Tuesday, July 30, 2013

Tafsir surah al Fatihah

SURAT AL-FATIHAH
Diturunkan sebelum Hijrah, di Makkah; 7 ayat, 29 kali-mat, 131 huruf. Dan ada yang mengatakan; 7 ayat, 25 kalimat, 125 huruf.
Bernama at-Fatihah sebab menjadi pembukaan bacaan dalam sembahyang. Juga bernama Ummul Quran, Ummul Kitab, Assab'ul Matsani, al-Quranul Adhim.
Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Surat Alhamdu   Hllahi rabbilaalamiin  (al-Fatihah), ialah ummul Quran, juga ummul kitab, dan Assab'ul Matsani dan al-Quranul Adhim. (HR. at-Tirmidzi). Bukhari berkata, Bernama Ummul Quran: Induk dari al-Quran, karena ia mengandung semua isi al-Quran. Dan perta-ma yang ditulis dalam mushhaf, juga pertama dibaca dalam Ummul Kitab: Induk dari semua Kitab Allah yang telah ditu-runkan kepada Nabi-nabi-Nya, seakan-akan isi dari semua apa yang diwahyukan Allah kepada Nabi-nabi disimpulkan dalam Fatihah.
Assab'ul Matsani: Tujuh ayat pujian yang selalu diulang-ulang oleh setiap Muslim sekurang-kurangnya 17 kali dalam se-hari semalam, dalam salat fardu.

AI-Quran Azim; surat yang terbesar dalam al-Quran. Juga berana ash-Shalah, asy-Syifaa', ar-Ruqyah, al-Waqiyah, al-Kaflyah dan Asasul Quran.

Imam Ahmad juga mcriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi hanya tidak pakai kalimat Ummul Kitab.

Hadis-hadis tentang Fadhilah al-Fatihah
1. Abu Said bin al-Mu'alla r.a. berkata, Ketika aku sedang salat, tiba-tiba dipanggil oleh Nabi saw. maka aku tidak menyambutnya hingga selesai salat, lalu aku datang kepadanya. Nabi saw. bertanya: "Apakah yang menahan anda untuk menyahut panggilan-ku?" Jawabku, 'Aku sedang salat.' Nabi saw. bersabda, "Tidakkah Allah berfirman: Hai orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah, bila memanggil kalian untuk menghidupkan kalian. Kemudian Nabi saw. ber-

sabda, "Aku akan mcngajarkan kepadamu surat yang terbesar dalam al-Quran sebelum keluar dari masjid ini". Lalu Rasulullah saw. mcmegang tanganku, kemudian ketika. akan keluar dari masjid saya ingatkan. 'Ya Rasulullah, tadi engkau akan mengajarkan kepadaku surat terbesar dalam al-Quran.' Jawab Nabi saw., "Benar, Alhamdu lillahi rabbil alamin, itulah Assab'ul Matsani dan al-Quran yang terbcsar yang tetah diturunkan Allah kepadaku". (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa'i dan Ibn Majah).

2. Abu Hurairah dari Ubay bin Ka'ab r.a. Rasuluflah saw. bersabda: Allah tiada menurunkan dalam Taurat dan Injil yang seperti (menyamai) Ummul Quran, ialah tujuh ayat pujian (assab'ul matsani), dan ia terbagi dua antara-Ku dengan hamba-Ku. (HR. an-Nasai, at-Tirmidzi).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata, Pada suatu hari, Nabi saw. keluar kepada Ubay bin Ka'ab, lalu meraanggil, "Ya, Ubay". Ubay menoleh, tetapi tidak menjawab (menyambutnya), lalu ta segerakan salatnya, kemudian pergi kepada Nabi saw. sambil mengucap, 'Assalamu alaika ya Rasulullah. Dijawab, "Wa alaikassalam, apakah yang menahan anda untuk menyahut panggitanku ketika aku panggil?" Jawab-nya, 'Ya Rasulullah, saya sedang salat. Nabi saw. bersabda, "Tidakkah anda mendapatkan dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, Sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah bila memanggil kalian untuk menghidupkan (mengajarkan apa-apa untuk kcpentingan kehidupanmu). Jawab Ubay, 'Benar ya Rasulullah, tidak akan saya ulang. Lalu Nabi saw. bertanya, "Sukakah saya ajarkan kepadamu surat yang tidak pernah diturunkan di Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamai itu?" Jawab Ubay, 'Baiklah ya Rasulullah.' Nabi saw. bersabda, "Saya harap semoga sebelum keluar dari pintu itu anda sudah mengetahuinya". Lalu Nabi saw. memegang tangan Ubay sambil berbicara, tetapi Ubay memperlambat jalannya, kuatirkalau-kalau sampai di pintu dan pembicaraan belum selesai, dan ketika telah dekat dengan pintu Ubay berkata, 'Ya Rasulullah apakah surat yang engkau janjikan padaku itu?1 Jawab Nabi saw., "Apakah yang anda baca dalam salat?" Lalu Ubay membaca Fatihah (Ummul Quran) lalu Nabi saw, bersabda, "Allah tiada menurunkan dalam Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamainya, itulah yang bernama Assab'ul Matsani". (Juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).

