dia, dan tiada
tempat mengharap, meminta dan berlindung kecuali kepada Allah. KepadaNyaIah kami
berserah diri dan kepadaNya pula kami akan kembali.
Sedang ayat al-Quran yang menunjukkan semua ini sangat banyak.
(وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا
بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ
صَادِقِينَ) (23). (فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا وَلَن
تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ
أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ) (24). =
Dan jika kamu ragu terhadap apa yang telah Kami turunkan pada hamba-Ku
(Muhammad) maka datangkanlah (buatiah kamu) sebuah surat yang menyerupainya
(yang menyamainya), dan panggillah pemimpinmu (saksi-saksimu) selain Allah jika
kalian benar-benar. (23). Maka jika nyata kalian tak dapat menyainginya dan
tidak akan dapat untuk selamanya, maka hendaklah kalian berjaga-jaga diri dari
siksa api yang nyalanya adalah manusia dan batu-batu, yang disediakan untuk
orang-orang kafir. (24).
Setelah meletakkan asas untuk dalil tauhid bahwa tiada Tuhan kecuali Allah,
maka langsung menghadapkan Khitab kepada orang-orang kafir, untuk mengajarkan
iman kepercayaan kepada kebenaran kitab Allah. Jika kalian ragu terhadap apa
yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad saw.), maka cobalah kamu
membuat, menggubah, mengarang. mendatangkan sesuatu yang dapat menyamai apa
yang dibawa dan diturunkan pada Muhammad walau hanya sesurat saja, jika kamu
benar-benar mengira bahwa ajaran Muhammad itu bukan dari Allah, maka silakan
kamu membuat dan ajak pembantu-pembantumu, jika kamu tidak dapat menyaingmya
sendirian.
Syuhada Akum = Pembantumu, sekutumu, pemimpinmu atau saksi-saksimu.
Dan tantangan Allah terhadap orang-orang yang meragu-kan kebenaran al-Quran
dalam beberapa surat. Dalam surat al-Qashash ayat 49, yang artinya kurang lebih
demikian:
(قُلْ فَأْتُوا
بِكِتَابٍ مِّنْ عِندِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَىٰ مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ
صَادِقِينَ)
Katakanlah, "Datangkanlah sebuah kitab dari selain Allah yang lebih
baik (lebih dapat memberi hidayat) daripada al-Quran dan Taurat jika kamu benar
bersungguh-sungguh".
(al-Qashash 49).
63
(قُل لَّئِنِ
اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ
لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا)
Katakanlah "Andaikan scmua manusia dun jin bcrkumpul untuk mcmbuiit
(mcndatangkan) scsuutu yung mcnyerupni ul-Qurun. tiduk akan dupat
mengcrjakannya, meskipun se-tengah pada sctcngahnya bantu membantu". (al-lsraa’
88).
Surat Yunus 37-38, berbunyi:
(وَمَا
كَانَ هَٰذَا الْقُرْآنُ أَن يُفْتَرَىٰ مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ
الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِن رَّبِّ
الْعَالَمِينَ) 37.
"Bukannya al-Quran sesuatu yang'dibuat-buat, tidak dari Allah, tetapi
al-Quran diturunkan untuk membenarkan kitab Allah yang scbelumnya, juga
menjclaskan perincian kitab Allah, tiada mengandung keraguan di dalamnya,
bahwa ia benar-benar dari Allah Tuhan pemelihara alam semes-ta". (37). (أَمْ يَقُولُونَ
افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن
دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ) 38. "Apakah mereka berkata, bahwa Muhammad membuat'buat
sendiri. Jawablah, "Cobalah kalian datang-kan (buatkan) sesurat saja yang
menyerupai (menyamai-nya), dan kamu bolch minta bantuan kepada siapa saja yang
dapat membantu kamu selain Allah, jika kamu benar-benar". (38).
Semua ayat-ayat ini turun di Makkah, sebagai tantangan kepada mereka.
