Wednesday, August 7, 2013

Surah al Baqarah ayat 104-129

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انظُرْنَا وَاسْمَعُوا ۗ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
Wahai orang-orang Yang beriman! janganlah kamu mengatakan: "raaina", (ketika kamu berkata-kata Dengan Nabi Muhammad), sebaliknya katakanlah: "unzurna", dan dengarlah kamu (segala perintah Dengan sebulat hati menerimanya); dan (ingatlah, bahawa) orang-orang kafir itu akan beroleh azab seksa Yang tidak terperi sakitnya. (Surah al Baqarah, 2 : 104)

(مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ)
orang-orang kafir dari ahli kitab, dan juga dari orang-orang musyrik, tidak suka kiranya diturunkan kepada kamu sedikit dari kebaikan (atau wahyu) dari Tuhan kamu padahal Allah berhak menentukan rahmatNya kepada sesiapa Yang dikehendakiNya; dan Allah (jualah yang) mempunyai limpah kurnia Yang amat besar. (Surah al Baqarah, 2 : 105)

Dalam ayat ini Allah menggesa hambaNya yang beriman, supaya tidak meniru orang kafir dalam kata atau perbuatan mereka. Sebab orang Yahudi menggunakan kata-kata yang mempunyai dua arti baik dan buruk, kemudian jika mereka akan mengejek, lalu mempergunakan kalimat itu juga, juga kaum Yahudi biasa bergumam dengan kata-kata karena bermaksud jahat sebagaimana jika mereka memberi salam kepada Nabi saw. mereka berkata, "Assammu alaika", menggumam dan menghilangkannya dengan maksud - Semoga binasa engkau -. Karena itu Nabi saw. jika menjawab salam mereka eukup berkata, "Wa alaika". Yakni dan atasmu, yakni apa yang anda katakan kembali kepadamu. Kemudian Nabi saw. bersabda, "Hanya doa kami yang diterima oleh Allah, dan doa mereka terhadap kami tidak diterima".

Abu Shakher berkata, "Biasanya jika Rasulullah saw. sedang berpaling lalu ada seorang sahabat akan berbicara kepada Nabi saw. maka berserulah dengan kalimat "Raa'inaa" atau "ar'ina sam'aka"; Perhatikanlah kami atau dengarkanlah kami telingamu. Tiba-liba seorang Yahudi dari Bani Qaniuqa bernama Rifaah bin Zaid mendengar kalimat itu lalu ia meniru kalimat itu dan berkata kepada Nabi saw., "Raa'ina" yang maksudnya orang yang dungu rendah di antara kami.

Karena demikian itu maka Allah melarang orang Muslim menggunakan kalimat yang telah disalahgunakan oleh orang Yahudi.

Lalu tujuan ayat menjadi umum terhadap segala kalimat yang dapat disalahgunakan oleh orang kafir, sehingga Nabi saw. bersahda, "Mantasyabbaha biqaumin fa huwa minhum = Siapa yang meniru suatu kaum maka tergolong pada mereka". (HR. Abu Dawud dan Ibnu Abi Syaibah).
Ibnu Jarir berkata, "Yang nyata dalam ayat ini Allah telah melarang orang mukmin untuk menggunakan kalimat Raa'ina terhadap NabiNya. Adapun dalam ayat 105; Maka Allah menerangkan bahwa orang kafir sangat benci dan memusuhi orang mukmin baik ia kafir ahlil kitab atau musyrik pada umumnya, karena itu orang mukmin harus waspada, dan jangan sampai simpatik atau meniru-niru perbuatan mereka, jangan terpengaruh apa pun dari mereka. Yakni bebaskan hatimu daripada sayang atau kasih pada mereka. Lalu ditutup ayat dengan penjelasan bahwa rahmat Allah itu hanya ditentukan oleh Allah sendiri kepada siapa yang dikehendaki dari hambaNya, dan rahmat yang terbesar adalah Iman, hidayat dan taat pada Allah dan pada RasulNya.

(مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ)
apa sahaja ayat keterangan Yang Kami mansukhkan (batalkan), atau Yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti Yang lebih baik daripadanya, atau Yang sebanding dengannya. tidakkah Engkau mengetahui bahawasanya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu? (Surah 2 : 106)

(أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ)
tidakkah Engkau mengetahui Bahawa Sesungguhnya Allah Yang Menguasai Segala alam langit dan bumi? dan tiadalah bagi kamu selain Allah sesiapapun Yang dapat melindungi dan Yang dapat memberi pertolongan. (Surah 2 : 107)


Tiadalah Aku menghapus atau mengganti ayat seperti ayat:
Orang tua lelaki dan perempuan, jika berzina keduanya, maka rajamlah keduanya sebagai hukuman yang pasti, sebagai balasan atas perbuatan keduanya, dan sebagai siksa dari Allah, dan Allah Mahamulia dan Bijaksana.

Juga ayat:
Andaikan anak Adam telah mempunyai dua lembah emas pasti ia masih ingin yang ketiga.
Ibnu Jarir berkata, "Tiadalah aku menggantikan hukum suatu ayat ke lainnya, yakni dari halal berubah haram dan sebaliknya atau yang haram berubah mubah. Dan terjadinya nasikh mansukh itu hanya dalam perintah, larangan, halal, haram dan mubah. Adapun dalam berita maka tidak terjadi nasikh mansukh."

Nasikh (nasakha) berarti memindahkan dari satu naskah ke lain naskah atau menggantinya, demikian pula menggantikan hukum.

At-Thabrani meriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Ada dua orang yartg telah diajari oleh Nabi saw. beberapa ayat, dan selalu dibaca oleh keduanya, tiba-tiba pada suatu malam, keduanya salat dan tidak dapat membaca ayat yang diajarkan oleh Nabi saw. maka pagi-pagi keduanya menghadap kepada Nabi saw. dan menecriterakan kejadiannya, tiba-tiba Nabi saw. bersabda, "Itu termasuk ayat yang telah mansukh dan dilupakan, karena itu kamu jangan hiraukan lagi padanya (yakni lalaikanlah ia)". Az Zuhri yang meriwayatkan hadis ini berkata, "Yaitu: Maa nan sakh min aa yatin au nunsiha.

AI-Hasan ketika mengartikan "Au nunsiha'. Sesungguhnya Nabi saw. ada kalanya membaca ayat al-Quran di waktu malam kemudian lupa di waktu siangnya, demikian pula keterangan Ibnu Abbas r.a."
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Umar berkata, "Ali yang terpandai hukum, dan Ubay yang terpandai qira'at, tetapi kami tidak meninggalkan bacaan Ubay karena ia berkata, Saya tidak akan meninggalkan sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah saw. walau sedikit pun. Padahal Allah berfirman, (مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ) Nasikh, mansukh ada dua; mansukh bacaan dan tetap hukum, dan mansukh hukum tetapi tetap bacaannya.
Yang mansukh bacaan ayatnya tetapi tetap hukumnya, yaitu ayat: "Asysyaikhu wasy syaikhatu idza zanaya far jumu hummal battata'." Ayat ini dimansukhkan bacaannya dengan ayat: "Azzaaniyatu wazzaani fajlidu kutla wa hi da in minhuma mi'ata jaldatin". (an-Nur 2).
(وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا وَصِيَّةً لِّأَزْوَاجِهِم مَّتَاعًا إِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ إِخْرَاجٍ ۚ فَإِنْ خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِي مَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ مِن مَّعْرُوفٍ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ)
dan orang-orang Yang (hampir) mati di antara kamu serta meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isteri mereka, Iaitu diberi nafkah saguhati (makan, pakai dan tempat tinggal) hingga setahun lamanya, Dengan tidak disuruh pindah dari tempat tinggalnya. kemudian jika mereka keluar (dari tempat tinggalnya Dengan kehendakNya sendiri) maka tidaklah kamu bersalah (Wahai wali waris si mati) mengenai apa Yang mereka (isteri-isteri itu) lakukan pada diri mereka dari perkara Yang patut Yang tidak dilarang Syarak) itu dan ingatlah, Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. (Surah al Baqarah, 2: 240)
(وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا ۖ فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ)
dan orang-orang Yang meninggal dunia di antara kamu, sedang mereka meninggalkan isteri-isteri hendaklah isteri-isteri itu menahan diri mereka (beridah) selama empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis masa idahnya itu maka tidak ada salahnya bagi kamu mengenai apa Yang dilakukan mereka pada dirinya menurut cara Yang baik (yang diluluskan oleh Syarak). dan (ingatlah), Allah sentiasa mengetahui Dengan mendalam akan apa jua Yang kamu lakukan. (Surah al Baqarah, 2: 234)

Tetapi hukum rajam tetap berlaku di masa Nabi saw. dan seterusnya. Adapun yang mansukh hukumnya telapi ayatnya tetap terbaca yaitu ayat 240 surat al-Baqarah hukumnya dimansukhkan oleh ayat 234 surat al Baqarah. Juga ayat yang mewajibkan sedekah untuk munajat dengan Nabi saw. dalam ayat 12 surat al-Mujadalah yang kemudian dimansukhkan oleh ayat lanjutannya yaitu ayat 13 surat al-Mujadalah itu juga. Demikian pula perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah.

Dalam tafsir al-Qurthubi. Abul Bakhtari meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a. masuk masjid tiba-tiba di situ ada orang yang sedang berceramah, lalu Ali menanyakan siapakah orang itu. Dijawab, "Orang memberi ceramah". Lalu Ali berkata, "Panggil ia ke mari". Setelah ada di depan Ali lalu ditanya, "Apakah anda mengerti nasikh dan mansukh?" Jawab orang itu, "Tidak". Maka Ali berkata kepadanya, "Anda keluar dari sini dan jangan memberi eeramah di masjid kami ini". Di lain riwayat Ali berkata, "Anda binasa dan membinasakan".

Dalam ayat 106 ini Allah menutupnya dengan kalimat yang memperkenalkan bahwa kekuasaan Allah itu mutlak, kuasa atas segala-galanya, dan dilanjutkan dengan ayat 107, "Tidakkah anda mengetahui bahwa Allah itulah yang memiliki langit dan bumi dan bagimu selain Allah tidak ada pelindung, pernbantu dan penolong".

Yakni Allah sendiri yang berhak sepenuhnya terhadap semua makhlukNya, berbuat sekehendakNya, membahagiakan, membinasakan, menyehatkan, menyakitkan, memuliakan, menghinakan, menyesatkan dan memberi hidayat, menghidupkan dan mematikan, demikian pula sekehendakNya menghalalkan, mengharamkan, menyuruh, melarang dan mengubah larangan atau perintahNya, tidak dapat ditanya mengapakah berbuat itu, sedang semua makhluk akan ditanya.

Demikian pula Allah akan menguji hambaNya dengan mengutus Nabi utusanNya dengan suatu perintah. Lalu diubahnya (melarangnya) atau menggantinya sebagaimana yang dikehendakiNya.
Maka pengertian taat itu ialah menurut semua perintah dan laranganNya serta mengikuti tuntunan para Nabi UtusanNya.

Dalam ayat ini suatu penolakan jitu terhadap kaum Yahudi yang menyatakan tidak mungkin terjadinya nasikh mansukh dalam agama Allah.

Ibnu Jarir at-Thabari menafsirkan ayat 107 ini sedemikian: Tidakkah anda mengetahui, hai Muhammad, bahwa Akulah yang memiliki langit dan bumi dan menguasai sepenuhnya sehingga menghukum sekehendakKu, dan memenntah sekehendakKu, melarang sekehendakKu, mengubah hukum terhadap hambaKu sekehendakKu, menetapkan sekehendakKu, terhadap hak milikKu sendiri.

Dan ayat ini meskipun khitabnya terhadap Nabi Muhammad saw. juga untuk mendustakan keterangan orang Yahudi yang menolak dan mengingkari beberapa hukum Taurat dengan hukum Injil, kemudian mereka menentang kenabian Nabi Muhammad dan Isa a.s. karena dalam ajaran keduanya ada perubahan sebagian dari hukum Taurat. Karena itu pertama terjadinya penolakan terhadap nasikh dan mansukh ini dari kaum Yahudi.

Karena itu maka Allah langsung menyatakan bahwa langit dan bumi dengan segala ketentuan peraturannya di tangan Allah sendiri, menetapkan atau mengubahnya sekehendakNya,
Sebagaimana Allah menghalalkan bagi Adam untuk mengawinkan putranya kepada putrinya, kemudian mengharamkannya, dan menghalalkan kepada Nabi Nuh untuk memakan semua binatang ketika baru keluar dari perahunya, kemudian mengharamkan sebagian dari padanya, juga menghalalkan Israil menikahi dua bersaudara, sekaligus, kemudian Allah mengharamkannya dalam Undang-undang Syariat Taurat dan sesudahnya, dan Allah menyuruh Bani Israil membunuh penyembah-penyembah anak lembu, kemudian menghentikannya dan banyak lagi yang serupa itu.
(أَمْ تُرِيدُونَ أَن تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِن قَبْلُ ۗ وَمَن يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ)
Adakah kamu pula hendak meminta dari Rasul kamu sebagaimana diminta dari Nabi Musa (oleh kaumnya) dahulu? dan sesiapa Yang menukar iman Dengan mengambil kekufuran, maka Sesungguhnya ia telah sesat dari jalan Yang lurus. (Surah al Baqarah, 2 : 108)

Dalam ayat ini Allah melarang kaum mukminin bertanya kepada Rasulullah saw. segala hal sebelum terjadinya, sebagaimana tersebut dalam ayat 101 surah al-Maidah, tetapi jika kamu menanyakan perinciannya sesudah diturunkan hukumnya, maka pasti akan dijelaskan kepadamu, sebab sesuatu yang belum terjadi jika ditanyakan, mungkin karena rumit, pelik, sehingga keluar hukum haram disebabkan oleh pertanyaan itu, karena Nabf saw. bersabda:

Sesungguhnya sebesar-besar dosa seorang Muslim, orang yang menanyakan sesuatu yang tadinya tidak haram, kemudian diharamkan karena pertanyaannya.
Al-Mughirah bin Syu'bah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. melarang yang hanya meriwayatkan, "Katanya orang atau ia berkata. Dan boros harta dan banyak bertanya". (Bukhari, Muslim).

Dalam sahih Muslim Nabi saw. bersabda:
Biarkanlah aku dalam hal yang aku sengaja diam (membebaskan) kamu, maka sesungguhnya yang telah membinasakan umat-umat yang sebelummu, karena banyak yang bertanya lalu berselisih dengan Nabinya. Maka bila aku perintahkan dengan sesuatu kerjakan sekuat tenagamu, dan bila aku melarang kamu dari sesuatu maka hentikanlah". (Bukhari, Muslim).

Hadis ini disabdakan oleh Nabi saw. ketika ia menerangkan, "Allah telah mewajibkan haji atas kamu". Lalu ada orang bertanya, "Apakah setiap tahun, ya Rasulullah". Nabi saw. diam tidak menjawab, lalu meneruskan keterangannya, "Allah telah mewajibkan haji atas kamu. Orang itu bertanya pula. Nabi pun diam tidak menjawabnya, dan meneruskan keterangannya, "Allah telah mewajibkan berhaji atas kalian". Orang itu bertanya, "Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?" Jawab Nabi saw., "Tidak! Andaikan aku berkata 'Ya' pasti menjadi wajib, dan kamu tidak dapat melakukannya, karena itu apa yang aku diamkan, maka biarkanlah aku jangan didesak dengan pertanyaan-pertanyaanmu".