3. Ar-Ruqyah (jampi).
Abu Said al-Khudri r.a. berkata, Ketika kita dalam bepergian dan berkemah, tiba-tiba datang budak perempuan dan berkata, Sesungguhnya pimpinan suku ini digigit binatang berbisa, dan tidak ada orang, apakah ada di antara kalian yang dapat menjampi? Maka berdirilah seorang di antara kami, kami tidak menyangka bahwa ia dapat menjampi. Tiba-tiba dijampinya dan sembuh. Maka diberinya dia hadiah berupa tiga puluh domba dan diberinya kami susu. Ketika ia kembali kami bertanya, Apakah anda pandai menjampi? Jawabnya, Tidak, aku tidak menjampi, kecuali dengan Ummul Kitab (Fatihah). Maka kami pun memberitahu agar domba-domba itu jangan diganggu sehingga kami bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian setelah kami kembali ke Madinah, kami ceriterakan kejadian itu kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. bertanya, "Dari mana ia mengetahui bahwa Fatihah itu sebagai jampi (untuk jampi)? Bagilah domba-domba itu dan berilah aku bagian". (Bukhari, Muslim, Abu Dawud). Di sebagian riwayat Muslim disebutkan bahwa yang menjampi itu Abu Said al-Khudri r.a.

4. As-Shalah.
Ibn Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. duduk bersama Jibril, tiba-tiba mendengar suara gemuruh di atasnya, maka Jibril melihat ke atas langit, lalu berkata, Itu pintu langit telah terbuka, belum pernah dibuka sama sekali". dan telah turun seorang malaikat dari padanya. Maka datanglah Malaikat itu kepada Nabi saw. dan berkata, Terimalah kabar gembira, bahwa anda diberi dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum anda, yaitu Fatihah dan penutup surat al-Baqarah. Tiada engkau membaca satu huruf melainkan pasti diberi (yakni apa yang terkandung di dalamnya1. (HR. Muslim, an-Nasa'i).

5. Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda:

Siapa yang sembahyang dan tidak membaca Ummul Quran (Fatihah), maka sembahyang itu kurang, tidak sempurna. Abu Hurairah ditanya, "Bagaimana jika kita di bclakang imam?" Jawabnya, "Bacalah dalam hatimu, sebab saya telah mendengar Nabi saw. bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman, "Aku tetah membagi salat itu menjadi dua bagian, antara-Ku dengari hamba-Ku, dan terserah-Ku apa yang ia minta. Maka jika membaca, "Alhamdu lillahi rabbil alamih". Jawab Allah, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku'. Dan bila membaca, "Arrahmaninahim". Jawab Allah, 'Hamba-Ku bersyukur kepada-Ku'. Dan bila membaca, "Maliki yaumiddin". Jawab Allah, 'Hamba-Ku telah me-muliakan Aku (hamba-Ku telah menyerah kepada-Ku)'. Maka jika membaca, "lyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in". Jawab Allah; Ini yang di antara-Ku dengan hamba-Ku dan terserah pada hamba-Ku apa yang ia minta'. Jika membaca, "Ihdinasshiratal mustaqim, shiratal ladzina an'amta alai* him, ghairil maghdhubi alaihim waiadh dhaal lien". Jawab Allah, Ttu semua Aku ben pada hamba-Ku dan terserah pada hamba-Ku apa yang akan diminta'. (HR. Muslim).