Kemudian sesudah hijrah ke Madinah turunlah ayat 23 - 24 dalam surat al-Baqarah
ini.
Min mils lihi - Yang scrupa dengan al-Quran. Ada juga yang mengartikan;
Yang serupa dengan Muhammad saw. sebagai seorang ummi. Tetapi yang lebih tepat
ialah: Yang serupa dengan a!-Quran. Sebab tantangan berupa umum pada semua
orang Arab ummiyin maupun kitabiyin dan lain-lainnya dari kaum musyrik, sedang
tantangan ini di Makkah dan Madinah kctika sangat memuncaknya permusuhan dan
kebencian orang-orang pada Nabi Muhammad saw. dengan ajarannya.
Kemudian dalam ayat 24 Allah dengan tegas berfirman:
(فَإِن
لَّمْ تَفْعَلُوا وَلَن تَفْعَلُوا ) = Jika nyata kamu tidak sanggup membuat yang
serupa (menyamai) atau tidak sanggup menyaingi Allah, dan kamu tetap takkan
dapat untuk selama-lamanya membuat yang scrupa itu atau menyainginya.
64
Kalimat ini menunjukkan mukjizatul Quran yang tegas menyatakan takkan dapat
untuk selamanya, nyata hingga empat belas abad tidak sanggup membuat sesuatu
karangan yang dapat menyerupai al-Quran sebab tidak mungkin seorang makh-luk
akan dapat menyaingi firman Allah yang menciptakannya.
Dan siapa yang memperhatikan al-Quran, maka ia akan mendapat berbagai macam
contoh kefasihan kalimatnya yang terang maupun samar demikian isi artinya yang
selalu membuka pengetahuan baru yang memperhatikan dan mempelajarinya. Sebagian
tersebut dalam ayat 1 surat Hud.
Alif laam raa'. Kitaabun uhkimat aayaa tuhu tsumma fus-shiiat min ladun
hakiemin khabier (Hud 1). = Alif laam raa'. Sebuah kitab Allah yang disusun
dari huruf-huruf biasa, tetapi telah dikukuhkan ayat-ayatnya kemudian
dijelaskan perincian ayat-ayatnya, langsung dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi
Mengetahui sedalam-dalamnya. (Hud 1).
Kalimat-kalimatnya penuh padat berisi dan artinya tidak dapat ditiru atau
disaingi. Telah memberitakan kejadian-kejadi-an yang telah lalu tepat menurut
keadaannya kejadiannya seba-gaimana firman Allah dalam ayat 115 surat al-An’aam:
(وَتَمَّتْ
كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ) .
(al-An'aam 115). = Telah sempurna kalimat Tuhanmu dalam kebenaran
be-rita-beritanya dan keadilan hukum-hukumnya, tiada yang dapat mengubah
katimat-kalimatnya, dan Dialah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-An'aam
115).
Maka semua ajaran tuntunan al-Quran itu hak, benar dan adil, serta petunjuk
hidayat, tidak ada kelebihan atau buat-buatan dusta sebagaimana yang biasa
terdapat dalam sajak, syair, cerita-cerita dan hikayat-nikayat.
Al-Quran seluruh isinya-hak dan sangat fasih, kukuh, padat isinya bagi
siapa pun yang mengerti dan memahami benar-benar baru ia me rasa bahwa tiada
tuntunan, ajaran, kisah dan berita yang lebih indah susunannya daripada
al-Quran, bahkan yang pasti walau diulang beberapa kali takkan jemu, sebab
pa-da tiap kali ulangan mendapat hikmat dan rasa hikmat yang baru dan hangat,
hidup untuk tiap masa dan tempat.
65
Jika bertemu dengan ayat ancaman maka benar-benar membangkitkan bulu roma,
sebaliknya jika ayat harapan mempunyai daya penarik
terhadap setiap hati dan perasaan yang hidup dan menyadarinya.
Contoh
ayat al-Quran jika menarik hati pada sesuatu yang menggemarkan.