Anas bin Malik r.a. berkata, "Kami dilarang untuk bertanya-tanya kepada Nabi saw., karena itu kami gembira jika ada seorang dusun datang bertanya kepada Nabi saw. sedang kami yang mendengarnya".

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Saya tidak melihat suatu kaum yang lebih baik dari sahabat Nabi Muhammad saw. mereka tidak bertanya kepada Nabi saw. kecuali dua belas masalah sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran yaitu ayat-ayat yang berbunyi: "Yas'aluunaka = Mereka bertanya kepadamu".

AI-Baraa bin Aazib r.a. berkata, "Ada kalanya ada hari yang akan aku tanyakan kepada Nabi saw. hingga setahun aku tetap merasa segan untuk menanyakannya kepada Nabi saw. dan selalu mengharap kalau-kalau ada orang Baduwi (dusun) datang menanyakan apa yang aku tanyakan itu."

Tas'alu dapat berarti "bertanya" atau "meminta".
Abul Aliyah mengatakan bahwa ayat 108 ini, mengenai orang yang berkata, "Ya Rasulullah, andaikan tebusan dosa-dosa kami sebagaimana Bani Israil". Maka Nabi saw. bersabda, "Allahumma laa nab ghi haa, Allahumma laa nab ghi haa, Alla-hum ma laa nab ghi haa, maa a'thaa kumul lahu khairun mimma a'tha Bani Isra'il" = Ya Allah aku tidak mau, Ya Allah aku tidak mau, Ya Allah aku tidak mau, apa yang telah diberikan Allah kepadamu jauh lebih baik dari apa yang diberikan kepada Bani Israil, dahulu Bani Israil jika seorang berbuat dosa, maka langsung tertulis di muka pintu rumahnya; dosa dan cara menebusnya, maka jika ia laksanakan tebusan itu sebagai suatu penghinaan di dunia, jika tidak dilaksanakan maka akan menjadi kehinaan di akhirat, sedang apa yang diberikan Allah kepadamu jauh lebih baik dari apa yang diberikan Allah kepada Bani Israil yaitu: Waman ya'mal suu'an au yadh lim nafsahu tsum-ma yas tagh firil laha yajidillaha ghafuuran rahiemaa = Dan siapa yang berbuat dosa atau kejahatan terhadap dirinya, lalu minta ampun, membaca istighfar kepada Allah, pasti akan mendapatkan Allah Maha Pengampun lagi Penyayang". (an-Nisa 110). Dan salat lima waktu juga salat Jumah menjadi penebus dosa.

Dan siapa yang niat akan berbuat dosa lalu tidak dilakukannya tidak dicatat suatu apa pun, dan bila dilakukan tercatat satu dosa. Sebaliknya siapa niat akan berbuat suatu kebaikan lalu tidak diluksanakan maka tercatat satu kebaikan (hasanat) dan bila dikerjakan, dicatat sepuluh hasanat. Dan tidak akan binasa di hadapan Allah kecuali orang yang memang sangat celaka. Yakni sesudah sedemikian kemurahan Allah masih saja binasa maka sungguh keterlampauan celakanya.

Mujahid menerangkan mengenai ayat 108 ini dan berkata, "Kaum Quraisy minta kepada Nabi saw. supaya berdoa untuk mengubah bukit Shafa menjadi emas". Jawab Nabi saw., "Ya dapat, tetapi bagimu sebagaimana hidangan dari langit yang telah diturunkan kepada Bani Israil, maka mereka menolak tidak jadi minta itu."

yatabaddatil kufra bil iman faqad dhalla sawaassa-bil = Dan siapa yang menukar imannya dengan kekafiran, maka ia telah lersesat dan keluar dari jalan yang lurus, beralih kepada kebodohan dan kesesatan.

Demikianlah keadaan orang yang berpaling daripada pereaya kepada Nabi saw. dan patuh kepada mereka, dan condong kepada mendustukan para Nabi dan menentang mereka serta memajukan herbagai soal, yang sengaja hanya mengalahkan dan menentang semata-mata.
(وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ)
banyak di antara ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) suka kalaulah kiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir setelah kamu beriman, kerana dengki Yang timbul dari diri mereka sendiri, sesudah nyata kepada mereka kebenaran (Nabi Muhammad s.a.w). oleh itu, maafkanlah dan biarkanlah oleh kamu (akan mereka), sehingga Allah datangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Surah 2 : 109)

 (وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ)
dan dirikanlah oleh kamu akan sembahyang dan tunaikanlah zakat dan apa jua Yang kamu dahulukan dari kebaikan untuk diri kamu, tentulah kamu akan mendapat balasan pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah sentiasa melihat Segala Yang kamu kerjakan. (Surah 2 : 110)

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan kepada hamba yang beriman perasaan dan rencana orang-orang kafir ahlil kitab yang ditimbulkan oleh rasa dengki dan iri hati terhadap karunia Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. dan kaum mukminin, tetapi Allah menyuruh kaum mukminin supaya lapang dada dan dapat memaafkan mereka, karena menunggu ketentuan keputusan Allah, dan supaya tetap menjaga tugasnya sendiri yaitu tetap melakukan salat, zakat dan amal kehaikan yang lain-lainnya untuk memperbanyak amat akhirat.
Ibnu Abba's r.a. berkata, "Huyai bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab seb.ugai tokoh Yahudi sangat hasud iri hati terhadap bangsa Arab karena Allah telah mengaruniakan kepada mereka Nabi Muhammad saw. maka keduanya berusaha sekuat tenaga untuk membalikkan orang Islam kepada kekafiran, sehingga Allah menurunkan ayat 109 ini, membuka kedok mereka supaya orang Muslim jangan sampai tertipu oleh tipu muslihat mereka.

Diriwayatkan bahwa Ka'ab bin al-Asyraf, pujangga Yahudi selalu menghina Nabi saw. dalam syairnya, maka Allah menurunkan ayat 109 ini.- Dan Allah tetap menyuruh orang Islam bersabar memaafkan perbuatan mereka, dan supaya rajin mengerjakan kewajiban dirinya dalam salat, zakat dan beramal salih.

Ibnu Abbas berkata, "Perintah memaafkan kepada kaum Musyrikin telah dimansukhkan dengan ayat perintah membunuh mereka dalam surat at-Taubah 29 - 36.

As-Suddi berkata, "Mansukh dengan ayat perintah perang. Dan pada ayat 110 Allah tetap menganjurkan kepada kaum Mukminin supaya tetap rajin melaksanakan kewajibannya dahulu dan memperbanyak amal kebaikan sambil menunggu perintah Allah, untuk berperang menghadapi orang kafir dan musuh Islam dengan kekerasan, dengan peringatan bahwa Allah tetap mengawasi segala amal perbuatan hambaNya.

Maka tiap orang mukmin harus selalu sadar bahwa dirinya di bawah pengawasan Allah, sehingga selalu berbuat baik dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah SWT.
(وَقَالُوا لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ)
dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata pula: "Tidak sekali-kali akan masuk syurga melainkan orang-orang Yang berugama Yahudi atau Nasrani". Yang demikian itu hanyalah angan-angan mereka sahaja. Katakanlah (Wahai Muhammad): "Bawalah kemari keterangan-keterangan Yang (membuktikan kebenaran) apa Yang kamu katakan itu, jika betul kamu orang-orang Yang benar". (Surah 2 : 111)

(بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ)
 (Apa Yang kamu katakan itu tidaklah benar) bahkan sesiapa Yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang ia pula berusaha supaya baik amalannya, maka ia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian Yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. (Surah 2 : 112)

(وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَىٰ عَلَىٰ شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَىٰ لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَىٰ شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ)
dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai sesuatu pegangan (ugama Yang benar)"; dan orang-orang Nasrani pula berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan (ugama Yang benar)"; padahal mereka membaca Kitab suci masing-masing (Taurat dan Injil). demikian juga orang-orang (musyrik dari kaum Jahiliyah) Yang tidak berilmu pengetahuan, mengatakan seperti Yang dikatakan oleh mereka itu. maka Allah akan menghukum (mengadili) di antara mereka pada hari kiamat mengenai apa Yang mereka berselisihan padanya. (Surah 2 : 113)

Dalam ayat ini Allah menyatakan terpedayanya kaum Ya­hudi dan Nasrani (Kristen) oleh perasaan hawa nafsunya sehingga menyatakan bahwa tidak akan dapat masuk surga ke­cuali orang Yahudi atau Nasrani, tetapi didustakan oleh Allah pernyataan mereka, dengan tuntunan Allah supaya menanyakan kepada mereka apakah buktinya bahwa mereka memonopoli surga.
Kemudian Allah menyatakan bahwa surga itu memang disediakan oleh Allah bagi siapa saja yang Islam, taat, patuh sungguh dalam semua urusan kehidupannya kepada tuntunan perintah Allah dan larangan-Nya.

Aslama wajhahu lillahi wahuwa muhsinun; Tulus ikhlas da­lam semua amal perbuatannya kepada Allah, dan benar-benar mengikuti tuntunan dan petunjuk Rasulullah saw. Di sini menerangkan bahwa amal yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat, pertama tulus ikhlas karena Allah, kedua, tepat sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Maka bila amal itu tulus ikhlas, tetapi tidak tepat menurut tuntunan Rasulullah saw. ma­ka tidak diterima, sebagaimana sabda Nabi saw.;
Siapa yang beramal tidak menurut tuntunan kami maka ia tertolak. (HR. Muslim).

Maka perbuatan pendeta-pendeta dan yang serupa dengan mereka meskipun sunggui ikhlas tidak diterima sebab tidak mengikuti tuntunan Rasulullah saw. sebab Rasulullah saw. diutus kepada semua manusia. Sebagaimana firman Allah: (وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا)  Dan Kami periksa amat mereka, kemudian Aku jadikannya bagaikan debu yang berhamburan. (al-Furqan, 25: 23).
Dan: "Walla dziina kafaru a'maa luhum kasaraa bin bi-qi'atin yahsabuhudhdzam 'aanu ma'a hatta idzaa jaa'ahu lam yajid hu syai'a. = Sedang orang kafir amal perbuatan mereka bagaikan fatamorgana (bayang-bayang air) di tanah, disangka oleh orang haus air, sehingga ketika ia sampai di sana tidak ada apa-apa. (an-Nur 39).
dan ayat: (وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ) (عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ) (تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً) Beberapa wajah manu­sia pada hari itu tunduk merasa rendah diri, dahulu mereka telah beramal dengan susah payah, akhirnya masuk ke dalam neraka yang sangat panas. (al-Ghasyiyah 2. 3, 4).
Amirul mukminin Umar bin Khathab r.a. menakwilkan ayat ini mengenai pendeta dan yang serupa dengan mereka dari guru-guru agama selain Islam.

Adapun jika amal itu sesuai dengan syariat tuntunan Nabi saw. tetapi ketika melakukannya tidak ikhlas, juga tertolak dan tidak diterima oleh Allah Ta'ala.

Sebagaimana Allah menyebut keadaan orang munafik,( إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا) Sesungguhnya orang munafik akan mempermainkan Allah, padahal Allah mempermainkan mereka, dan jika mereka berdiri untuk salat berdiri dengan malas, hanya untuk dilihat orang semata-mata, dan ti­dak ingat kepada Allah dalam salatnya kecuali sedikit sekali. (an-Nisa 142).

Juga firman Allah, (فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ) (الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ) (الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ)  Maka ancaman dengan neraka wail bagi orang yang salat, dan lalai dari salatnya, ialah mereka yang hanya sa­lat karena orang-orang dan menolak pertolongan (yakni tidak suka menolong sesamanya). (al-Ma'uun 4, 5, 6).

Sedang Allah telah menjamin bagi siapa yang benar-benar dalam amal perbuatannya tulus ikhlas karena Allah, maka Allah telah menjamin ketenangan hidupnya sehingga bebas dari risau, sedih dan takut dunia dan akhiratnya.

Dalam ayat 113 ini Allah menyatakan betapa hebat pertentangan permusuhan kedua kaum ahlil kitab, padahal sama-sama membaca dan mengikuti tuntunan kitab.

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika rombongan Nasrani Najran datang kepada Nabi saw. tiba-tiba didatangi oleh ahbar (guru-guru) Yahudi, dan terjadilah pertengkaran dengan utusan orang Nashara. Rafi’ bin Harmalah berkata kepada orang-orang Nashara, "Kalian tidak berarti apa-apa dalam agama dan ia kafir terhadap Isa dan Injil". Lalu dijawab oleh seorang dari Najran, "Kalian juga tidak berarti apa-apa dalam agama, dan kafir terhadap Musa dan Taurat". Maka Allah menurunkan ayat 113 ini. Padahal masing-masing membaca kitab yang membenarkan kenabian Musa dan Isa dan mengakui kitab Taurat dan Injil, bahwa kedua Nabi itu benar-benar utusan Allah dan kedua kitab itu juga diturunkan oleh Allah, yang harus dipereayai keduanya.

( وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ ۗ)  padahal mereka sama-sama membaca dan mengetahui hukum syariat Taurat dan Injil, yang keduanya masih berlaku hukumnya bagi kedua golongan itu, tetapi kenyataannya masing-masing kafir mengkafirkan.
( كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ) Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui kitab, yaitu bangsa Arab ketika mereka berkata bahwa agama yang dibawa oleh Muhammad saw. bukan agama yang benar.

Karena itulah Allah menutup ayat dengan ketentuan bahwa hanya Allah yang akan menghukum dan memutuskan semua perselisihan yang mereka pertengkarkan itu kelak pada hari kiamat, sebab setama di dunia mereka tidak mau kalah meskipun merasa salah, maka kebatilan yang mereka pertahankan harus tetap menang.

(وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا ۚ أُولَٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ)
dan siapakah Yang lebih zalim daripada orang-orang Yang menyekat dan menghalangi dari menggunakan masjid-masjid Allah untuk (sembahyang dan) menyebut nama Allah di dalamnya, dan ia berusaha pula untuk meruntuhkan masjid-masjid itu? orang-orang Yang demikian, tidak sepatunya masuk ke Dalam masjid-masjid itu melainkan Dengan rasa penuh hormat dan takut kepada Allah (bukan secara Yang mereka lakukan itu). mereka (dengan perbuatan itu) akan beroleh kehinaan di dunia, dan di akhirat kelak mereka mendapat azab seksa Yang amat besar. (Surah al Baqarah, 2: 114)

Ahli-ahli tafsir berbeda paham mengenai golongan yang menolak dan merobohkan masjid. Pertama: Mereka orang Nashara yang mengotori Baitul Maqdis dan melarang orang yang sembahyang di dalamnya.
Qatadah berkata, "Mereka membantu Bukhtunasar untuk merobohkan Baitul Maqdis dan mengotorinya dengan bangkai-bangkai, sebenarnya mereka dibantu oleh kerajaan Roma untuk merobohkan Baitul Maqdis karena merasa jengkel terhadap perbuatan Bani Israil yang telah membunuh Nabi Yahya bin Zakariya a.s.
Kedua: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibn Zaid berkata, "Ayat ini mengenai kaum musyrikin ketika menghalangi Rasulullah saw. dan sahabatnya untuk berumrah waktu Hudaibiyah, dan berkata kepada mereka, "Tiada seorang pun yang dapat ditolak untuk tawaf di Ka'bah ini". Bahkan seorang bertemu dengan orang yang telah membunuh ayah atau saudaranya dan tidak dilarang untuk tawaf di Ka'bah ini. Jawab Quraisy, "Tidak boleh masuk ke Masjidil Haram orang yang telah membunuh ayah-ayah kami di perang Badr jika kami masih hidup."