Penjelasan yang berhubungan dengan hadis ini dan soal Fatihah
1. Kata ash-Shalat, sedang tujuannya bacaan, sebagaimana ayat 110 surat al-lsraa' yang artinya, "Dan jangan kamu keras-kan salatmu (bacaan salatmu) dan jangan kamu perlahankan, dan ambil jalan tengah di antara itu". Untuk menunjukkan peranan bacaan sebagai rukun dalam sembahyang, demikian juga Allah menyebut bacaan yang dimaksud salat yaitu dalam ayat 78 surat al-Israa', Wa qur'anal fajri, inna qur'anal fajri kaana masyhuda (dan salat Subuh atau fajar), sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan oleh Malaikat. (Malaikat penjaga malam yang bergantian dengan Malaikat penjaga siang).

2. Mengenai bacaan Fatihah dalam salat. Apakah harus Fatihah atau boleh lain-lainnya? Ada pendapat;

a. Abu Hanifah dan kawan-kawannya menyatakan tidak harus Fatihah, bahkan bila dapat membaca ayat yang mana saja sah salatnya, mereka berdalil: Ayat 20, Faqra'u maa tayassara minal Quran (al-Muzzammil). Bacalah mana yang ringan dari al-Quran. (al-Muzzammil 20). Dan hadis Bukhari, Muslim mengenai orang yang salah dalam sembahyangnya, lalu oleh Nabi saw. ditegur, "Idza qumta Has shalati fakabbir tsumma iqra' ma tayassara ma'aka minal Quran (Jika anda berdiri untuk salat maka takbirlah kemudian bacalah seringannya dari ayat al-Quran. Karena dalam ajaran ini tidak menetapkan bacaan Fatihah atau lainnya, maka demikianlah pendapat kami.

b. Harus membaca Fatihah dan tidak sah jika diganti dengan lainnya. Yaitu pendapat Imam Syafii, Malik dan Ahmad bin Hanba! serta pengikut mereka juga pendapat Jumhurut Ulama. Mereka berdalil dengan hadis Nabi saw., "Man shalla sha-latan lam yaqra' fiha biummil Qur'an fahiya khidaajun, ghairu tamamin (Siapa yang salat tidak membaca Fatihah (Umnrul Quran) maka salat itu kurang, tidak sempurna).

Juga yang disebut dalam Bukhari - Muslim dari Ubadah bin Shamit r.a. Nabi saw. bersabda:
Laa shalaata lunan lam yaqra' bifati Hatil kitab, (Tidak sah salat orang yang tidak membaca Fatihah (Fatihatul Kitab).

Juga hadis Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Laa tujzi'u shalatun laa yuqra'u fiiha bi'um.mil qur'an. (Tidak sah salat orang yang tidak membaca Ummul Quran di dalamnya).

Imam Syafii menetapkan wajib pada tiap rakaat. Al-Hasan dan ulama Basrah berpendapat yang wajib hanya dalam satu rakaat, mengambil dari mutlaknya kalimat dalam hadis tersebut.

3. Apakah wajib atas makmum membaca Fatihah? Ada tiga pendapat:
a. Wajib atas makmum sebagaimana imamnya berdasarkun pengertian umum dari hadis di atas.
b. Makmum tidak wajib apa-apa berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Jabir r.a. Nabi saw. bersabda:
Siapa yang mempunyai imam maka bacaan imam itu juga sebagai bacaannya.
(Hadis ini sanadnya da'if).
c. Makmum wajib membaca dalam bagian rakaat yang sirri bacaan imam perlahan-lahan, dan tidak wajib dalam bacaan imam yang jahri (keras) berdasarkan hadis riwayat Abu Musa ul-Asy'ari r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya diadakan imam untuk diikuti, maka jika ia takbir, takbirlah kalian, dan jika ia membaca maka dengarkanlah dengan perhatian. (HR. Muslim).