Ayat:
(فَلَا تَعْلَمُ
نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ) (as-Sajadah 17). = Maka tiada seorang pun yang mengetahui apa yang
tersembunyi untuk mereka dari segala
yang memuaskan pandangan mata dari kesenangan, sebagai pembalasan atas apa yang
tclah mereka perbuat. (as-Sajadah 17).
(يُطَافُ
عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ
الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ) (az-Zukhruf 71). = Dan di dalam surga terdapat
segala apa yang diinginkan nafsu dan memuaskan pandangan mata. Dan kamu di
dalam surga kekal selamanya. (az-Zukhruf 71).
Contoh ancaman:
(أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ
فَإِذَا هِيَ تَمُورُ) (al-Mulk
16). (وَلَقَدْ
كَذَّبَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِي) (al-Mulk 18). Apakah kalian merasa aman dari
yang di langit jika melongsorkan bumi sehingga ia berupa gempa yang bergoyang.
(16). Ataukah kalian merasa aman dan yang di langit jika melempan kamu dengan
batu, maka kamu akan merasakan bagaimana bcsarnya ancaman. (18).
Contoh peringatan:
Fa kultan
akhadz na bidzanbihi = Maka terhadap masing-mastng telah dituntut
menurut dosanya.
Contoh nasihat asy-Syu'araa 205, 206, 207:
(أَفَرَأَيْتَ إِن مَّتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ) (205). (ثُمَّ جَاءَهُم مَّا كَانُوا يُوعَدُونَ) 206. (مَا أَغْنَىٰ عَنْهُم مَّا كَانُوا يُمَتَّعُونَ) (asy-Syu'araa 207). = Bagaimana pcndapatmu jika
Kami puaskah mereka dalam beberapa tahun. (205). Kemudian tiba pada mereka apa
yang telah diperingatkan. (206). Tidak berguna bagi mereka apa yang telah
mereka rasakan dari berbagai kesenangan kepuasan hidup itu. (207).
66
Dan lain-lainnya dari berbagai ayat yang
merupakan puncak dari kefasihan dan balaghahnya serta manisnya, demikian pula
jika membawakan hukum yang berupa perintah atau larangan yang meliputi pada
segala kebalkan yang sangat berguna bahkan kepentingan yang utama bagi manusia,
dan melarang segala yang keji, rendah dan akan merugikan rohani dan jasmani.
Karena itu Ibnu Mas'ud r.a, berkata, "Jika anda mendengar firman Allah: Ya ayyuhal ladziina aamanu, maka
pasanglah te-lingamu sebab pasti menyuruhmu pada jalan yang baik atau melarang
dari sesuatu yang berbahaya bagimu sebagaimana firman Allah dalam surat
al-A'raaf 157":
(يَأْمُرُهُم
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ
الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ) (al-A 'raaf 157). = Menyuruh mereka berbuat baik dan mencegah
dari segala yang mungkar, menghalalkan segala yang baik, berguna, dan
mengharamkan segala yang keji berbahaya, juga meringankan segala keberatan
mereka dan belenggu yang mengikat mereka (mempersempit mereka). (al-A'raaf 157).
Jika ayat-ayat itu sedang
menyifatkan suasana hampir kiamat dengan segala kengeriannya, juga sifat surga,
neraka dan apa-apa yang tersedia dalam keduanya untuk kekasih Allah atau
musuh-musuh Allah yang berupa nikmat atau siksa, membawakan kabar gembira dan
mengancam, lalu menganjurkan kepada amal kebaikan dan mencegah dari segala yang
mungkar, dan menganjurkan untuk waspada terhadap tipuan dunia, dan menganjurkan
memperbanyak bekal ke akhirat yang kekal aba-di, serta memimpin ke jalan agama
Allah yang lurus dan syariat Islam yang jujur, serta membersihkan hati dari
semua kotoran kekejian setan yang terkutuk.