Ibnu Jarir condong pada pendapat yang pertama, karena bangsa Quraisy tidak berusaha untuk merobohkan Ka'bah, adapun tentara Roma maka berusaha untuk merobohkan Baitul Maqdis.
Adapun bangsa Quraisy meskipun mereka tidak berusaha untuk merobohkan Ka'bah tetapi mereka telah mengusir Rasulullah saw. dan sahabat dan mereka menolak bersalat di Masjidil Haram, lalu mereka penuhi Masjidil Haram dengan berhala.

Sebagaimana firman Allah dalam ayat 34 al-Anfal(وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ )  Mengapakah mereka tidak akan disiksa oleh Allah padahal mereka telah menghalangi orang akan tawaf di Masjidil Haram".
Bukannya tujuan kemakmuran masjid itu sekedar menegakkan bangunan dan menghias semata-mata, tetapi kemakmuran masjid yang sesungguhnya hanya zikrullah, pengajian, dakwah penyuluhan agama dan menegakkan syariat agama, dan membersihkannya dari segala kotoran dan syirik.

( أُولَٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ ۚ) Mereka tidak layak masuk masjid kecuali dengan perasaan
takut. Berita ini berarti perintah, "Jika kamu telah berkuasa jangan mengizinkan mereka masuk masjid kecuali sesudah ada damai dan bayar eukai karena itu setelah Fathu Makkah pada tahun kesembilan Hijrah menyuruh orang menyampaikan aba-aba di Mina:

Alaa la yahujjanna ba 'dal aami musyrik, walaa yathufanna bil baiti iryaan, waman kaana lahu ajalun fa ajaluhu Ha muddatihi = Ingatlah tidak boleh berhaji sesudah tahun ini seorang musyrik, dan tidak boleh tawaf di Ka'bah dengan telanjang, dan siapa yang terikat dengan masa perjanjian, maka ia tunda hingga selesai ajalnya (masanya).

Ada pula yang mengartikan, "Tidak layak bagi yang kafir masuk masjid (Baitullah) kecuali dengan perasaan sangat takut dan sangat gentar dari serangan kaum mukminin jangankan mereka akan menolak kaum mukminin yang akan melakukan umrah ibadat di dalam baitullah itu".

Juga ada yang mengartikan bahwa ini suatu bisyarah dari Allah bahwa kaum muslimin kelak akan menguasai Masjidil Haram, dan mereka akan mengalahkan dan menghinakan kaum musyrikin sehingga mereka tidak berani masuk Masjidil Haram kecuali jika masuk agama Islam. Kemudian yang demikian ini telah menjadi kenyataan, dan Rasulullah saw. telah berwasiat supaya tidak tertinggal di jazirah Arabia dua agama yang kaum Yahudi Nashara harus dikeluarkan dari Arabia.

Walillahil hatndu wal minnatu.
Yang demikian itu tidak lain hanya untuk masjid dan tempat-tempat di sekitarnya, tempat di mana Allah mengutus RasulNya untuk memimpin umatNya ke jalan yang diridaiNya, dan pula berupa penghinaan Allah terhadap orang kafir di dunia, sedang di akhirat telah menanti mereka siksat yang lebih besar dan pedih Karena mereka telah melanggar kehormatan Masjidil Haram dengan menegakkan di sana berhala dan tawaf di Ka'bah sambil tetanjang dan lain-lain perbuatan mereka yang keji dalam kekafiran.

Ka'bul Ahbar berkata, "Orang-orang Nashara ketika menguasai Baitul Maqdis, mereka merobohkannya, kemudian ketika Allah mengutus Nabi Muhammad saw. maka Allah menurunkan ayat 114 ini, kemudian tiada seorang Nasrani yang berani masuk ke dalam Baitul Maqdis kecuali dengan perasaan takut, atau sembunyi-sembunyi (peneurian).
(وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)
Dan milik Allah timur dan barat, maka ke manakah kamu menghadap akan bertemu dengan wajah Allah. Sungguh Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui. (115).

Ayal ini sebagai hiburan dari Allah pada Rasulullah saw. dan sahabatnya yang telah diusir dari Makkah dan terpaksa meninggalkan Masjidil Haram, padahal ketika itu Nabi saw. salat mehghadap Baitul Maqdis di hadapan Ka'bah, kemudian ketika beliau hijrah ke Madinah menghadap ke Baitul Maqdis sekira enam belas bulan. kemudian dipindahkan oleh Allah untuk menghadap Ka'bah, karena itu Allah menurunkan ayat 115: "Wa Lillahil masy riqu wal maghrib, fa ainama tuwallu fa tsam-ma wajhullah. Inna AI la ha waa si'un aliem".

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Pertama yang dimansukhkan dalam al-Quran soal kiblat, yaitu ketika Nabi saw. berhijrah ke Madinah, sedang penduduknya banyak juga orang Yahudi, Al­lah menyuruhnya menghadap Baitul Maqdis, maka gembiralah kaum Yahudi, maka Rasulullah saw. telah menghadap selama 16/17 bulan, dan Nabi saw. lebih suka menghadap kiblat Nabi Ibrahim a.s. dan beliau selalu berdoa dan melihat-Iihat ke langit menantikan turunnya ayat, sehingga turun ayat 144(قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ ) Aku telah melihat berulang-ulangnya wajahmu meli­hat ke langit, maka aku akan memalingkan engkau ke kiblat yang anda suka. Maka hadapkan wajahmu ke arahnya. Ketika kaum Yahudi mendengar hal itu mereka ragu dan berkata, "Mawallahum an qiblatihim mullati kaa nu alaiha = Mengapa-kah mereka berpaling dart kiblat yang telah mereka hadapi.
Maka Allah menurunkan ayat: (وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ) Katakanlah, "Milik Allah timur dan barat maka ke mana saja kalian menghadapkan wajahmu, maka di situlah Allah".

Ibnu Jarir berkata, "Allah telah menurunkan ayat 115 ini sebelum diwajibkan menghadap Ka'bah, hanya Allah memberitahu kepada Nabi saw. dan sahabatnya bahwa mereka boleh menghadap ke mana saja, maka pasti akan berhadapan dengan Allah, tetapi ayat ini kemudian dimansukhkan dengan ketetapan menghadap ke Ka'bah (Masjidil Haram), dan Allah menyatakan bahwa ilmuNya meliputi segala sesuatu demikian pula Dzat Allah meliputi segala sesuatu, tiada terbatas oleh apa pun juga.

Ibnu Jarir juga berkata, "Ada pendapat yang mengatakan bahwa turunnya ayat ini sebagai izin dari Allah bagi orang yang salat sunnat dalam bepergian ke arah tujuan kendaraannya, sebagaimana riwayat Ibnu Umar r.a. berkata, 'Adanya salat menghadap ke arah tujuan kendaraannya.

Dan ia menerangkan bahwa Nabi saw. berbuat begitu mengikuti ayat 115 ini. (HR. Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).

Ada pendapat yang lain, "Ayat 115 ini diturunkan mengenai kaum yang buta kiblat sehingga menghadap ke berbagai arah menurut ijtihad masing-masing".

Amir bin Rabi'ah dari ayahnya berkata, "Ketika kami scdang bepergian bersama Nabi saw. di suatu malam yang sangat gehip, maka kami turun di suatu tempat untuk salat, dan tiap orang menandai tempat salatnya dengan batu, dan pada pagi harinya kami dapatkan batu-batu itu tidak tepat pada kiblat, kami bertanya, 'Ya Rasulullah kami semalam telah salat ke arah yang bukan kiblat, maka Allah menurunkan ayat 115 ini'. (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Hadis Hasan).

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. mengirim suatu pasukan, tiba-tiba mereka diliputi oleh awan yang sangat gelap sehingga tidak mengetahui arah kiblat, kemudian setelah terbit matahari ternyata bahwa mereka telah salat tidak menghadap kiblat, dan ketika sampai kepada Nabi saw. mereka laporkan hal itu kepada Nabi saw. Maka turuniah ayat 115 ini. (H. Daif R. Ibnu Mardawaih).

Ibnu Jarir berkata, "Mungkin juga ayat ini tujuannya ke arah mana saja kamu tujukan doanya maka di sana wajah-Ku dan Aku menerima dari kamu".

Mujahid berkata, "Ketika turun ayat Ud'uuni as lajib la-kum = Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku terima". Mereka bertanya, "Ke arah mana?" Jawabnya, "Ke mana saja kalian menghadap maka di situ berhadapan dengan wajah Allah. Al­lah Mahaluas kemurahan dan karunia-Nya, lagi mengetahui se­gala gerak harkat mereka".
(وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۖ بَل لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ كُلٌّ لَّهُ قَانِتُونَ)
dan mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha suci Allah (dari apa Yang mereka katakan itu), bahkan Dia lah Yang memiliki Segala Yang di langit dan di bumi, semuanya itu tunduk di bawah kekuasaanNya. (Surah al Baqarah : 116)

(بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ)
Allah jualah Yang menciptakan langit dan bumi (dengan Segala keindahannya); dan apabila ia berkehendak (untuk menjadikan) suatu, maka ia hanya berfirman kepadanya: "Jadilah engkau!" lalu menjadilah ia. (Surah al Baqarah : 117)

Ayat ini nyata-nyata mencela orang Nashara, Yahudi dan kaum musyrikin yang mengatakan Allah beranak, maka Allah mendustakan semua pernyataan itu dengan kalimat: "Subhana-hu = Mahasuei Allah" dari semua tuduhan palsu itu, bahkan semua yang di langit dan bumi semata-mata milik dan hamba serta makhluk yang dibuat oleh Allah. Dia Allah yang mencipta, memelihara, menjamin, memberi rezeki dan mengatur semua makhlukNya sekehendakNya sendiri, menghidupkan dan mematikan sekehendakNya. tiada sekutu atau bandingan dalam kebesaran kekuasaanNya.
Sebugaimana lersebut dalam Surat al-An'aam ayat 101:

(بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُن لَّهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ) Allah peneipta langit dan bumi, bagaimana akan mempunyai anak padahal tidak beristri, bahkan Allah menjadikan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu". (al-An'aam 101).

Dan dalam surat al-lkhlas, "Katakanlah Allah yang Esa. Allah tempat segala hajat kebutuhan makhlukNya. Tiada beranak dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada bagi Allah sekutu sesuatu apa pun".

Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda bahwa Allah telah berfirman:
Anak Adam telah mendustakan Aku, padahal tidak berhak ia berbuat demikian, dan juga memaki Aku tidak layak ia berbuat demikian. Adapun pendustaannya terhadapKu, maka perkataannya bahwa Aku tak dapat menghidupkannya kembali. Adapun makiannya terhadapKu maka tuduhannya bahwa Aku beranak. Mahasuei Aku daripada istri dan anak. (HR   Bukhari).

Qaa ni tuun; Mengakui sebagai hamba.
Qunut berarti: Taat tunduk kepada A;;ah menurut syariat atau terpaksa. Sebagaimana orang kafir bayangannya bersujud meskipun dirinya tidak bersujud.
Badie': Peneipta pertama sebelum ada contohnya atau yang dapat membuat seperti itu.
Rasulullah saw. bersabda:

Tiada seorang yang lebih sabar dari Allah ketika mendengar gangguan yang didengar, mereka mengatakan Allah beranak, dan Allah tetap memberi rezeki dan sehat sejahtera bagi mereka. (HR. Bukhari, Muslim).

Dan bid'ah ada dua maatm: Ada yang syar'i dibenarkan oleh syariat, dan dimasukkan dalam hadis; Man sanna sunnatan hasanatan - Siapa memberi contoh amal yang baik. Dan itu hanya berarli bid'ah dalam bahasa setnata-mata, sebagaimana ketika khalifah Umar r.a. mengumpulkan sahabat untuk melakukan salat tarawih dengan jamaah dan tetap sehingga Umar r.a. berkata, "Sebaik-baik bid'ah ini".

Adapun yang bernama bid'ah dhalalah dan sesat makaitu yang menyalahi sunnalurrasul termasuk dalam hadis: Man san-na sunnatan sayyt'atan.

Ibnu Jarir berkata, "Ayat ini berarti: Mahasuci Allah daripada beranak. Sedang Allah yang memiliki langit dan bumi, mencipta semua itu tanpa contoh, dan kesemuanya membuktikan kebesaran kekuasaan Allah yang meneipta tanpa sebab, demikian pula kejadian Nabi Isa, Allah dapat menjadikannya tanpa ayah, hanya semata-mata dengan kudrat kekuasaan Allah dan tanpa contoh yang menyerupainya.

Sebab kudrat Allah jika menghendaki sesuatu hanya memerintah dengan kalimat: "Kun" (jadilah) maka terjadilah apa yang dikehendaki Allah itu pada saat itu yang ditentukan oleh Allah sendiri.


(وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ ۗ كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ ۘ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ)
Dan berkatalah mereka yang tidak mengetahui agama, "Mengapa Allah tidak langsung bicara dengan kami, atau datang kepada kami ayat?" Demikian perkataan orang yang sebelum mereka, serupa dengan perkataan mereka, sungguh serupa perasaan hati mereka. Sungguh Kami telah menjelaskan ayat kepada kaum yang yakin. (118).

Ibnu Abbas r.a. berkata, Rafi’ bin Harmalah berkata kepada Nabi saw., "Ya Muhammad jika anda benar utusan Allah sebagaimana pengakuanmu maka katakan kepada Allah supaya bicara langsung, supaya kami dapat mendengar firman-Nya", maka Allah menurunkan ayat 118 ini.
Kadzalika qaalal ladziina min qablihim mistla qaulihim = Demikianlah herkata orang-orang yang sebelum mereka seperti perkataan mereka. Yaitu orang Yahudi, Nashara dan orang kafir lainnya.

Sungguh hati, perasaan dan cara berpikir mereka serupa, baik orang kafir di masa jahiliyah maupun orang kat'ir di zaman modern, dalam cara menentang agama Allah tiada berbeda alasan dan tantangan perdebatannya.

Sungguh telah cukup penjelasan ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang sanggup beriman dan akan mendapat hidayat sehingga puas kepada ajaran tuntunan dan keterangan ayat-ayat Allah.
(إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۖ وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ)
Sesungguhnya Aku teltih mengutus engkati dengan hak, untuk menyumpaikan berita gembira, dan mengancam. Dun engktiu tidak akan ditanya tentang orang ahli neraka jahim. (119).

Kabar gembira bagi siapa yang beriman akan masuk surga dan bahagia dan mengancam orang yang tidak percaya dengan api neraka, juga Rasulultah saw. tidak diminta pertanggungjawaban terhadap orung-orang yang tidak beriman jika inereku kelak masuk ke dalam neraka jahim.