Ahlus  Sunan   Abu  Dawud,   at-Tirmidzi,   an-Nasa'i   meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
Anas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Jika anda meletakkan pinggang di atas tempat tidur, lalu membaca Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad, maka telah aman dari segala sesuatu kecuali maut. (HR. Bazzar)

Tafsir Isti'adzah (Ta'awwudz): Audzubillahi

Firman Allah: bila anda terkena gangguan setan, maka berlindunglah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui (al-A'raaf 200)

Farman Allah: Katakanlah, "Ya Tuhan aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan dan aku berlindung kepada-Mu jangan sampai setan nadir di dekat kami. (al-Mukminun 97-98)


Firman Allah: Tolaklah gangguan sesama manusia dengan cara yang baik, maka orang yang terjadi di antaramu dengannya sengketa permusuhan akan berubah menjadi kawan yang akrab. Dan tidak akan dapat berbuat sedemikian kecuali orang yang sabar dan tidak dapat berbuat itu kecuali orang yang mendapat bagian besar nasib baik. Dan bila anda akan di-ganggu oleh setan maka berlindunglah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui. (Fushshilat -  Hamim as-Sajadah 34, 35, 36).
(وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ) 34. (وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ) 35. (وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)
Dalam ketiga ayat ini Allah menyuruh metayani musuh sesama manusia dengan baik semoga dapat kembali kepada tabiat aslinya yang baik, sebaliknya menyuruh langsung berlindung kepada Allah ketika menghadapi setan, sebab setan tidak dapat diajak baik, dan tujuan utamanya akan membinasakan anak Adam karcna sangat memusuhi anak Adam.

(يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ)
Firman Allah: hai anak Adam janganlah kamu tertipu oleh bisikan setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ayah bundamu dari surga. (al-A'raaf 27).
(إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ)
Firman Allah: Sesungguhnya setan itu musuhmu, maka hadapilah sebagai musuh, ia mengajak golongannya supaya menjadi ahli neraka sa'ier (bersamanya). (Fathir 6).
(وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا)
Firman Allah: Apakah kamu akan' menjadikan Iblis dan anak cucunya sebagai walimu (pimpinan, kawan, penasihat) selain dari Aku, padahal rncreka musuh kepadamu. (al-Kahfi 50).
Iblis (setan) telah bersumpah pada Adam bahwa ia akan memberi nasihat padahal berdusta, maka bagaimana perlakuan-nya terhadap kita padahal ia berdusta dan ia telah bersumpah:
(قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ) 39. (إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ) 40
Demi kemuliaan Tuhan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali para hamba-Mu yang Engkau selamatkan. (al-Hijr 39-40).

Jika anda membaca al-Quran, hendaknya meminta perlindungan Allah dari gangguan setan yang terkutuk (39). Sesungguhnya setan itu tidak kuasa untuk mengganggu (mempengaruhi) orang yang beriman, dan orang yang berserah diri kepada Tuhan (40). Sesungguhnya kekuasaan setan itu hanya pada orang-orang yang berwali (menurut) ke-padanya, dan 'terhadap mereka yang mempersekutukan Allah. (41) (an-Nahl 39, 40, 41).

Sebagian ulama menafsirkan kalimat qara'ta dalam bentuk masa lalu, berarti sesudah membaca al-Quran, supaya meminta perlindungan kepada Allah dari pengaruh setan, tetapi Jumhur ul Ulama menyatakan bahwa arti qara'ta akan membaca, sama dengan idza quntum ilas shalati jika kamu akan sembahyang. Juga hadis yang menerangkan bahwa Nabi saw. biasa jika bangun malam memulai sembahyang dengan takbir, kemudian memuja-memuji Allah lalu membaca:

Saya berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk dari tusukannya, bisikan tipuannya dan tiupan-tiupannya (yakni untuk membangkitkan sombong dan teledor terhadap perintah Allah).

Sulaiman bin Shurad r.a. berkata, "Terjadi dua orang saling memaki, sedang kami duduk bersama Nabi saw, Maka yang satu marah sehingga merah wajahnya, lalu Nabi saw. bersabda. "Sungguh aku mengetahui satu kalimat, jika ia suka membacanya pasti hilang apa yang dirasakan dari jengkel itu, andaikan ia membaca: A'udzu billahi minasysyaithanirrajim". Maka orang-orang memberitahu pada orang yang marah itu. "Apakah anda tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi saw. itu?" Jawabnya, 'Aku bukan gila'. (Bukhari, Muslim).

Dan arti dari kalimat "A'udzu billahi minasysyaithanirra-jifn" yakni, Aku berlindung dengan kebesaran Allah dari setan yang terkutuk, jangan sampai merusak, mengganggu umatku, duniaku, jangan sampai menghalangi atau merintangi diriku untuk mengerjakan perintah Allah atau mendorongku mengerjakan larangan AHah, sebab tiada sesuatu yang dapat menghentikan gangguan setan kecuali Allah.