67
Abu Hurairah r.a. mengatakan, Rasulullah
saw. bersabda:
"Tiada seorang Nabi pun dart Nabi-nabi itu,
melainkan telah diberi ayat-ayat (mukjizat) yang dapat beriman manusia dengan
ayat-ayat itu. Sedang yang diberikan Allah kepada-ku berupa wahyu, yang telah
diwahyukan kepadaku. Maka aku berharap semoga akulah yang terbanyak pengikutnya
di hari kiamat". (Bukhari, Muslim).
Maka al-Quran merupakan mukjizat
yang terbesar yang di-bawa oleh Nabi saw. sedang mukjizat-mukjizat yang lainnya
masih banyak sehingga tidak dapat dihitung. Karena
mukjizat Nabi Muhammad saw. berupa mukjizat yang hidup kekal hingga hari
kiamat.
Waqudu ialah alat untuk menyalakan api seperti kayu, arang dan sebagaimana
tersebut dalam surat al-Jin ayat 15, yang berbunyi:
(وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا) (al-Jin
15). = Adapun mereka yang tidak jujur, maka akan menjadi kayu bakar untuk neraka
jahanam. (al-Jin 15).
Juga dalam surat al-Anbiya' 98, yang
berbunyi:
(إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ حَصَبُ
جَهَنَّمَ أَنتُمْ لَهَا وَارِدُونَ)
(al-Anbiya' 98). = Sesungguhnya semua
yang kamu sembah selain Allah itu akan menjadi kayu bakar api neraka jahanam,
kamu pasti masuk ke dalamnya (al-Anbiya' 98).
68
Walhijaaratu ialah batu bara untuk menyalakan api, atau batu-batu berhala yang disembah
orang-orang kafir musyrik. Sebab
batu bara itu termasuk alat pembakar yang sangat panas. U'iddat
lilkaafiriin
Dengan keterangan ayat ini, nyata
bahwa surga dan neraka kini telah ada, sebagaimana diterangkan oleh Nabi saw.,
"Ta-haaj jatil jannatu wannaar =
Telah terjadi debat antara surga dan neraka.
Dan hadis: Api
neraka minta izin kepada Tuhan, "Ya Rabbi setengah-ku telah makan
setengahnya, karena itu izinkan bagiku bernapas dua kali setahun." Maka diizinkan
bernapas dan itulah yang kita rasakan ketika musim dingin yang sangat dingin
dan musim panas yang sangat panas.
Juga riwayat Ibnu Mas'ud r.a.,
bahwa Ibnu Mas'ud r.a berkata, Ketika kami duduk bersama Nabi saw. tiba-tiba
terdengar suara gemuruh lalu kami bertanya, "Suara apakah itu?" Jawab Nabi saw., "Itu suara batu yang dilemparkan ke jahanam sejak
tujuh puluh tahun yang lalu, dan baru kini sampai ke dasarnya". (R.
Muslim).
Juga hadis salat gerhana, dan hadis Israk
Mikraj.
Demikian pendapat ulama ahlus
sunah sejak masa sahabat hingga kini yang berbeda pendapat dengan kaum
Muktaziiah yang mendasarkan segala sesuatu dalam agama dengan akal pikiran dan
sukar beriman pada yang gaib dari keterangan Rasulullah saw.
Perhatian
(فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ) tantangan
Allah ini berlaku pada semua surat yang panjang maupun yang singkat (pendek),
yakni nyata bahwa tak seorang pun yang dapat membuat saingan terhadap surat
yang terpendek seperti Wal-Ashri, al-Kautsar dan sebagainya. Karena itulah Imam
asy-Syafii berkata:
"Lau
tadabbarannaa su hadzihissurati
lakafathum. Andaikan manusia memperhatikan benar-benar isi kandungan
surat Wal Ashri ini pasti cukup bagi mereka. Yakni dalam mencari pegangan hidup
dan pedoman dalam perjuangan, pcrgaulan, berhubungan antarsesama manusia. Cukup
untuk dapat mencapai keuntungan dunia dan akhirat, kebahagiaan dunia akhirat.