Athaa' bin Yasar berkirta, "Saya bertemu dengan Abdullah bin Amr bin al-Ash lalu bertanya, "Beritakan kepadaku sifat-sifat Nabi saw. yang tersebut dalam Taurat!' Jawabnya, "Benar, demi Allah telah disebut sifat-sifat Nabi saw. dalam Taurat sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran':
Hiti Nitbi siingguh Aku tciuh mcngutusmu scbagai sakni, pcnghibur dun mcmperingatkan, dan pclindung bagi orang ummiyyin, cngkuu hambu dan utuaan-Ku, Aku naniukan cngkau al-Mutawakkil tidak kerns dun tidak kejam, juga ti­dak suku n'but di pnt>ar, dan tidak menolak kcjahntan dc-ngfin kcjahatan tetapi rnemaafkan dan menutupt dun tidak
Hai Nabi sungguh Aku telah mengutusmu sebagai saksi, penghibur dan memperingntkan, dan pelindung bagi orang ummiyyin, engkau hambu dan utusan-Ku, Aku namakan engkau ul-Mutuwakkil tidak keras dan tidak kejam, jugn tidak suka ribut di pasar, dan tidak menolak kejahatan dengan kejahatan tetapi memaafkan dan menutupi dan tidak mati sehinggu dapat menegakkan agama yang telah diselewengkan, ialah mengajak manusia membaca (mempercayai) "Laa ilaha ilallah", sehingga dapat membuka mata yang buta, telinga yang pekak dan hati yang tertutup

(وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ)
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk Yang benar". dan Demi Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu Yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) Yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu. (Surah 2 : 120)

(الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ)
orang-orang Yang Kami berikan Kitab kepada mereka, sedang mereka membacanya Dengan sebenar-benar bacaan (tidak mengubah dan memutarkan maksudnya), mereka itulah orang-orang Yang beriman kepadanya; dan sesiapa Yang mengingkarinya maka mereka itulah orang-orang Yang rugi. (Surah 2: 121)

Dalam ayat ini Allah telah mengingatkan bahwa golongan Yahudi dun Nashara tidak akan puas atau rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama dan kehendak mereka, karena itu tidak usah menjilat-jilat atau merendah-rendah pada mereka, dan kerahkan tenaga dan usahamu pada apa yang ditugaskan Allah kepadamu untuk mencapai rida Allah semata-mata maka hanya itulah jalan satusatunya untuk keselamatan dan kebaha-giaan dunia dan akhiratmu.

Dan katakan kepada mereka bahwa petunjuk yang sebenarnya hanya wahyu dan petunjuk yang langsung dari Allah, itulah agama yang benar dan jalan yang lurus, yang sempurna dan meliputi semua kepentingan dunia akhirat.

Kemudian pada penutup ayat berupa ancaman jika sampai mengikuti jejak dan tipu muslihat atau siasat Yahudi atau Nashara sesudah menerima tuntunan Allah dalam al-Quran dan tuntunan Rasulullah saw. Maka takkan ada seorang pun yang akan melindungi atau membela jika Allah menyiksa pada seseorang yang menyeleweng dari tuntunan Allah karena terpengaruh atau tertipu oleh rayuan kaum Yahudi, Nashara atau lain-lainnya dari musuh-musuh Islam.

(الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ ) Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya arti: ( يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ) Mengikuti tuntunan ajaran dengan sesungguhnya, menghalalkan yang dihalalkan, mengharamkan yang diharamkan, membaeanya tepat menurut apa yang diturunkan, dan lidak menakwilkan sesuatu hukum tidak menurut asal tujuannya".

AI-Hasan al-Bashri berkata, "Mengamalkan ayat yang muhkam tegas jelas dan percaya pada ayat mutasyabih, dan menyerahkan apa yang belum diketahui kepada orang yang alim.

Abu Musa al-Asyari r.a. berkata, "Siapa yang benar-benar mengikuti al-Quran pasti akun dibawa ke kebun surga."

Umar bin Khathab r.a. berkata, "Mereka yang jika melalui ayat rahmat berhenti minta rahmat, dan bila membaea ayat siksa berhenti minta perlindungan Allah dari siksaNya."

( أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ) Yakni yang benar-benar membaca kitab Allah dan mengikuti benar ajaran yang terkandung di dalamnya pasti percaya pada Nabi Muhammad saw. dan al-Ouran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagaimana yang lersebut dalam surat al-Maidah 66:
(وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِم مِّن رَّبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم ۚ مِّنْهُمْ أُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ)
dan kalau mereka bersungguh-sungguh menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah dalam) Taurat dan Injil dan apa Yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka (Al-Quran), nescaya mereka akan makan (yang mewah) dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi). di antara mereka ada sepuak Yang adil, dan kebanyakan dari mereka, buruk keji amal perbuatannya. (Surah al Maidah, 5: 66)

Juga al-Maidah 68: (قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَىٰ شَيْءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ)  Hai ahli kitab kalian tidak berarti beragama sehingga benar-benar melaksanakan isi kitab Taurat dan Injil dan semua apa yang diturunkan Tuhan kepadamu. (al-Maidah 68).
Juga dalam surat al-A'raaf 157: (الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ) Mereka yang pereaya kepada Nabi (Rasulullah) yang ummi, yang telah mereka dapatkan sifatnya dalam kitab Taurat dan Injil. (al-A'raaf 157).

Dan siapa yang kafir kepadanya maka merekalah yang rugi
Abu Hurairah r,a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda:
Demi Allah yang jiwaku ada di tangnganNya, tiada seorang yang mendengar tentang kerasulanku dari umat manusia ini baik ia Yahudi atau Nasrani, kemudian is tidak beriman (pereaya) kepadaku melainkan pasti masuk neraka. (HR. Muslim).

(الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ)
orang-orang Yang Kami berikan Kitab kepada mereka, sedang mereka membacanya Dengan sebenar-benar bacaan (tidak mengubah dan memutarkan maksudnya), mereka itulah orang-orang Yang beriman kepadanya; dan sesiapa Yang mengingkarinya maka mereka itulah orang-orang Yang rugi. (Surah 2 : 121)



(يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ)
Wahai Bani Israil, kenanglah akan limpah kurnia nikmatKu Yang telah Kuberikan kepada kamu, dan Aku telah melebihkan (datuk nenek) kamu (yang taat dahulu) atas umat-umat Yang lain (yang ada pada zamannya). (Surah 2 : 122)

(وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ)
dan peliharalah diri kamu dari (huru-hara) hari kiamat (yang padanya) seseorang tidak dapat mengganti atau melepaskan orang lain sedikitpun, dan tidak akan diterima daripadanya sebarang tebusan, dan tidak akan memberi manfaat kepadanya sebarang syafaat; dan orang-orang Yang salah itu tidak akan ditolong (dari azab sengsara). (Surah 2 : 123)

Ayat ini sama dengan ayat 47 - 48 yang mengingatkan Bani Israil supaya menyadari nikmat karunia Allah, supaya menyadari diri jangan nikmat karunia Allah itu disia-siakan karena hasud iri hati terhadap bangsa Arab sehingga mereka harus menolak Nabi Muhammad saw. yang dengan itu mereka akan menderita kerugian yang tidak ternilai besarnya, sehingga semua karunia itu akan hilang sia-sia belaka.

(وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ)
dan (ingatlah), ketika Nabi Ibrahim diuji oleh Tuhannya Dengan beberapa kalimah (suruhan dan larangan), maka Nabi Ibrahim pun menyempurnakannya. (setelah itu) Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku melantikmu menjadi Imam (Pemimpin ikutan) bagi umat manusia". Nabi Ibrahim pun memohon Dengan berkata: "(Ya Tuhanku!) Jadikanlah juga (apalah jua kiranya) dari keturunanku (pemimpin-pemimpin ikutan)". Allah berfirman: "(Permohonanmu diterima, tetapi) janjiKu ini tidak akan didapati oleh orang-orang Yang zalim." (Surah 2: 124)

Dalam ayat ini Allah menunjukkan kemuliaan Ibrahim a.s. yung dijadikanNya sebagai imam contoh teladan dalam kesadaran tauhid ketika melaksanakan semua perintah dan larangan.
Sesudah menerangkan penyelewengan Bani Israil yang mengaku beriman kepada Allah dan berpegangan kepada kitab Allah, tetapi lalu menyeleweng sejauh-jauhnya dari tuntunan takwa yang diajarkan dalam kitab Allah, bahkan berusaha untuk menyesuaikan ajaran Allah kepada kehendak hawa nafsu, bahkan jika dianggap berat mereka takwilkan sesuka hawa nafsunya. Maka Allah melanjutkan tuntunan ajarannya dengan membawakan riwayat seorang yang patut menjadi contoh teladan dalam iman tauhid dan menghadapi semua perintah, larangan Allah. Sehingga Allah memujinya dalam ayat an-Najm 37: (وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّىٰ)  Dan Ibrahim yang telah menepati semua tugasnya. (an-Najm 37).

Juga dalam surat an-Nahl-(120 - 121): (إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ)  (120). (شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ) (121) Sesungguhnya Ibrahim seorang yang khusyuk patuh kepada Allah, jujur, lurus dan bukan orang musyrik. (120). Yang selalu mensyukuri nikmat Allah, Allah memilihnya dan memimpinnya (memberi hidayat) kepada jalan yang lurus. (121).

Dalam surat Ali Imran 67 - 68: (مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ)  (67). (إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا ۗ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ)  Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan Nasrani, telapi ia seorang yang jujur lurus muslim dan bukan orang musyrik. (67). Sesungguhnya selayak-layak manusia yang dekat kepadanya ialah mereka yang mengikutinya (di masa hidupnya), dan Nabi ini (Muhammad saw.) dan orang-orang yang beriman, dan Allah tetap sebagai wali, pelindung pada semua orang mukmin. (68).

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Allah telah menguji Nabi Ibrahim a.s. dengan melaksanakan manasik (ibadat). Ada pula riwayat dari Ibnu Abbas: Allah menguji Nabi Ibrahim dengan kesucian (kebersihan) lima di kepala dan lima di badan. Adapun yang di kepala: Potong kumis, kumur, menghirup air ke dalam hidung, siwak (gosok gigi) dan menyisir rambut. Dan lima di badan: Memolong kuku, mencukur bulu kemaluan, khitan, mencabut bulu ketiak, dan cebok sesudah buang air keeil atau besar".

Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: "Tuntunan fitrah ada lima: Khitan, mencukur bulu kemaluan, memolong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (HR. Bukhari, Muslim).

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Tiada seorang yang diuji dalam agama ini dan dapat menyelesaikan semuanya kecuali Ibrahim:

Wa idz ibtalaa Ibraahiima rabbuhu bikalimaa tin fa'atammahun-na. Kalimat yang diujikan Allah dalam Islam 30 (tiga puluh), pertama dalam surat al-Bara'ah/at Taubah, 9 ayat 112: (التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ)  

 (Mereka itu ialah): orang-orang Yang bertaubat, Yang beribadat, Yang memuji Allah, Yang mengembara (untuk menuntut ilmu dan mengembangkan Islam), Yang rukuk, Yang sujud, Yang menyuruh berbuat kebaikan dan Yang melarang daripada kejahatan, serta Yang menjaga batas-batas hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang Yang beriman (yang bersifat demikian). (Surah 9: 112)

Dan sepuluh dalam surat al-Muminun 1 - 10(قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ. الَّذِينَ هُمْ .عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ الَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ. الَّذِينَ هُمْ .لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ لَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ .فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ مَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ. الَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ. الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ .يُحَافِظُونَ ولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ)
1- Sesungguhnya berjayalah orang-orang Yang beriman,, 2. Iaitu mereka Yang khusyuk Dalam sembahyangnya;, 3. dan mereka Yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan Yang sia-sia;, 4. dan mereka Yang berusaha membersihkan hartanya (dengan menunaikan zakat harta itu);, 5. dan mereka Yang menjaga kehormatannya, -, 6. kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka Sesungguhnya mereka tidak tercela: -, 7. Kemudian, sesiapa Yang mengingini selain dari Yang demikian, maka merekalah orang-orang Yang melampaui batas;, 8. dan mereka Yang menjaga amanah dan janjinya;, 9. dan mereka Yang tetap memelihara sembahyangnya;, 10. mereka itulah orang-orang Yang berhak mewarisi - (Surah al mukminun, 23 : 1-10)

Dan sepuluh dalam surat al-Ahzab ayat 35:
(إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا)
Sesungguhnya orang-orang lelaki Yang Islam serta orang-orang perempuan Yang Islam, dan orang-orang lelaki Yang beriman serta orang-orang perempuan Yang beriman, dan orang-orang lelaki Yang taat serta orang-orang perempuan Yang taat, dan orang-orang lelaki Yang benar serta orang-orang perempuan Yang benar, dan orang-orang lelaki Yang sabar serta orang-orang perempuan Yang sabar, dan orang-orang lelaki Yang merendah diri (kepada Allah) serta orang-orang perempuan Yang merendah diri (kepada Allah), dan orang-orang lelaki Yang bersedekah serta orang-orang perempuan Yang bersedekah, dan orang-orang lelaki Yang berpuasa serta orang-orang perempuan Yang berpuasa, dan orang-orang lelaki Yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan Yang memelihara kehormatannya, dan orang-orang lelaki Yang menyebut nama Allah banyak-banyak serta orang-orang perempuan Yang menyebut nama Allah banyak-banyak, Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala Yang besar. (Surah al Ahzab, 33 : 35)

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. berkata, "Kalimat yang diujikan Allah pada Nabi Ibrahim a.s.r
1. Pisah dengan kaumnya ketika ia diperintah untuk meninggalkan kaumnya.
2. Perdebatannya dengan Namruz sebagaimana tersebut dalam surat al-Baqarah 258.
3. Kesabarannya ketika masuk dalam api.
4. Kemudian meninggalkan kaum dan tanah airnya.
5. Kesukaannya kepada jamuan tamu.
6. Perintah menyembelih putranya (Ismail a.s.).
7. Kesabarannya ketika diperintah meninggalkan anak bininya di Hijir Ismail".
Setelah selesai semua itu Allah berfirman padanya: "Aslim (Islamlah)". Jawab Ibrahim, Aku Islam menyerah sebulatnya kepada Tuhan Rabbul Alamin".

Al-Hasan berkata, "Demi Allah, Allah telah menguji Nabi Ibrahim a.s. dengan bintang, bulan dan matahari, maka ia lulus dan mengerti benar dan tidak berubah, sehingga menghadapkan wajahnya ke arah Allah yang mencipta langit dan bumi, kemudian diuji dengan api, kemudian hijrah meninggalkan kaum dan tanah airnya. Kemudian diuji dengan meninggalkan anak bininya di tempat kering tandus dekat Ka'bah, kemudian diuji dengan menyembelih putranya, kemudian dengan khitan.

Said bin al-Musayyab berkata, "Ibrahim a.s. orang pertama yang khitan, dan orang yang pertama menjamu tamu, dan yang memotong kuku, dan memotong kumis dan orang pertama yang beruban. Maka ketika ia melihat uban bertanya, Apakah ini? Dijawab, Ketenangan dan wibawa (kebesaran/kesabaran). Ibrahim a.s. berkata, "Tuhanku tambahkan ketenangan".

Kemudian ketika Nabi Ibrahim a.s. diangkat menjadi imam, ia minta kepada Allah supaya anak cucunya juga, tetapi Allah menyatakan, "Tidak dapat menunaikan tugas ajaran-Ku orang-orang yang zalim".