Setan berasal dari kata Syathana yang berarti jauh, jauh tabiatnya daripada tabiat manusia, dan kelakuannya jauh dari kebaikan. Ada pula yang menyatakan bahwa asal katanya Syaatha yang berarti terbakar, sebab ia terjadi dari api yang tabiatnya membakar.

14

Sibawaih berkata bahwa orang Arab mengatakan Tasyait-hana terhadap orang yang berkelakuan tidak baik. Oleh karenanya dapat diambil kesimpulan bahwa kata Syaithan berasal dari kata Syathana. Dan Allah menyebut setiap makhluk yang menentang dan melanggar tuntunan para Nabi-Nya, setan, sebagaimana firman-Nya:
(وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ)
Demikianlah Kami jadika bagi setiap Nabi musuh dari setan-setan manusia dan jin (yang kelihatan dan yang tidak kelihatan), setengah mereka berbisik kepada setengahnya untuk menyusun kata kalimat yang indah semata-mata un-tuk tipuan dan memperdaya. (al-An' aam 112)

Juga Nabi saw,  memperingntkan  kepada Abu Dzar r.a., "Berlindunglah kepada Allah dari setan manusia dan jin". Abu Dzar bertanya, "Apakah manusia juga ada setan ?" Jawab Nabi saw.,   " Ya ". (HR.   Ahmad)

Arti kata Rajim ialah terusir dari segala kebaikan , terkutuk.

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Adanya Rasulullah saw. tidak mengetahui selesainya (berganti) surat sehingga turun Bismilta-hirrahmanirrahim". (HR. Abu Dawud, al-Hakim).

Sahabat Nabi saw. selalu memulai bacaan kitab Allah dengan basmalah.
Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if Riwayat Ibnu Khuzaimah).

Abu Hurairah r.a. ketika memberl contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Na-sa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca Bismillahirrahmanirrahim.

Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).

Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin". (Bukhari, Muslim).

Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi:

Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim   maka   terputus berkatnya   (bagaikan anggota badan yang terkena kusta). (Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:

Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah.
Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat ketika makan, karena sabda Nabi saw. kepada Umar bin Abi Salamah yang berbunyi, "Bacalah Bismil-lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu1'. (HR. Muslim).

Juga membaca Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika akan bersetubuh (jima') dengan istrinya membaca, "Dengan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya". (HR. Bukhari, Muslim).

Bismillah: Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan penolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyadari kembali sebagai makhluk Allah, bahwa segala-galanya tergantung pada rahmat karunia Allah. Hidup, mati dan semua daya upayanya semata-mata terserah kepada rahmat karunia Allah Azza wa Jalla.

Allah, nama Dzat Allah Ta'ala, karena itu disebut Ismul a'dzam, (nama yang terbesar), sebab nama Allah menghimpun semua sifat, sebagaimana dalam surat al-Hasyr ayat 22, 23, 24.
Dia-lah Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang mengetahui segala yang gaib maupun yang terang. Dia-lah yang bersifat Pemurah dan Penyayang.

Dalam surat al-A'raaf ayat 180 disebutkan: Wa Lilla-hil asmaa'ul husna fad'uhubiha (Allah mempunyai nama-nama yang baik dan sempurna, maka panggillah) berdoalah dengan nama-nama itu.

Nama-nama Allah hanya yang tersebut di dalam al-Quran dan Hadis Nabi saw.
Dalam surat al-Israa' ayat 110, terdapat kalimat yang arti-nya: "Berdoalah - Ya Allah atau Ya Rahman - yang mana saja anda berseru (berdoa) maka Allah mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik dan semptirna)".
Yakni bila anda membutuhkan rezeki, panggillah nama Allah, Ya Razzaq (Yang Memberi Rezeki), Ya Ghani (yang Ma-hakaya), Ya Wakil (yang Menjamin) dan seterusnya. Nabi saw. bersabda, "Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, siapa yang mencatatnya (mengJngatnya) pasti masuk surga. Yakni dalam segala hajat ia menyebut nama Allah, sebagai tanda bahwa ia sangat percaya kepada Allah SWT.