69
Amr bin al-Ash
sebelum masuk Islam pernah datang kepada Musailamah al-Kadzdzab, lalu ditanya
oleh Musailamah, "Apakah yang
telah diturunkan kepada temanmu yang di Makkah (Nabi Muhammad saw.) dalam
beberapa waktu ini?" Jawab Amr, "Dia telah dituruni suatu
surat yang singkat penuh berisi padat dan amat fasih." Lalu Musailamah
bertanya, "Apakah itu?" Jawab Amr, "(وَالْعَصْرِ)
(إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ)
(إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)
" Musailamah berkata, "Saya juga dituruni
yang serupa itu." Ditanya oleh Amr, "Apakah itu?" Jawab
Musailamah, "Ya wabr ya wabr innama anta udzunaa ni wa shadr wasaa iruka
haqrun faqr." Lalu Musailamah bertanya kepada Amr, "Bagaimana
pendapatmu?" Jawab Amr, "Demi Allah engkau mengetahui bahwa saya
mengetahui engkau berdusta.
Dan
sampaikan berita gembira kepada orang yang beriman dan beramal saleh (baik),
bahwa untuk mereka telah tersedia surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, tiap mereka diberi rezeki buah sebagai hidangan, mereka berkata,
"Inilah yang dahulu pernah diberikan kepada kami, dan memang diberi yang
serupa bentuk dan warnanya, juga untuk mereka dalam surga istri yang bersih,
dan mereka di dalamnya kekal untuk selamanya". (25).
70
Setelah Allah menyebutkan apa
yang telah disediakan untuk orang kafir dari berbagai macam siksa dan ancaman
yang ngeri, maka disambung dengan menyebutkan apa yang disediakan untuk kaum
mukminin yang percaya kepada para Nabi dan membuktikan iman mereka dengan amal
saleh. Dan cara yang sedemikian inilah yang disebut matsani, yakni sesudah
menyebut sesuatu lalu disebut pula lawannya, setelah menerangkan mengenai kufur
dan iman sesudah menyebut keadaan orang yang berbahagia lalu menyebutkan
keadaan orang-orang yang celaka atau sebaliknya.
Tajri min
tahtihal anhaar = Mengalir dari bawah pohon dan
kamar-kamarnya, sebagaimana tersebut dalam hadis, bahwa- sungai di surga
mengalir tanpa parit (selokan).
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, "Sungai-sungai di surga memancar (mengalir) dari
bawah bukit atau gunung misik."
(كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا
ۙ قَالُوا هَٰذَا
الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ)
Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat
berkata, "Mereka jika diberi buah di surga dan dilihatnya, mereka berkata,
'Itulah yang dahulu kami di dunia diberi seperti itu.' Demikian
penda-pat Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Sedang Ikrimah berkata,
'Seperti yang diberikan kemarin*. Karena buah di surga hampir menyerupai yang
satu dengan yang lain. Yahya bin Abi Katsier berkata, 'Seorang di surga jika
dihidangi lagi, mereka berkata, 'Itulah yang telah diberikan kepada kami ladi'.
Jawab Malaikat, "Makanlah!" Maka warnanya sama teta-pi lain
rasanya."
(وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا)
= Sama
warna dan bentuk tapi berbeda rasa, demikian pendapat Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas
dan beberapa sahabat.
Ikrimah berkata, "Menyerupai buah
dunia hanya berbeda rasanya." Karenanya Ibnu Abbas berkata, "Di dunia
tidak ada yang menyamai yang di surga, kecuali nama semata-mata."
(وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ)
Ibnu Abbas berkata, "Suci dari segala
kotoran, gangguan". Mujahid berkata, "Suci dari haidh, kotoran,
kencing dan ingus serta-ludah, mani dan anak." Qatadah berkata, "Suci
dari segala gangguan yang keji dan dosa."
(وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ)
Ini merupakan pelengkap dari
kebahagiaan yang sangat sempurna sehingga seorang yang merasakan nikmat surga
mera-sa aman dari maut, dari habis, dari putus atau berubah, sebab merasa
berada dalam nikmat abadi untuk selamanya.
No comments:
Post a Comment