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: "Laa tha'ata ilia fil ma'rufi = Tidak wajib taat kecuali dalam perintah kebaikan". (HR. Ibn Mardawaih).

As-Suddi berkata, "Laa yanaa lu ahdi adhdzalimin - Tidak layak untuk menerima tugas sebagai Nabi seorang yang zalim". Demikian pula tidak layak menjadi hakim, mufti, penghulu, saksi, atau meriwayatkan hadis.

Perhatikanlah ketika Aku menjadikan Ka'bah (Baitullah) tempat berktimpul semua manusia dan aman, dan gunakanlah maqam Ibrahim sebagai tempat untuk salat.

Dalam ayat ini Allah menyebut kemuliaan dan kehormatan Baitullah yang dijadikan tempat tujuan dan hilir mudiknya manusia, di samping terjaminnya keamanan, sebagai sambutan Allah terhadap doa Nabi Ibrahim a.s.: "Faj'al aridatan minan naa si tahwi ilaihim - Jadikan hati, perasaan manusia condong kepada mereka (yang di Haram Makkah)", juga Allah menyebut bahwa Baitullah dijamin keamanannya bagi siapa yang ada di sana, sehingga di saat di mana jiwa manusia baik meskipun ia belum beriman merasa aman jika berada di haram Makkah sehingga seorang bertemu dengan seorang yang pernah membunuh ayah atau saudaranya, tidak berani mengganggunya karena kehorinatan Baitullah, tidak lain yang demikian itu melainkan karena kehormatan pembangunnya juga yaitu Khalilullah, dan sebagai kemuliaan untuk Nabi Ibrahim, Allah menyuruh menggunakan makam Ibrahim sebagai tempat bersalat padaNya.

Said bin Jubair berkata, "Batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim a.s. telah dijadikan oleh Allah rahmat, maka biasa dia berdiri  di   atasnya  ketika   membangun   Ka'bah  sedang  Ismail yang memberikan batu bangunannya."

As Suddi berkata, "Makam Ibrahim ialah batu yang diletakkan oleh istri Ismail di bawah tapak kaki Ibrahim."

Ja'far as-Sadiq dari ayahnya Muhammad al-Baqir berkata, "Jabir r.a. ketika menecriterakan haji Nabi saw. berkata, "Ketika Nabi saw. selesai tawaf" lalu ditanya oleh Umar, Ini makam ayah kami (Ibrahim). Jawab Nabi saw., "Ya". Umar bertanya, Apakah tidak kita jadikan mushalla? (Jadikanlah maqam Ibrahim itu sebagai tempat salat)".

Dalam riwayat Bukhari, Umar r.a. berkata. "Aku telah hersesuaian dengan Tuhanku dalam tiga maeam. Saya usul kepada Nabi saw., Ya Rasulullah andaikan anda menjadikan maqam Ibrahim mushalla. Tiba-tiba turun ayat, "Wattakhidzu min maqaami Ibraahiima mushalla". Dan saya berkata, Ya Rasululah yang masuk ke rumahmu orang baik dan orang yang busuk, karena itu andaikan kau suruh istrimu supaya berhijab dari laki-laki. Tiba-tiba turun "Ayatul hijab". Dan-ketika tentang kemarahan Nabi saw. terhadap sebagian istrinya, aku berkata kepada mereka, Jika kalian tidak menghentikan gangguan terhadap Nabi saw. kemungkinan Allah memberi kepada Nabi wanita yang jauh lebih baik dari kalian, sehingga ketika aku sedang memberi nasihat kepada sebagian istri Nabi saw. ditegur, "Hai Umar apakah tidak cukup Rasulullah yang memberi nasihat kepada istrinya sehingga anda ikut menasihati mereka. Tiba-tiba Allah menurunkan ayat: (عَسَىٰ رَبُّهُ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِّنكُنَّ ) Kemungkinan Tuhannya, Jika Nabi sampai meneeraikan kalian akan menggantikan untuk Nabi wanita yang jauh lebih baik dari kalian. (at-Tahrim, 66: 5).

Dan Ibnu Umar meriwayatkan dari Umar r.a. yang mengatakan, "Aku telah sesuai dengan putusan Tuhanku dalam tiga macam; mengenai hijab, dan tawanan perang Badr dan maqam Ibrahim a.s." (HR. Muslim).

Jabir r.a. berkata, "Rasulullah saw. ketika tawaf berlari pada tiga putaran dan berjalan pada empat putaran, kemudian setelah selesai tawaf pergi ke maqam Ibrahim dan salat dua rakaat di belakangnya, lalu membaca: Watta khidzu min maqaami Ibraahiima mushalla". (HR. Muslim).
Dan ini menunjukkan bahwa maqam Ibrahim ialah batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim ketika membangun Ka'bah, ketika telah tinggi bangunannya, batu mana diletakkan oleh Ismail untuk berdirinya Nahi Ibrahim a.s. dan selalu dipindah jika telah selesai sebagian, berpindah ke sebelahnya sehingga selesai semuanya dan batu itu dibiarkan di dekat tembok Ka'bah, sedang batu itu telah terdapat padanya bekas tapak kaki Nabi Ibrahtm a.s. hingga kini tidak hilang bekas tapak kaki itu.

Dahulunya di dekat Hijir Ismail. di tempat selesainya bangunan Ka'bah itu, dan ketika diperintah untuk salat di maqam Ibrahim masih di sana, kemudian direnggangkan dari dinding Ka'bah oleh Amirul Mukminin Umar bin al-Khathab r.a. salah seorang yang dinyatakan oleh Nabi saw. supaya kami mengikutinya dalam hadis: "Iq tadu billa dzaini min ba'di Abu Bakrin wa Umar = Ikutilah kedua orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar". (HR. at-Tirmidzi dari Hudzailah bin al-Yaman r.a.).

Aisyah r.a. berkata, "Dahulunya maqam Ibrahim di masa Rasulullah dan Abu Bakar dan permulaan masa Umar masih melekat di dinding Ka'bah, kemudian diundurkan oleh Umar r.a." (R. al-Baihaqi).

(وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ)
dan (ingatlah) ketika Kami jadikan Rumah suci (Baitullah) itu tempat tumpuan bagi umat manusia (untuk Ibadat Haji) dan tempat Yang aman; dan Jadikanlah oleh kamu Makam Ibrahim itu tempat sembahyang. dan Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (dengan berfirman): "Bersihkanlah Rumahku (Kaabah dan Masjid Al-Haraam dari Segala perkara Yang dilarang) untuk orang-orang Yang bertawaf, dan orang-orang Yang beriktikaf (yang tetap tinggal padanya), dan orang-orang Yang rukuk dan sujud". (Surah 2 : 125)

(وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ)
dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa Dengan berkata: "Wahai Tuhanku! Jadikanlah (negeri Makkah) ini, negeri Yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, Iaitu orang-orang Yang beriman kepada Allah dan hari akhirat di antara mereka". Allah berfirman:" (Permohonanmu itu diterima) tetapi sesiapa Yang kufur dan ingkar maka Aku akan beri juga ia bersenang-senang menikmati rezeki itu bagi sementara (di dunia), kemudian Aku memaksanya (dengan menyeretnya) ke azab neraka, dan (itulah) seburuk-buruk tempat kembali". (Surah 2 : 126)

(وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)
dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah (Kaabah) itu, sambil keduanya berdoa Dengan berkata: "Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada Kami (amal kami); Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui; (Surah 2: 127)

(رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
"Wahai Tuhan kami! Jadikanlah Kami berdua: orang-orang Islam (yang berserah diri) kepadaMu, dan Jadikanlah daripada keturunan kami: umat Islam (yang berserah diri) kepadaMu, dan tunjukkanlah kepada Kami syariat dan cara-cara Ibadat kami, dan Terimalah taubat kami; Sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani; (Surah 2: 128)

AI-Hasan al-Bashri mengartikan: Wa ahidnaa ilaa Ibraa-hiima wa Ismail = Allah menyuruh keduanya supaya membersihkan Baitullah dari segala kotoran najis.

Ibnu Juraij dari Atha' berkata, "Allah menyuruh keduanya supaya membersihkan Baitullah dari berhala, dan kata atau perbuatan keji dan najis."

Mujahid, Atha' dan Qatadah berkata, "Bersihkan rumahKu dari segala syirik dengan kalimat "Laa ilaha ilallah".

Said bin Jubair mengartikan, Lit thaa'ifin = Orang yang datang dari luar kota. Wal'aakifiina = Penduduk Makkah, siapa yang duduk dan tetap tinggal bernama iktikaf (aakif).

Tsabit berkata kepada Ubaid bin Umar, "Aku akan melaporkan kepada Amir (raja) supaya melarang orang-orang yang tidur di Masjidil Haram sebab mereka ada kalanya berjanabat dan berhadas". Jawab Ubaid, "Jangan anda melapor sedemikian, sebab saya telah mendengar Ibnu Umar ketika ditanya mengenai orang-orang yang tidur di Masjidil Haram, jawabnya, Mereka termasuk al-Aakifun".

Bahkan Abdullah bin Umar r.a. ketika ia belum kawin suka tidur di masjid Nabawi.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa arti ayat 125: "Aku telah menyuruh Ibrahim dan Ismail supaya membersihkan/menyucikan rumah-Ku dari segala kotoran najis lahir atau maknawi, kotoran yang terang atau berhala dun syirik, sebab berhala itu telah ada sejak Nabi Nuh a.s. juga supaya bangunan itu benar-benar lulus ikhlas karena Allah, sehingga layak dijudikan tempat ibadat bagi orang yang akan tawaf, iktikaf, rukuk dan sujud".

Imam Malik berpendapat, "Tawaf lebih afdal di Masjidil Haram bagi pendatang duripuda salat". Jumhurul ulama berpendapat: "Salat tetap lebih afdal dari tawaf". Penjelasan lebih lanjut dalam kitab al-Ahkam. Tujuannya di sini untuk menolak kaum musyrikin yang telah mengotori Baitullah dengan syirik berhala, padahal Baitullah itu didirikan dengan asas takwa dan untuk menyembah Allah yang Esa dan tidak bersekutu.

Ayat ini unluk menolak pengakuan Yahudi dan Nashara yang mengakui bahwa keduanya yang membangun Ka'bah untuk haji dan umrah serta salat, tetapi mereka tidak mengerjakan semua itu, padahal Nabi Musa a.s. telah berhaji, demikian pula Nabi-nabi yang lainnya sesudah Nabi Ibrahim a.s. sebagai-mana disabdakan oleh RasuluIIah saw.

Adapun yang mengenai ayat 126, maka Ibnu Jarir meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah r.a. yang mengatakan bahwa RasuluIIah saw. bersabda:

Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah mengharamkan Baitullah dan mengamankannya, dan aku mengharamkan Madinah di antara kedua batasnya, tidak boleh diburu binatang buruannya dan tidak boleh ditebang pohon-pohonnya. (HR. an-Nasai dan Muslim).

Abu Hurairah r.a. berkata: Biasa orang-orang jika melihat pohon pertama berbuah, maka dibawa kepada Nabi saw. kemudian jika diterima oleh Nabi saw. lalu berdoa, "Ya Allah berkatilah buah-buah kami ini, berkatilah kota Madinah ini, dan berkatilah takaran gantangan kami dan katian kami, ya Allah sesungguhnya Ibrahim hamba, Khalil dan NabiMu dan aku juga hamba dan NabiMu dan Ibrahim telah berdoa kepadaMu untuk kota Makkah, dan aku berdoa kepadaMu untuk kota Madinah seperti doa Ibrahim untuk Makkah dan seperti itu". Kemudian Nabi saw. memanggil anak kecil dan diberikan buah itu kepadanya. (HR. Muslim).

Di lain riwayat Nabi saw. bersabda, "Berkat di samping berkat." Lalu diberikan orang termuda dari yang hadir. Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Thalhah: carikan untukku pelayan yang dapat melayani aku, maka Abu Thalhah keluar dari rumah sambil memboncengkan aku di belakangnya, maka sejak itu aku menjadi pelayan Nabi saw. di Madinah maupun dalam bepergian. Kemudian jika Nabi saw. akan masuk kota Madinah dari bepergian dan tampak bukit Uhud beliau bersabda, "Bukit Uhud itu cinta pada kami dan kami juga cinta padanya", kemudian ketika akan masuk kota Madinah berdoa, "Ya Allah aku mengharamkan apa yang di antara dua gunung ini sebagaimana Ibrahim mengharamkan Makkah, ya Allah berkatilah untuk penduduk Madinah takaran, sha' dan mud mereka, ya Allah berkatilah timbangan mereka sha' dan tnud mereka". (HR. Bukhari, Muslim).

Dalam riwayat Anas ada tambahan: Ya Allah jadikan untuk Madinah lipat dua kali dart berkat yang di Makkah. (Bukhari, Muslim).

Abu Said al-Khudri r.a. berkata, "Nabi saw. berdoa: Ya Allah sungguh Ibrahim telah mengharamkan kota Makkah sehingga menjadi baladulharam, dan aku mengharamkan kota Madinah di antara dua batasnya, tidak boleh ditumpahkan darah, dan tidak boleh orang membawa senjata untuk berperang, juga tidak boleh dicabut pohonnya kecuali untuk makanan ternak, ya Allah berkatilah Madinah kami ini, ya Allah berkatilah takaran sha' dan mudnya. Ya Allah tambahkan pada tiap berkat dua kali berkat. (HR. Muslim).

Abdullah  bin  Abbas  r.a.   mengatakan  bahwa  Rasulullah saw. bersabda ketika hari satbu Makkah:  Sesungguhnya negeri (Makkah) ini telah diharamkan oleh Allah sejak Allah mencipta langit dan bumi, maka ia tetap haram, karena Allah yang mengharamkannya hingga hari kiamat, dan sesungguhnya tidak dibolehkan perang di dalamnya bagi seorang pun sebelumku, dan tidak dihalalkan bagiku hanya sesaat di waktu siang, maka ia tetap haram dengan ketetepan Allah hingga hari kiamat, tidak ditebang pohon (durinya) dan tidak boleh digusarkan binatang liarnya, dan tidak boleh diambil apa yang ditemukan di jalanan kecuali bagi orang yang akan menanyakannya, dan tidak boleh ditebas rumput basahnya.

Al Abbas r.a. berkata, "Ya Rasulullah kecuali bunga al-Idz-khir yang digunakan untuk rumah dan wanita", maka Nabi saw. bersabda: "Keeuali al-Idz-khir".

Abu Syuraih al-Adawy berkata kepada Amr bin Said ketika ia sedang menyiapkan pengiriman tentara ke Makkah, "Izin-kan aku hai amir (raja) untuk mengatakan sabda Nabi saw. pada waktu Fathu Makkah, kalimat yang didengar oleh kedua telingaku dan dilihat kedua mataku serta diresapi dalam hatiku ketika bersabda sesudah mengucapkan puji syukur kepada Allah: "Inna Makkata harramaha Allahu walam yuharrimhan naasu, falaa yahillu lim ri'in ytfminu billahi walyaumil akhiiiah yasfika biha daman, wala ya'dhidu biha syajaratan, fa in aha-dun tarakh khasa biqitaali Rasulullah saw. fa quu luu; Inna Allah adzina lirasulihi walam ya 'dzan lakum, wa innamaa adzina li sa'atan min nahaar, waqad aadat hurma tuhalyaum kahurmati-ha bil amsi, liyuballighis syahidul gha'iba. = Sesungguhnya Makkah ini telah diharamkan oleh Allah dan tidak diharamkan oleh manusia, karena itu maka tidak halal bagi seorang yang beriman pada Allah dan hari akhirat menumpahkan darah atau memotong pohon, dan bila ada orang membolehkan dengan dalil Rasulullah telah berperang di Makkah, maka katakan kepadanya, "Sesungguhnya Allah mengizinkan kepada Rasulullah dan tidak mengizinkan kepadamu". Dan Sesungguhnya diizinkan kepadaku hanya sesaat di waktu siang, dan telah kembali haram sebagai keadaannya kemarin, hendaknya yang hadir menyampaikan berita ini pada yang tidak hadir".