Nama Allah, khusus bagi Allah, ti'dak dinamakan pada lain-Nya, karena ia kata beku yang bukan pecahan dari lain ka-ta, demikian keterangan al-Qurthubi dan beberapa kelompok ulama yaitu: Syafii, Ghazali dan Imamul Haramain. Dan ada yang berpendapat pecahan (musytaq) dari alaha ya'lihu ilahata. Karena itu Ibn Abbas membaca ayat: Wayadzaraka wa ilahata-ka, yang berarti ibadataka (ibadatmu).

Ada pula pendapat yang mengatakan, pecahan dari Wala-ha, bingung karena Allah membingungkan alam pikiran untuk mencapai hakikat sifat-Nya. Ada dari: Alahtu ila Fulan, arti-nya: Aku condong tenang kepada Fulan sebab akal pikiran tidak akan tenang kecuali jika telah menyebut nama Allah, ruh-ruh juga tidak gembira, kecuali jika telah mencapai makrifat mengenal pada-Nya, sebab hanya Allah yang mutlak sempurna.

Tiada yang lain-Nya. Firman Allah "Alaa bidzikrillah tath-ma'innul qulub" (Ingatlah hanya dengan menyebut nama Allah, tenanglah hati). AI-Khalil, Sibawaih dan kebanyakan ahli ushul mengatakan bahwa kata Allah bukan pecahan dari kalimat lain.

Ar-Rahman Ar-Rahim, dua kalimat pecahan dari Rahmat untuk menyebut kelebihan, dan kata Rahman lebih luas dari Rahim.

Al-Qurtubhi menyatakan musytaq (pecahan) berdalilkan hadis Abdurrahman bin Auf r.a., sang telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah berfirman, "Aku bernama Ar-Rahman, Aku yang menjadikan rahim (kerabat). Aku pecahkan ia dari nama-Ku, maka siapa yang menghubungi rahim Aku hubungi, dan siapa yang memutuskan rahim Aku putuskan". (at-Tirmidzi). Ini adalah nash yang cukup kuat yang tidak dapat ditentang.

Adapun bangsa Arab tidak menggunakan kata Ar-Rahman karena mereka belum mengenal Allah. Dan bentuk Rahman tidak dapat disamakan dengan Rahim, sebab bentuk Fa'lan untuk yang penuh. Maka bentuk Rahman yakni yang penuh rah-matNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Adapun Rahim khusus buat kaum mukmin.

Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menun-jukkan bahwa rahmat Allah meliputi (memenuhi) seluruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa kaana bil mu'miniina rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat be I as kasih).

Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat di-pakai oleh lain-lain-Nya. Karena itu ketika Musailamah al-Kadzdzab berani menamakan dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kedok kepalsuan dan kedustaannya, sehing-ga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadz-dzab bukan hanya bagi penduduk kota bahkan sampai orang-orang Baduwi juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab.

Sebagian ulama menyatakan bahwa isim Rahim lebih luas dari Rahman, sebab dalam susunan kata-kata ini Rahim menguatkan  Rahman (mu'akkid dari Rahman dan yang mu'akkid la-zimnya lebih luas dari mu'akkad).
Jawabannya: Di sini bukan tujuan ta'kid (menguatkan) tetapi sekedar menyebut sifat, sehingga tidak usah disebut masalah ta'kid itu. Jika dikatakan, bila isim Rahman lebih luas dari Rahim, maka mengapa disebut lagi Rahim. Karena nama Rahman itu melulu bagi Allah, tidak boleh dipakai oleh lain-Nya, maka disebut nama Rahim untuk dapat dipakai oleh lain-Nya, sebagaimana Allah menyebut sifat Nabi Muhammad saw. "Bil-mu'miniina ra'uufun Rahiim” (terhadap kaum mukminin sangat belas kasih).

Juga untuk menunjukkan di samping rahmat yang umum .sedemikian rupa ada juga rahmat yang khusus bagi orang yang taat mengikuti tuntunan ajaran-Nya.

Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh' lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah, Ar-Rahman, AI-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami', Al-Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an bashiira" (Maka Kami jadikan manusia itu mendengar lagi melihat).
(الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)
"Alhamdu Lillahir Rabbil Alamin" (2), Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.

Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas me-lulu kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.

Alhamdulillah pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah".

Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat
dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau Karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).

Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat-sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subha-nallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Dzat-Nya.

Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seo rang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "Hamba-Ku telah syukur pada-Ku".
Jabrr bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bcrsabda:
Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib). Anas, bin Malik r.a. berkata, Nabi saw, bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang dibcri itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih besar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu".

Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa Rasul saw bercerita Ada seorang hamba Allah membaca, "Ya Tuhanku segala puji bagi-Mu sebagaimana yang layak bagi kebesaran Dzat-Mu dan kebesaran kerajaan-Mu". Kalimat ini menyukarkan bagi kedua malaikat yang mcncatat amal manusia, sehingga kedua Malaikat tidak dapat mencatatnya, maka naiklah kedua Malaikat menghadap kepada Allah dan berkata keduanya, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya ada seorang hamba membaca pujian yang kami tidak dapat menulisnya". Allah bertanya, padahal Allah lebih mengetahui apa yang dibaca hamba-Nya. "Apakah yang dibaca oleh hamba-Ku?" Jawab kedua Malaikat, "Ya Tuhan ia membaca 'Ya Rabbi lakalhamdu kamaa yanbaghilijalaali wafhika wa adhiimi sulthaanika". Firman Allah kepada kedua Malaikat, "Catatlah sebagaimana bacaannya itu sampai ia menghadap kepada-Ku, maka Aku yang akan membalas pahalanya". (HR. Ibnu Majah).

Sengaja Allah memulai kitab-Nya dengan kalimat Alhamdu Lillahi rabbil alamin, untuk menuntun kepada hamba-Nya. Jika sudah mengucap kedua kalimat syahadat, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, harus merasa bahwa segala puja dan puji itu hanya kepada Allah semata-mata. Sebab Al dalam kalimat Alhamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu, walakal mufku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).

Rabb berarti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memclihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.

Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang memelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy-Syu'araa 23-24.
(قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ) 23. (قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ) 24
Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara kcduanya, jika kalian mau percaya dan yakin."

Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam irii semua menunjukkan dan membuktikan kepada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
(الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ)  (3), Yang Mahamurah dan Mahakasih - Penyayang. Artinya kedua isim ini telah tersebut dalam arti Bismillahirrahmanirrahim, schingga tidak diulang. Ar-Rahman yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya.

Ar-Rahim yang membcri nikmat yang halus sehingga tidak terasa, padahal nikmat besar, dan semua nikmat Allah itu besar, hanya saja ada yang berupa langit, bumi, matahari, dan ada yang berupa penglihatan, pendengaran dan pancaindera, dan lain-lainnya. Jika anda akan menghitung nikmat karunia Allah maka takkan dapat menghitungnya.

Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda: Andaikan orang mukmin mengetahui persediaan siksa Allah pasti takkan mengharap untuk dapat mencapai surga-nya. Demikian pula andaikan si kafir mengetahui besar nikmat rahmat Allah, takkan putus harapan dari rahmat seorang pun. (HR. Muslim).
(مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ)  (4) - Raja yang memiliki pembalasan. Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai dengan ayat:
Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali. (Maryam 40).
Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah,  "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia". (an-Naas 1-2).
siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang mcmaksa (perkasa). (al-Mu'min = Ghafir 16).
Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar-Rahman. (al-Furqan 26)

Ad-Din   (Pembalasan   dan   Perhitungan).   Sesuai   dengan ayat: Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan). (as-Shafaat 53).
Dalam hadis Nabi saw. bersabda: Seorang yang sempurna akal ialah yang mengadakan perhitungan pada dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati.

Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi diri-mu sebelum kamu dihisab (diperhitongkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun.
(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)  (5) - Hanya kepada-Mu (Allah) kami mengabdi (menyembah dan hanya kepada-Mu pula kami) minta pertolongan.
Ibadat berarti menurul dengan perasaan rendah diri, mengabdi merasa abdi, hamba yang patuh dengan tunduk.

Ibadat menurut istilah agama menghimpun rasa kecintaan dan merendah serta takut.
Dalam kalimat ini sengaja didahulukan mafulnya yaitu lyyaka dan diulang untuk mendapatkan perhatian dan mengurung yang berarti - Kami tiada menyembah kecuali Engkau, tidak berserah diri kecuali kepada-Mu.