Abu Syuraih ditanya, "Lalu bagaimana tanggapan Amir padamu?" Jawab Amir, "Aku lebih tahu tentang itu dari padamu hai Abu Syuraih. Sesungguhnya haram Makkah tidak akan melindungi orang yang maksiat atau orang yang lari sesudah membunuh (berhutang darah) atau melarikan amanat".

Dengan hadis-hadis ini tiada perbedaan antara hadis yang menyatakan bahwa Ibrahim yang mengharamkan Makkah, sebab pengertiannya juga berarti bahwa Allah telah mengharamkan, sedang Nabi Ibrahim menurut apa yang telah diharamkan oleh Allah.

Sebagaimana sabda Nabi saw., "Allah telah menetapkan Nabi Muhammad sebagai penutup dari semua Nabi ketika Nabi Adam masih berupa tanah Hat, di samping doa Nabi Ibrahim; "Rabbanaa wab'ats fihim rasulan minhum = Ya Tuhan kami utuslah di tengah-tengah mereka seorang Utusan". Dan Allah menerima doa itu sebagaimana yang telah tertentu dalam ilmul-lah, sehingga Nabi Muhammad saw. bersabda, "Akulah doa Nabi Ibrahim a.s. itu". Kemudian Nabi Ibrahim berdoa: "Rab-bij'al hadza balada aamina = Ya Tuhan jadikanlah negeri ini aman", sehingga penduduk tidak merasa takut atau digentarkan oleh suatu apa pun. Dan Allah telah melaksanakan permohonan Ibrahim a.s. dalam surat al-Ankabut ayat 67:

"Awalam yarau anna ja'alna haraman aamina = Tidakkah mereka memperhatikan Kami telah menjadikan haram (Makkah) yang aman". Juga ayat 97 Ali Imran: "Waman dakhalahu kaana aamina = Dan siapa yang masuk ke dalamnya pasli aman".

Jabtr r.a. berkata, Saya tetah mendengar Nabi saw. bersabda: Laa yahillu li ahad'm an yah mila bimakkata assijaaba = Tidak dihalalkan bagi seseorang pun masuk Makkah dengan membawa senjata. (HR. Muslim).

Dalam surat ini Nabi Ibrahim berdoa: "Rabbij'al haadza baladan aamina”. Mungkin doa ini sebelum membangan Ka'bah, sebab dalam surat Ibrahim, Nabi Ibrahim telah berdoa: "Rabbij'al haadzal balada aamina". Kemungkinan yang keduaini sesudah membangun Ka'bah dan sesudah lahir Ishaq yang jauh lebih muda dari Ismail (13 tahun), karena itu pada akhir doanya berkata: "Alhamdulillah alladzii wahaba li alalkibari Is-maa'iila wa Ishaaqa inna rabbi lasami'uddu'aa = Segala puji bagi Allah yang telah memberi padaku di saat tua, putra Ismail dan Ishaq, sungguh Tuhanku sangat mendengar semua doa".

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Seakan-akan Nabi Ibrahim akan berdoa hanya untuk orang yang beriman saja supaya dapat rezeki, tetapi Allah tetap akan memberikan rezekiNya pada orang kafir selama ia masih hidup di dunia, tetapi kemudian di akhirat didorongnya ke dalam neraka sebusuk-busuk tempat, sebagaimana tersebut dalam surat al-Isra' 20:

"Kullan numiddu haa'ulaa'i wahaa'ulaa'i min athaa'i rabbi-ka wa maa kaana aihaa'u rabbika mah dzuura. (20). = Masing-masing Kami beri bagian dari pemberian Tuhanmu dan pemberian Tuhanmu itu tidak terbatas. (al-Isra' 20). (HR. Ibnu Mardawaih).

Ayat 127: "Wa idz yarfa'u Ibraahiimul qawaa'ida minaJ baiti wa Ismaa'H Ranbana taqabtJal minnaa innaka antas sa-mii'ul aliem". (127).

Al Qawaid; Yaitu asas, dasar dan dinding bangunan, seakan-akan Allah mengingatkan kepada tiap mukmin bagaimana Nabi Ibrahirn melaksanakan sambil berdoa semoga Allah menerima amal usaha bapak beranak ini.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Said bin Jubair dan Ihnu Abbas r.a. berkata, "Pertama wanita yang mempergunakan ikat pinggang ibu Nabi Ismail, untuk menyembunyikan tanda kandungannya dari Sarah, kemudian setelah melahirkan Ismail di-bawanya bersama Ismail ke dekat Ka'bah (Baitullah) di bawah naungan pohon besar yang rindang (beringin) di dekat zamzam di bagian atas dalam masjid sedang di Makkah pada waktu itu belum ada seorang pun sebab di sana tidak ada air, maka diletakkan di sana dengan sekarung kurma dan tempat air, kemudian Nabi Ibrahim pergi akan meninggalkan Hajar beserta Ismail, maka dikejar oleh Hajar (ibu Ismail) sambil bertanya, "Ibrahim ke manakah anda akan pergi dan akan anda tinggal kami di lembah yang tiada manusia dan tiada ada apa-apa pun?" Setelah ditanya beberapa kali; dan Ibrahim tetap tidak menoleh pada Hajar, maka Hajar bertanya, "Apakah Allah yang menyuruhmu berbuat ini?" Jawab Ibrahim, "Ya, benar". Ibu Ismail berkata, "Jika demikian maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami, kemudian ia kembali ke tempatnya. Maka teruslah Ibrahim berjalan sehingga tatkala sampai di sebuah belokan yang sekira tidak terlihat oleh anak bininya ia menghadap ke arah Baitullah dan berdoa(رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ) Ya Tuhan kami, aku telah menempatkan anak biniku di lembah yang tak bertanaman di dekat rumahmu yang haram, ya Tuhan semoga mereka tetap melaksanakan salat, maka jadikan hati orang-orang eondong kepada mereka dan berikan rezeki mereka dari buah-buahan supaya mereka bersyukur". (Ibrahim,14: 37).

Maka Siti Hajai (ibu Ismail) tetap meneteki putranya (Ismail) sambil minum dari air yang dibawanya sehingga habislah air yang dibawanya, dan benar-benar merasa haus, demikian pula putranya, sehingga terpaksa anak itu berguling-guling di tanah karena sangat haus sedang air tidak ada dan air susunya pun menjadi kering, karena ia tidak sampai hati melihai keadaan anaknya sedemikian rupa, ia lari ke bukil Shafa dan berdiri di atasnya sambil melihat-lihat ke arah padang push yang luas. Kalau-kalau ia dapat melihat orang atau kafilah yang lewat, tetapi tidak melihat seorang pun, lalu ia turun dari Shafa dan lari di tengah lembah menuju ke Marwah, lalu berdiri di atas bukit Marwah untuk melihat-lihat kalau-kalau ada orang, ia telah berbuat demikian berulang tujuh kali, tetapi sia-sia karena tidak melihat seorang pun.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Fa li dzaalika sa'annaasu bainahumaa = Maka karena itulah orang-orang bersa'i di antara Shafa dan Marwah".

Dan ketika Siti Hajar (ibu Ismail) sampai ke Marwah pada ketujuh kalinya ia mendengar suara, maka ia menyambut suara itu dengan kata, "Shah" (diamlah) bertujuan pada dirinya karena ia ingin mendengar apakah sebenarnya bunyi suara itu, kemudian ia mencoba mendengarkan suara itu, lalu ia berkata, "Suaramu telah aku dengar, jika ada padamu air minum". Tiba-tiba ia melihat Malaikat di dekat zam-zam sedang mengorek-ngorek dengan kakinya, atau mengibaskan sayapnya sehingga menyumber air, maka ia segera berusaha untuk membatasi aliran air dengan tangannya sehingga dapat ia menciduk air itu dengan gayung untuk mengisi tempat airnya."

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Yar hamullahu umma Ismai'l lau tarakat zam-zama - aulau lamtagh rif minal maa'i lakaa nat zamzam ainan ma ina = Semoga Allah memberi rahmat pada ibu Ismail andaikan ia membiarkan, dan tidak membatasi untuk menciduk dari zam-zam niscaya zamzam akan menjadi sumber air yang besar".

Maka ia dapat minum dan kembali meneteki putranya, lalu Malaikat itu berkata, "Anda jangan khawatir/takut tersia-sia sebab di sini akan ada Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini bersama ayahnya dan Allah tidak akan menyia-nyiakan penduduk tempat ini, sedang letak tempat Baitullah itu berupa dataran tinggi bagatkan anak bukit sehingga jika ada air bah selalu mengalir di kanan kirinya".

Demikianlah keadaan ibu dan anak sehingga lewat di sana rombongan kafilah dari suku Jurhum yang datang dari jalan Kadaa' dan tinggal di bagian bawah kota Makkah. Tiba-tiba mereka melihat ada burung yang terbang di sekitar tempat itu, lalu mereka berpendapat: "Burung ini pasti berputar-putar di tempat yang ada airnya, sedang sepanjang pengetahuan kami di sini tidak ada air", lalu mereka mengutus dua orang untuk menyelidiki. Tiba-tiba kedua orang itu kembali, memberitahu bahwa di sana ada air, maka mereka pergi ke tempat air sedang ibu Ismail (Siti Hajar) duduk di dekat air, maka mereka minta izin untuk tinggal di situ.

Siti Hajar berkata, "Ya boleh, tetapi kalian tidak berhak menguasai air ini". Jawab mereka, "Ya, baik". Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Fa alfa dzalika um Ismail wahiya tuhibbul unsa = Sungguh hal itu menyenangkan ibu Ismail memang ia suka santai", lalu mereka tinggal di sana dan mengirim orang untuk menyusul keluarganya supaya pindah ke tempat itu sehingga mulai ada beberapa rumah (keluarga) di tempat itu.

Nabi Ismail mungkin bertambah besar sehingga menjadi pemuda, dan matilah ibu Ismail, sedang Ismail belajar bahasa Arab dari orang pendatang itu, mereka pun merasa senang kepada Ismail, sehingga Ismail kawin dengan gadis mereka suku Jurhum itu. Kemudian tiada lama dari itu datanglah Nabi Ibrahim yang ingin menjenguk bagaimana keadaan putranya, tetapi ketika sampai di sana tidak mendapatkan Ismail, maka ia tanya pada istrinya. Jawab istri Ismail, "Ia keluar mencari makanan untuk kami". Lalu ditanya, "Bagaimana keadaan penghidupan mereka?" Dijawab, "Kami dalam kesempitan, kesukaran", lalu mengeluh tentang keadaan. Maka berkata Ibrahim, "Jika datang suamimu, sampaikan salamku kepadanya, dan katakan kepadanya, supaya mengganti (mengubah) daun pintu rumahnya". Kemudian datanglah Ismail dan merasa seakanakan ada apa-apa, lalu ia bertanya, "Apakah ada orang datang?" Jawab istri-nya, "Ya, seorang tua datang menanyakan tentang dirimu, maka aku jawab bahwa kami dalam kesukaran". "Lalu ada wasiat apa?" Jawab istrinya, "Ya, ada, dia kirim salam kepadamu dan menyuruhmu mengubah daun pintu (tiang pintu)." Ismail berkata, "Itu ayahku, dan ia menyuruhku menecraikan anda, karena itu anda kini pulanglah ke rumah keluargamu." Dan sesudah menecraikan kemudian Ismail kawin dengan wanita yang lain dari suku Jurhum itu juga, dan setelah tinggal beberapa lama datanglah pula Nabi Ibrahim a.s. ketika Ismail tidak ada di rumahnya. Ketika masuk, kepada istrinya ditanyakan di mana suaminya. Jawab istri Ismail, "Ia sedang keluar mencari makanan untuk kami' Lalu ditanya, "Bagaimana penghidupanmu sehari-harinya?" Jawabnya, "Alhamdulillah kami baik dan cukup." Lalu ditanya, "Apakah makananmu?" Jawab istrinya, "Daging". "Apakah minumanmu?" Jawabnya, "Air." Lalu Nabi Ibrahim berdoa: "Allahumma baariklahum fillahmi walmaa'i — Ya Allah berkatilah mereka dalam daging dan air".

Nahi saw. bersahda: "Walam yakun lahum yau ma'idzin hubbun walau kaana lahum lada’a  lahum fihi = Ketika itu di sana belum ada biji-biji dan andaikan ada pasti didoakan juga".

Maka kedua jenis makanan ini tidak pernah sunyi di Makkah. Dan bila datang suamimu sampaikan kepadanya salamku dan beritahukan kepadanya supaya menetapkan tiang pintunya.

Ketika Ismail kembali langsung bertanya, "Apakah ada orang datang?" Jawab istrinya, "Ya, datang kepada kami seseorang tua yang tampan, dan bertanya kepadaku tentang kehidupan kita, aku jawab "baik-baik". Ismail bertanya, "Apa ada pesan-pesan kepadamu?" Jawabnya. "Ya, dia kirim salam kepadamu dan menyuruhmu supaya menetapkan tiang pintumu." Ismail berkata, "Orang tua itu ayahku dan engkau sebagai tiang pintu, dia menyuruh supaya aku tetap denganmu."

Kemudian setelah beberapa lama datang kembali Nabi Ibrahim a.s. dan bertemu dengan Ismail yang sedang mengerat anak panahnya di bawah pohon beringin yang ada di dekat zam-zam, dan ketika ia melihat ayahnya datang, langsung berdiri dan saling mendekap sebagaimana biasa seorang ayah bila bertemu dengan anaknya. Lalu Ibrahim berkata, "Ya, Ismail sesungguhnya Allah menyuruhku berbuat sesuatu." Ismail berkata, "Laksanakanlah perintah Tuhanmu itu!" Ibrahim bertanya, "Apakah engkau akan membantuku?" Jawab Ismail, "Tentu aku akan membantumu." Ibrahim berkata, "Aku diperintah membangun Baitullah di sini", sambil menunjuk ke dataran yang agak tinggi daripuda sekitarnya.

Maka segeralah keduanya memulai membangun asas bangunan Baitullah. Ismail yang memberikan batunya sedang Ibrahim yang membangunnya sehingga tinggilah bangunan dindingnya, maka diletakkan batu di bawah tapak kaki Ibrahim untuk berdiri di atasnya dan Ismail tetap yang memberikan batu bangunan itu kepada Ibrahim' sambil berdoa keduanya, "Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii'ul aliem".