Sebenarnya kesimpulan pengertian beragama itu hanya dalam dua kalimat int. sehingga ulama-ulama dahulu mcngatakan, "Rahasia al-Quran ada di dalam Fatihah dan rahasia Fatihah ada di dalam kalimat ini, sebab yang pertama berarti bebas dari syirik dan yang kedua merasa bebas dari daya kekuatan dan menyerah bulat kepada Allah Ta'ala". Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 123 yang berbunyi:
(وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ)

Sembahlah Dia dan serahkan dirimu kepadaNya, dan Tuhanmu sekali-kali tidak lupa terhadap apa yang kamu amalkan.
(رَّبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلً)
Dan ayat: Tuhan yang mcnguasai (mencipta) timur dan barat, tiada Tuhan kecuali Dia, maka jadikanlah Dia sebagai wakilmu (yang menjaminmu) dan tempat tujuanmu dalam segala hajat kebutuhanmu. (al-Muzzammil 9).

Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata, "lyyaka na'budu = Kepada-Mu kami mcnyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan lyyaka nasta'in = Kami minta tolong kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentinganku".

Qatadah berkata, "Dalam lyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantu-an pertolongan Allah dalam segala urusan."
Karena ibadat itu suatu kedudukan yang luhur tinggi bagi seorang hamba Allah menyebut Nabi Muhammad saw. pada ayat dalam surat al-Isra' dan al-Kahfi:
Mahasuci Allah yang menjalankan hamba-Nya di waktu malam. (al-Isra' 1).
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Kitab (aj-Quran) kepada hamba-Nya. (al-Kahfi 1).

(اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ)  (6) = Pimpinlah kami kejalan yang lurus. Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai, dan tidak berubah arti.
Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berli-ku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulutlah saw, Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana ri-wayat dari AH r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "AsshiratuI mustaqiim kitabullah". Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.

An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan yang lurus, sedang di kanan-kiri jalan ada dinding (pagar tembok) dan di pagar ada pintu-pintu tcrbuka, pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila ada orang yang akan membuka pintu diperingatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum Allah dan pintu yang terboka ialah yang diharamkan Allah sedang seruan di muka jalan itu ialah kitab Allah, dan seruan di atas shirat ialah seman nasihat dalam hati trap orang muslim. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).

Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai Allah raaka ia termasuk golongan mereka yang mendapat nikmat dari Allah daripada Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat taufik hidayat sedemikian berarti ia benar-benar Islam berpegang pada kitab Allah dan sunnatuirasul, menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan syariat agama.
Jika' ditanya, "Mengapakah seorang mukmin haras minta hidayat, padahal ia bersalat itu berarti hidayat?**

Jawabnya, "Seorang membutuhkan hidayat itu pada setiap saat dan dalam segala hal keadaan kepada Allah untuk bisa tetap terus terpimpm oleh hidayat Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya, Maka seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayat. Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Ni-sa:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا)
Hai orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulul-lah. (an-Nisa 136).
Dalam ayat ini orang mukmin disunih beriman, yang maksudnya supaya terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan, jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.
(صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ)  (7) — Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat. (7).
Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:

Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan' para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan mcrekalah sebat'k-baik kawan. (an-Nisa 69).
Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat: "Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" = Itulah karunia Aflah dan ctikup Allah yang Maha Mengeta-hui.

Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., 'Siapakah yang dimurkai Allah itu?' Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". 'Dan siapakah yang sesat itu?'-Jawab Nabi saw., "An-Nashara (Kristen/Nasrani)".

Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anahullahu wa ghadhiba aJaihi" = Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga dijadikan di antara mereka kera dan babi.

Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu katsiera wa dhallu an sawaa issabiil" = Mereka yang telah sesat sejak dahulu, dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.
Dan sunat bagi siapa yang membaca Fatihah pada akhirnya membaca "Amin". Yang berarti, "Ya Allah terimalah

Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda, "Jika Imam membaca Amin maka sambutlah (bacalah) amin, maka sesungguhnya siapa yang bertepatan bacaan aminnya dengan aminnya para Malaikat maka dtampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu". (HR. Bukhari, Muslim).
Abu Musa meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Jika Imam membaca Waladha dhaaHiin, maka bacalah Amin niscaya Allah me ne rim a dan menyambut kamu (permintaanmu). (HR. Muslim).

Pasal: Sunt ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan menyebut nama Allah dan sifat-si-fat-Nya yang mulia, lalu menyebut ha! Hari Kemudian, pemba-lasan dan tun tut an, kemudian menganjurkan kepada hamba su-paya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah $er-ta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikh-las dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayat tauftk dan pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim su-paya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah.



No comments:

Post a Comment