Bukhari meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika terjadi sengketa antara Ibrahim dan istrinya (Sarah), maka Ibrahim membawa Ismail dengan ibunya keluar dengan membawa tempat minum, maka ibu Ismail selalu minum dan air teteknya keluar lancar sehingga sampai di Makkah, dan ditempatkan oleh Ibrahim a.s. di bawah pohon beringin yang rindang, kemudian Ibrahim kembali kepada istrinya (Sarah) maka dikejar oleh ibu Ismail, dan setelah sampai di Kadaa' dipanggil dari belakang oleh ibu Ismail, "Hai Ibrahim kau tinggalkan kami kepada siapa?" Jawab Ibrahim, "Kepada Allah". Jawab ibu Ismail, "Aku rela kepada Allah." Lalu kembali ia minum dari tempat air dan tetap mengalir teteknya sehingga habislah air bekalnya itu, ketika itu lalu ibu Ismail berkata, "Andaikata aku pergi, kalau-kalau bertemu dengan orang". lalu ia naik di atas bukit Shafa dan melihat ke kanan kiri, tetapi tidak melihat seorang pun."

Maka ia turun dari Shafa dan ketika di tengah lembah yang terendah berlari sehingga ketika akan mendaki ke Marwah berjalan hingga sampai di atas Marwah, dan berbuat sebagaimana di atas Shafa, kemudian kembali ke Shafa dan berbuat sedemikian hingga berulang tujuh kali, kemudian ia berkata, "Lebih baik aku kembali melihat keadaan bayiku."

Tiba-tiba dilihat dalam keadaan seakan-akan melawan maut atau hampir mati. Lalu ia berkata, "Andaikan aku pergi lagi melihat-lihat kalau-kalau ada orang", maka mendaki kembali ke atas Shafa dan melihat ke kanan ke kiri tetapi tidak melihat seorang pun lalu pergi ke Marwah sehingga berulang balik tujuh kali. Lalu ia berkata, "Andaikan aku turun melihat bagaimana keadaan bayiku." Tiba-tiba ia mendengar suara dan langsung disambut, Tolonglah kami jika anda mempunyai air." Tiba-tiba Jibril a.s. mengorekkan kakinya di tanah dan segera memanearkan air, maka terkejutlah ibu Ismail melihat kejadian itu dan segera ia berusaha untuk membatasi aliran air itu, dan membuat lubang untuk air itu.

Nabi Muhammad saw. bersabda: "Lau tarakathu lakaanal maa'u dzahira — Andaikan dibiarkan mengalir niseaya akan menjadi sumber yang besar atau bengawan".

Maka ia langsung minum, sehingga dapat mengalir kembali teteknya dan dapat meneteki putranya.

Kemudian lewatlah di sana suku Jurhum dan ketika mereka melihat ada burung hinggap, maka mereka berkata, "Tidak mungkin ada burung kecuali jika ada air", lalu mereka mengirim utusan yang menyelidiki dan mendapat kabar adanya air, maka pergilah semua rombongan itu ke dekat tempat ibu Ismail dan berkata, "Apakah anda izinkan kami tinggal di sini bersamamu?"

Kemudian setelah dewasa Nabi Ismail kawin dengan gadis dari suku Jurhum.

Adapun setelah lama meninggalkan anak keluarganya Nabi Ibrahim berhasrat menjenguk putranya, dan ketika sampai di Makkah dan pergi ke rumah putranya. Sesudah memberi salam bertanyalah Nabi Ibrahim, "Di manakah Ismail?" Jawab istrinya, "Pergi berburu." Nabi Ibrahim berkata, "Jika ia datang, katakan kepadanya supaya mengganti tiang pintunya". Dan ketika Ismail tiba dan diberitahu oleh istrinya, Ismail berkata, "Andalah tiang pintu itu, maka kembalilah kepada keluarga-mu!"

Kemudian setelah beberapa lama datang kembali Ibrahim a.s. dan ketika sampai di rumah Ismail bertanyalah dia kepada istrinya, "Di mana Ismail?" Jawab istri Ismail, "Pergi berburu." Lalu istri Ismail mempersilakan Ibrahim untuk tinggal makan minum. Nabi Ibrahim bertanya, "Apakah makanan dan minumanmu?" Jawabnya, "Makanan kami daging sedang minuman kami hanya air." Maka Nabi Ibrahim berdoa, "Allahumma baa rik lahum fi tha'amihim wasyarabihim = Ya Allah berkahi-lah makanan dan minuman mereka".

Nabi saw. bersabda: "Barkatu da'wati Ibrahim = Berkat doa Ibrahim".
Kemudian sesudah beberapa lama Ibrahim pergi lagi ke Makkah untuk menjenguk anaknya, maka bertemu dengan Ismail di dekat zam-zam sedang memperbaiki anak panahnya, lalu berkata, "Ya Ismail Tuhan menyuruhku membangun rumah (Baitullah) di sini". Ismail berkata, "Laksanakanlah perintah Tuhan Azza wa Jalla". Ibrahim berkata, "Dan Tuhan menyuruh supaya anda membantuku". Jawab Ismail, "Baiklah". Maka Ibrahim yang membangun dan Ismail yang memberikan batu kepadanya, sambil berdoa keduanya, "Rabbana taqabbat min-naa innaka antas sami'ul aliem", Dan setelah tinggi bangunannya dan tidak sampai tangannya maka meletakkan batu di bawah tapak kakinya, yaitu maqam Ibrahim (batu tempat berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Ka'bah.

Muhammad bin Ishaq dari Mujahid dan lain-lainnya dari ahlil ilmi berkata, "Ketika Allah telah menyiapkan untuk Ibrahim letak tempat Baitullah (Ka'bah), maka ia berangkat dari negeri Syam bersama Ismail yang masih bayi dan ibunya, sedang Malaikat Jibril penunjuk jalannya yang menunjukkan tempat Baitullah dan batas haram, maka tiada melalui dusun melainkan ditanyakan, Apakah di sini aku diperintah hai Jibril? Jibril hanya menjawab, Terus berjalan, sehingga sampai di Makkah yang ketika itu masih berupa belukar sedang di luar Makkah ada kaum Amaliq, dan Ka'bah pada waktu itu berupa dataran tinggi merah, maka Ibrahim bertanya kepada Jibril, Apakah di sini aku harus meninggalkan anak istriku? Jawab Jibril, Ya. Maka Ibrahim membawa Ismail dan ibunya ke Hijir, dan menyuruh Hajar (ibu Ismail) membangun gubug di sana lalu berdoa, "Rabbana inni askantu min dzur riiyati biwaadin ghairi dzii zar'in inda baitikal muharram, rabbana liyuqiimus shalaata faj'al afidatan minan naasi tahwi ilaihim war zuqhum ntinats tsamaraati la'allahum yasykuruun = Ya Tuhan, aku telah memenempatkan anak cucuku di lembah yang tiada bertanaman di sisi rumah-Mu yang muharram, ya Tuhan semoga mereka tetap mendirikan salat, dan jadikan hati manusia condong pada mereka, dan berilah mereka rezeki buah-buahan supaya mereka bersyukur".

Abdurrazaq dari Mujahid berkata, "Allah telah menjadikan tempat Baitullah itu sebelum menjadikan sesuatu apa pun sekira dua ribu tahun, dan asasnya ke dalam tujuh petala bumi."
Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Alam tarai anna qaumaki hina banau albaita iq tasha ru an qa-waa'idi Ibrahim?" Faqultu, "Ya Rasulullah alaa tarudduha ala qawaa'idi Ibrahim?" Qalaa, "Lau la hada tsaa nu qaumiki bilkufri". (HR. Bu-khari).

Dalam riwayat Muslim, "Lau laa anna qaumaki haditsuu ahdin bijahiliyah (bikufrin) la'anfaq tu kanzal ka'bati fisabilillah, walaja'altu babaha bil ardhi, wala'ad khaltu fihal hijra" = Tidakkah anda melihat kaum anda ketika membangun Ka'bah mengurangi dari bangunan Nabi Ibrahim". Aku jawab, "Ya Rasulullah mengapakah tidak engkau kembalikan menurut bangunan Nabi Ibrahim?" Jawabnya, "Andaikan kaummu tidak baru saja melepaskan kekafirannya". (Bukhari).

Dalam riwayat Muslim, "Andaikan kaummu tidak baru saja melepaskan jahiliyah atau kekafiran niseaya aku gunakan kekayaan Ka'bah untuk kepentingan agama Allah, dan aku jadikan pintu Ka'bah di bawah (dekat tanah) dan aku masukkan ke dalam Ka'bah Hijir Ismail".

Ahdullah bin Umar r.a. berkata, "Jika Aisyah benar mendengar Rasulullah saw. bersabda sedemikian maka Rasulullah saw. saya kira tidak menyentuh rukun Syami dan Iraqi itu karena Ka'bah tidak dibangun menurut bangunan Nabi Ibrahim a.s.

Bukhari meriwayatkan dari al-Aswad' berkata, "Ibnu az-Zubair bertanya kepadaku bahwa Aisyah banyak sekali menerangkan hadis kepadamu, maka bagaimanakah keterangannya mengenai Ka'bah? Al-Aswad berkata, Aisyah berkata kepadaku bahwa Nabi saw. bersabda: "Ya Aisyah laulaa qaumuki ha-ditsun ahduhum bikufrin lanaqadh tul ka'bata, faja'altu laha baabaini baaban yad khutun naasu minhu wababan yakh rujuna minhu = Hai Aisyah andaikan kaummu tidak baru metepaskan kekafirannya niseaya aku bongkar Ka'bah dan aku beri dua pintu untuk masuknya orang-orang dan pintu untuk keluar". (Bukhari). Dan ketika Ibnu az-Zubair menjadi Amir langsung ia melaksanakan ini.

Dalam riwayat Muslim Nabi saw. bersabda, "Ya Aisyah laula qaumuki haditsu ahdin bisyrikin, lahadamtul ka'bata fa al-zaq tuha bil ardhi walaja'altu laha baban syarqiya wababan gharbiya wazidtu fiha sittata adz ru'in fa inna quraisyan iqta sharat ha haitsu banatil ka'bata = Hai Aisyah andaikan tidak karena masih baru kaummu meninggalkan syirik, niscaya aku robohkan Ka'bah untuk dibangun kembali menempel ke tanah pintunya, dan aku beri pintu di bagian timur dan baratnya dan aku tambah enam hasta di bagian hijir Ismail, sebab bangsa Quraisy ketika membangun mengurangi dari asas Nabi Ibrahim a.s. (Muslim).

Bangsa Quraisy membangun Ka'bah sebelum Nabi saw. diutus sekira lima tahun. Yakni ketika Nabi saw. berumur 35 tahun.
Dalam catatan sejarah Muhammad bin Ishaq berkata, "Ketika Nabi saw. telah berusia tiga puluh lima tahun, berkumpullah bangsa Quraisy untuk membangun Ka'bah, mereka ingin memasang atapnya, tetapi enggan merobohkannya, padahal sudah berupa tumpukan batu-batu besar (gunung) di atas kepala orang yang berdiri, lalu mereka ingin meninggikan bangunannya dan memasang atapnya. Sebab telah terjadi pencurian atas perbendaharaan dalam Ka'bah."

Bertepatan ketika itu air laut telah melemparkan suatu perahu milik pedagang Roma dan terdampar di Jeddah sehingga rusak, maka orang-orang dapat mengambil kayu-kayunya untuk atapnya. Bertepatan juga di Makkah ada seorang Qibthi (Mesir) tukang kayu, maka mereka menyuruhnya menyiapkan apa-apa yang diperlukan untuk pembangunan Ka'bah.

Sedang di dalam sumur di dalam Ka'bah ada ular besar, yang sering mendngolkan kepalanya di atas dinding, dan tiada seorang yang mendekatinya melainkan akan disambarnya, oleh karena itu maka orang-orang menjadi takut. Pada suatu hari ketika ular itu sedang menongolkan kepalanya di atas dinding Ka'bah tiba-tiba ada burung yang menyambar dan membawa-nya. Karena itulah bangsa Quraisy berkata, "Kami mengharap semoga Allah merestui kami membangun Ka'bah."

Kemudian ketika mereka telah memutuskan akan membangun dan akan memulainya berdirilah Ibnu Wahab seorang terkemuka Quraisy mengambil sebuah batu dari dinding Ka'bah, tiba-tiba batu itu terlompat dari tangannya dan kembali ke tempat asalnya, lalu ia berkata, "Hai bangsa Quraisy, untuk membangun Ka'bah ini jangan sampai kau pergunakan dari kekayaanmu kecuali yang halal, jangan sampai kemasukan uang riba, atau hasil pelaeuran atau tipu, aniaya hak orang."

Kemudian bangsa Quraisy membagi biaya dinding Ka'bah itu, maka yang di depan yaitu bagian pintu Ka'bah menjadi bagian Bani Abdi Manaf dan Zuhrah, sedang dari Hajar Aswad hingga rukun Yamani menjadi bagian Bani Makhzum dan mereka yang berhimpun dengan mereka dan bagian belakang untuk Bani Jumah dan Sahm, sedang bagian hijir Ismail untuk Bani Abduddar bin Qushai dan Bani Asad dan Bani Ady bin Ka'b, itu yang bernama al-Hathiem.

Tetapi orang-orang masih takut untuk mulai merobohkannya sehingga al-Walid bin al-Mughirah memberanikan diri dan berkata, "Akulah yang akan memulainya." Lalu ia mengambil linggis sambil berdoa: "Allahumma lam tura = Ya Allah, tidak usah gentar. Allah'umma la nuridu illal khair = Ya Allah kami tidak menghendaki sesuatu keeuali kebaikan". Kemudian ia mulai bagian rukun Yamani, lalu berhenti, dan pada malam itu orang-orang menantikan keadaannya, yakni jika al-Walid terkena sesuatu, maka mereka tidak akan melanjutkan. Sedang yang sudah dibongkar akan dikembalikan lagi. Tetapi jika ternyata al-Walid tidak apa-apa berarti Allah rela akan perbuatan mereka itu. Dan pada pagi harinya, ternyata al-Walid dalam keadaan sehat walafiat meneruskan pembongkarannya sehingga diikuti oleh mereka menurut bagiannya masing-masing.

Kemudian sesudah sampai pembongkaran ke asas bangu'n-an Nabi Ibrahim mereka menemukan batu-batu hijau bagaikan pedang yang satu lekat pada yang lain, dan ketika datang seorang dari bangsa Quraisy akan memasukkan linggis di tengah batu hijau itu untuk mencungkilnya atau mencabut salah satunya, maka ketika batu itu bergerak, tiba-tiba kota Makkah serasa bergerak, sehingga orang-orang menggagalkan pembongkaran batu asas itu.

Kemudian masing-masing suku mengumpulkan batu secukupnya untuk membangun bagiannya dari dinding Ka'bah, sehingga selesai semuanya dan hanya bagian tempat Hajar Aswad, maka di sini semua suku Quraisy ingin mengangkat dan menempalkannya di tempatnya, sehingga terjadi pertengkaran yang seru dan masing-masing suku bersiap-siap untuk berperang, sehingga Bani Abduddar dan Bani Ady yang mendapat bagian di Hijir Ismail mereka membawa ember (bejana) penuh darah dan bersumpah bersama sambil memasukkan tangannya dalam darah itu, untuk mati jika tidak dapat meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya.

Bai'at itu disebut: "La'qatuddam" = Menciduk darah. Sehingga terpaksa bangsa Quraisy harus menghentikan peletakkan Hajar Aswad empat atau lima hari, sehingga membuat rapat  muyawarah di Masjidil Haram untuk mencari jalan keluar dari sengketa yang dahsyat itu, maka Abu Umayyah bin al-Mughirah dari Bani Makhzum orang tertua dari bangsa Quraisy mengajukan usul, "Hai bangsa Quraisy serahkan putusan perselisihanmu ini kepada pertama orang yang masuk dari pintu masjid ini untuk memutuskan di antara kamu", usul ini dapat diterima oleh semua yang nadir.

Tiba-tiba ternyata orang pertama yang masuk dari pintu yang ditunjuk itu ternyata adalah Nabi Muhammad saw., maka ketika mereka melihat yang masuk pertama adalah Nabi Muhammad saw. mereka berkata, "Itulah Muhammad al-Amien, kami rela dan setuju padanya."

Dan ketika Nabi Muhammad diberitahu keadaan mereka langsung beliau meminta kain, kemudian ia hamparkan dan meletakkan Hajar Aswad di tengah kain lalu berkata, "Tiap suku hendaklah memegang ujung kain kemudian kalian angkat bersama ke tempatnya, dan ketika sampai di tempatnya diangkat oleh Nabi Muhammad dan diletakkan di tempatnya. Maka hilanglah sengketa bangsa Ouraisy yang hampir menimbulkan perang saudara itu. Kemudian dilanjutkannya pembangunan yang di atas Hajar Aswad itu. Dan Nabi Muhammad sebelum menjadi Nabi digelari oleh bangsa Quraisy "al-Amien" = Orang yang sangat dapat dipereaya.

Ibnu Ishaq berkata, "Di masa Nabi saw. tinggi bangunan Ka'bah itu kira-kira delapan hasta, dan biasa ditutup dengan kain buatan Mesir (Qibthi), kemudian diganti dengan kain yang lainnya, dan pertama yang menutupi dengan kain sutra tebal adalah al-Hajjaj bin Yusuf."

Demikian keadaan bangunan Ka'bah itu hingga terjadi kebakaran di masa permulaan kekuasaan Abdullah bin az-Zubair, yaitu sesudah tahun enam puluh pada akhir kekuasaan Yazid bin Muawiyah ketika mengurung Ibnu az-Zubair, dan di waktu itulah dibangun oleh Ibnu az-Zubair dan dilaksanakan bangunannya menurut apa yang ia dengar dari Siti Aisyah dari Rasulullah saw. yaitu pintunya diturunkan ke bawah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka'bah juga diberi pintu di sebelah barat dan timur dan tetap keadaannya sedemikian hingga ia dibunuh oleh al Hajjaj, lalu dibongkar dan dibangun kembali sebagaimana bangunan di masa 'jahiliyah menurut perintah Abdul Malik bin Marwan.

Muslim meriwayatkan dari Atha' berkata, "Ketika Ka'bah telah terbakar di masa Yazid bin Muawiyah disebabkan oleh serangan penduduk Syam, maka pada mulanya dibiarkan oleh Ibnu az-Zubair, sehingga datangnya orang-orang di musim haji, kemudian setelah orang-orang pulang ke tempat masing-masing, maka Ibnu az-Zubair memanggil orang-orang dan meminta kepada mereka untuk memberikan pendapatnya mengenai Ka'bah, apakah harus dibongkar semuanya lalu dibangun kembali atau hanya ditambat sulam saja mana yang rusak itu."

Ibnu Abbas berkata, "Pendapatku lebih baik anda perbaiki kerusakannya saja dan anda biarkan bangunan itu masih sebagaimana dahulunya ketika Nabi saw. diutus dalam keadaan itu."

Ibnu az Zubair berkata, "Andaikan seorang terbakar rumahnya tentu ia tidak rela jika tidak dibangun baru, maka bagaimana terhadap Baitullah, aku akan istikharah pada Tuhanku tiga hari, kemudian akan aku laksanakan kehendakku, kemudian sesudah tiga hari ia bersungguh-sungguh akan merobohkan untuk membangun keseluruhannya. Tetapi orang-orang masih khawatir kalau-kalau yang membongkar akan terkena bala dari langit, maka naiklah seseorang untuk membongkar bagian atasnya dan ketika ia melemparkan batu pertama, orang-orang yang menanti-nati katau-kalau ia terkena musibah tetapi nyata tidak apa-apa. Maka orang-orang pun lalu mengikuti jejaknya membongkar Ka'bah sehingga rata dengan tanah."

Lalu Ibnu az-Zubair mulai membuat dasar dan tiang untuk membangun dinding sehingga naik tinggi bangunannya, lalu ia berkata, Saya telah mendengar Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Laulaa annannaasa haditsun ahduhum bi-kufrin, walaisa indi minan nafaqati maa yu qawwini ala fri-naa 'ihi, lakuntu ad khaltu fihi minal hijri khamsata adz ruin wa-la ja'altu lahu baban yad khulun naasu minhu wababan yakh rujuna minhu = Andaikan orang-orang tidak baru saja meninggalkan kekafiran, juga tidak ada uang padaku yang cukup untuk membangun niseaya aku akan memasukkan ke dalam Ka'bah dari Hijir Ismail sekira lima hasta dan aku buatkan pintu untuk masuknya orang-orang dan pintu untuk keluar".

Kemudian Ibnu az-Zubair berkata, "Sedang aku kini Al-hamdulillah mempunyai uang cukup dan juga tidak khawatir pada orang". Lalu ia bangun lima hasta dalam Hijir Ismail. Dan diberi tiang untuk membangun padanya sehingga tinggi Ka'bah mencapai delapan belas hasta, juga memberinya dua pintu unluk masuk dan keluar orang."

Kemudian ketika ia telah dibunuh oleh al-Hajjaj, maka al-Hajjaj menulis surat kepada raja Abdul Malik memberitahu bahwa Ibnu az-Zubair telah membangun Ka'bah menurut bentuk yang disepakati oleh ulama Makkah. Maka dijawab oleh Abdul Malik, "Kami tidak hiraukan terhadap pengorotan Ibnu az-Zubair, karena itu anda bongkar dan kembalikan bangunannya sebagaimana keadaannya dahulu kala", maka langsung dibongkar dan dikembalikan keadaannya sebagaimana semula dan ditutup pintu belakahgnya.

Sebenarnya menurut sunnaturrasul yang tepat ialah yang telah dilakukan oleh Ibnu az-Zubair, sebab itulah yang diinginkan oleh Rasulullah saw. Hanya saja ketika itu Rasulullah saw, tidak akan mengejutkan hati orang-orang yang baru masuk Islam dengan sesuatu yang mungkin hati dan pikiran mereka tidak senang, dan berbuat dosa dalam agama, karena menentang apa yang dilakukan Rasulullah saw.

Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Ubaidillah berkata, Al-Harits bin Abdullah bin Abi Rabi'ah mendengar Abdul Malik bin Marwan ketika selesai tawaf di Ka'bah lalu berkata, 'Semoga Allah membinasakan Ibnu az-Zubair sebab ia berani berdusta atas nama Aisyah r.a. yang katanya bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Ya Aisyah andaikan kaummu tidak baru me-ninggalkan kekafiran niscaya aku bongkar Ka'bah dan aku tambah bangunan hingga Hijir Ismail, karena kaummu telah mengurangi bangunannya".

Maka berkata al-Harits bin Abdullah bin Abi Rabi'ah, "Ya amiral mukminin, jangan berkata begitu, sebab saya juga telah mendengar Siti Aisyah r.a. berkata begitu." Maka berkata Abdul Malik bin Marwan, "Andaikan aku mendengar keterangan ini sebelum aku bongkar niseaya aku biarkan bangunan Ibnu az-Zubair biar dia yang menanggung."

Di lain riwayat ketika Abdul Malik mendengar keterangan al-Harits, terdiam sejenak sambil mengungkitkan tongkat ke tanah, lalu berkata, "Aku ingin andaikan aku biarkan bangunan itu dan tanggungan Ibnu az-Zubair r.a."

Diriwayatkan ketika raja Harun ar-Rasyid atau al-Mahdi bertanya kepada Imam Malik, karena ia berhasrat akan membongkar' Ka'bah dan membangunnya menurut bangunan Ibnu az-Zubair. Jawab Imam Malik, "Ya amiral mukminin jangan anda menjadikan Ka'bah sebagai permainan di tangan raja-raja yang ingin membongkar kemudian membangun kembali."

Maka karena itu Harun ar-Rasyid tidak jadi membongkar Ka'bah itu. Maka demikianlah keadaannya hingga akhir zaman sehingga kelak akan dirobohkan oleh Dzussuwaiqatain dari Ha-basyah.

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Yu kharribul ka'bata dzus suwai qataini minal habasyati" -Yang akan merobohkan Ka'bah orang yang seakan-akan mempunyai dua betis dari Habasyah. (HR. Bukhari, Muslim).

Dalam lain riwayat, "Dan mengambil semua perhiasannya dan kelambunya, seakan-akan melihat orangnya botak hesar betisnya dan kecil kakinya (bengkok kakinya)."

Abu Said al-Khudri mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "La yuhajjannal baita wa Ia yu'tamaranna ba'da khu ruji ya'juja wama'juja" = Pasti akan dilakukan haji ke Ka'bah ini dan akan diumrahi sesudah keluarnya ya'juj wa rna'juj. (HR. Bukhari).

Kemudian lanjutan doa Nabi Ibrahim dan Ismail a.s., "Ya Tuhan jadikanlah kami berdua tetap Islam menyerah dan tunduk kepada perintahMu, taat, patuh dan ikhlas kepadaMu, demikian pula turunan kami, jadikan mereka umat yang Islam, tulus ikhlas kepadaMu". Jawab Allah, "Aku perkenankan permintaanmu".

Demikianlah contoh seorang mukmin selalu meminta kepada Allah sesuatu yang diridai oleh Allah, dan minta supaya turunannya juga sedemikian ibadat dan taatnya kepada Allah.

Wa arinaa manaa siksanaa; Tunjukkan kami manasik, tempat penyembelihan kurban kami, ketika Nabi Ibrahim berdoa sedemikian, datanglah Jibril a.s. dan menuntun padanya dalam membangun Ka'bah, kemudian membawanya ke Shafa dan memberitahu bahwa ini termasuk syiar agama Allah lalu dibawa jalan menuju Marwah dan berkata, "Ini juga syiar agama Allah". Kemudian membawanya ke Mina dan ketika sampai di Aqabah ia melihat iblis berdiri di pohon, maka Jibril berkata, "Bacalah Allahu Akbar dan lemparlah dia". Maka larilah iblis ke Jamaratul Wustha. Maka Jibril takbirlah dan dilemparlah ia, maka larilah iblis ke Jumrah pertama juga yang telah dilempar oleh Ibrahim. Memang tujuan iblis ingin memasuki apa-apa di dalam ibadat haji tetapi tidak dapat, kemudian Jibril membawa Ibrahim menuju ke Arafah. Lalu Jibril bertanya, "Sudahkah anda mengetahui semua yang saya tunjukkan itu", diulang pertanyaan sehingga tiga kali, dan Ibrahim menjawab, "Ya.".

Dan ketika selesai dari tempat-tempat jumrah dibawanya ke Muzdalifah kemudian ke Arafah. Demikianlah riwayat Abu Dawud dari Ibnu Abbas r.a.

Ya Tuhan utuslah di tengah-tengah mereka seorang utusan dari golongan yang dapat membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka kitab Allah dan hikmat (sunnaturrasul) dan menyucikan mereka, Sesungguhnya Engkaulah Tuhan yang Mahamulia, Jaya dan Bijaksana.

Untuk kesempurnaan, kelengkapan doa Nabi Ibrahim kepada penduduk haram Makkah ia memohonkan kepada Allah supaya dari turunannya diutus seorang Rasulullah, yang akan dapat memimpin umatnya kepada ajaran, tuntunan Allah, dan bertepatan doa ini dengan takdir dalam azal dalam menentukan Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah kepada umat ummiyyin sebagaimana riwayat al-Irbadh bin Sariyah r.a. mengata-kan bahwa Nabi saw. bersabda:

Sesungguhnya aku telah ditetapkan oleh Allah akan menjadi penutup dari semua Nabi, Rasul di waktu Adam masih berupa tanah liat, dan aku akan menerangkan kepadamu asal mulanya itu; ialah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira yang dibawa oleh Isa, dan impian ibuku dan demikianlah ibu dari para Nabi melihat dalam impian mereka. (HR. Ahmad).

Abu Umamah r.a. bertanya, Ya Rasulullah, bagaimanakah permulaan kenabianmu? Jawab Nabi saw., "Doa ayahku Nabi Ibrahim a.s. dan berita gembira yang disiarkan oleh Isa a.s. dan ibuku telah melihat seakan-akan ada cahaya keluar dari perutnya sehingga dapat menerangi gedung istana di negeri Syam". (R. Ahmad).

Yakni pertama yang menyebut namanya Nabi Ibrahim sehingga Nabi akhir zaman terkenal namanya, sehingga dijelaskan oleh Nabi Isa a.s. ketika ia sedang berdiri khutbah di tengah-tengah Bani Israil sebagai yang tersebul dalam ayat 6 surat ash-Shaf/61:
(وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ)
dan (ingatlah juga peristiwa) ketika Nabi Isa Ibni Maryam berkata: "Wahai Bani Israil, Sesungguhnya Aku ini pesuruh Allah kepada kamu, mengesahkan kebenaran Kitab Yang diturunkan sebelumku, Iaitu Kitab Taurat, dan memberikan berita gembira Dengan kedatangan seorang Rasul Yang akan datang kemudian daripadaku - bernama: Ahmad". maka ketika ia datang kepada mereka membawa keterangan-keterangan Yang jelas nyata, mereka berkata: "Ini ialah sihir Yang jelas nyata!" (Surah Saf, 61 : 6)


Karena itu Nabi saw. bersabda, "Aku doa ayahku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa a.s."

Adapun impian yang diperlihatkan pada ibu Nabi saw. yaitu ketika hamil, ia ceriterakan mimpinya sehingga tersebar pada kaumnya, dan itu sebagai pendahuluan dari kenabiannya, sedang sebutan negeri Syam sebagai perlambang tempat ketetapan keteguhan kerajaannya kelak.

Oleh karenu itu di akhir zaman kelak negeri Syam akan menjadi markas Islam, dan di sana pula akan turun Isa bin Maryam di menara timur yang putih di Damsyik. Juga tersebut dalam hadis Bukhari, Muslim, Nabi saw. bersabda:
Akan tetap ada dari umatku golongan yang mempertahankan hak, tidak menghiraukan siapa saja yang menentang mereka atau menghinakan mereka sehingga tibanya Amrullah (kiamat) sedang mereka tetap demikian.

Dalam riwayal Bukhari ada tambahan "Dan mereka di Syam".

Al-Husan dan Qatadah mengartikan: "Wa yu'allimuhumul kitaaba walhikmata" = al-Kitub, al-Quran, sedang al-Hikmah = "Sunnaturrasul". Jugu berarti pengertian yang benar dalam agama.

Al-Aziz; "Allah Mahamulia dan Jaya, kejayaan Allah tidak dapat diperlemah oleh apa pun juga, yakni Allah Maha Berkuasa untuk segala sesuatu".

AI-Hakim; "Allah Maha Bijaksana dalam semua perintah, laranganNya dan semua hukumNya dan Mahaadil tiada taranya.


104-129

1 comment: